Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara: Mazar-i-Sharif Berduka
Gempa bumi berkekuatan 6,3 magnitudo mengguncang wilayah utara Afghanistan, tepatnya di dekat kota bersejarah Mazar-i-Sharif, pada 04 November 2025. Guncangan dahsyat ini tidak hanya menyebabkan kepanikan massal tetapi juga menimbulkan kerusakan signifikan, termasuk pada Masjid Biru yang ikonik, sebuah mahakarya arsitektur yang dikenal keindahannya.
Peristiwa ini menambah daftar panjang bencana alam yang melanda Afghanistan, negara yang secara geografis rentan terhadap aktivitas seismik. Dengan episentrum yang relatif dangkal, gempa ini dirasakan kuat di sejumlah provinsi, memicu kekhawatiran serius akan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka di daerah-daerah padat penduduk. Meskipun rincian lengkap mengenai skala kerusakan dan jumlah korban masih dalam proses pendataan oleh otoritas setempat, laporan awal mengindikasikan bahwa banyak bangunan tempat tinggal, terutama yang didirikan dengan konstruksi tradisional, telah ambruk atau mengalami kerusakan parah.
Dampak Meluas dan Ancaman Kemanusiaan
Dampak langsung gempa ini diperkirakan sangat parah. Di Mazar-i-Sharif, kota yang menjadi pusat gempa, warga melaporkan keretakan pada dinding bangunan dan runtuhnya struktur tua. Masjid Biru, yang dikenal sebagai salah satu situs paling suci di Afghanistan dan tujuan ziarah penting, juga tidak luput dari kerusakan. Laporan awal menyebutkan adanya retakan pada beberapa bagian kubah dan menara, menimbulkan kekhawatiran besar akan hilangnya warisan budaya yang tak ternilai.
Selain kerusakan fisik, bencana ini juga menimbulkan krisis kemanusiaan yang mendesak. Ribuan keluarga diperkirakan kehilangan tempat tinggal mereka, menambah jumlah pengungsi internal di negara yang sudah berjuang menghadapi kemiskinan ekstrem dan kelangkaan pangan. Kebutuhan mendesak seperti tenda, selimut, makanan, air bersih, dan pasokan medis kini menjadi prioritas utama. Musim dingin yang akan segera tiba hanya akan memperparah situasi, membuat para penyintas semakin rentan terhadap penyakit dan paparan.
“Bencana ini tidak hanya menghancurkan bangunan fisik, tetapi juga meruntuhkan harapan bagi jutaan warga Afghanistan yang sudah hidup dalam kemiskinan ekstrem. Dunia harus bertindak cepat dan efektif untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih parah,” ungkap sumber dari lembaga bantuan kemanusiaan yang enggan disebut namanya.
Tantangan di Tengah Krisis Berkelanjutan
Penanganan gempa ini dihadapkan pada tantangan yang sangat besar. Afghanistan saat ini berada di bawah pemerintahan Taliban dan menghadapi pembatasan akses serta sanksi internasional yang signifikan. Infrastruktur yang sudah rapuh akibat puluhan tahun konflik bersenjata semakin memperlambat upaya penyelamatan dan distribusi bantuan. Jalan-jalan yang rusak atau tidak bisa diakses, terutama di daerah pegunungan yang terpencil, mempersulit tim penyelamat untuk mencapai korban yang membutuhkan.
Selain itu, sistem kesehatan negara ini berada di ambang kolaps, dengan fasilitas medis yang minim dan kekurangan staf serta pasokan dasar. Gempa ini dipastikan akan membanjiri rumah sakit yang sudah kewalahan, meningkatkan risiko kematian akibat luka-luka yang tidak tertangani. Komunitas internasional dituntut untuk menemukan cara-cara inovatif dan efektif untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan tanpa memperkuat rezim Taliban, sebuah dilema yang terus menghantui upaya respons bencana di negara tersebut.
Dengan kondisi yang memprihatinkan, perhatian dunia kembali tertuju pada Afghanistan. Bencana alam ini sekali lagi menyoroti kerentanan mendalam negara tersebut dan kebutuhan mendesak akan dukungan internasional yang berkelanjutan, bukan hanya untuk pemulihan jangka pendek tetapi juga untuk pembangunan ketahanan jangka panjang terhadap bencana serupa di masa depan.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
