Sumber gambar: Klik disini
Inflasi Inggris masih menjadi momok yang menakutkan, ya? Meskipun sempat ada harapan penurunan, angka inflasi tahunan di bulan Mei 2025 justru masih bertahan tinggi di angka 3,4%, seperti yang dilaporkan oleh Kantor Statistik Nasional (ONS) pada Rabu, 18 Juni 2025. Berita ini tentu mengejutkan banyak pihak, termasuk para ekonom yang sebenarnya sudah memprediksi angka tersebut. Tapi, kenapa inflasi Inggris masih tinggi? Mari kita bahas lebih dalam.
Beberapa faktor berkontribusi pada tingginya angka inflasi Inggris di Mei 2025. Salah satu penyebab utamanya adalah kenaikan harga energi. Meskipun harga minyak mentah dunia cenderung stabil, dampaknya terhadap biaya energi rumah tangga masih terasa signifikan. Seperti yang kita ketahui, energi merupakan komponen penting dalam berbagai sektor ekonomi, sehingga kenaikan harganya berdampak domino pada harga barang dan jasa lainnya. Bayangkan saja, kenaikan harga energi otomatis menaikkan biaya produksi, transportasi, dan distribusi barang. Akibatnya, harga barang di rak supermarket pun ikut merangkak naik.
Selain itu, gangguan rantai pasokan global juga turut berperan. Meskipun sudah mulai pulih, dampak pandemi Covid-19 masih terasa hingga saat ini. Kekurangan barang, keterlambatan pengiriman, dan peningkatan biaya logistik masih menjadi tantangan besar bagi bisnis di Inggris, yang pada akhirnya berdampak pada harga jual produk. Menurut laporan terbaru dari Bank of England, gangguan rantai pasokan masih berkontribusi sekitar 1% terhadap inflasi saat ini.
The lingering effects of the pandemic continue to exert upward pressure on prices,
begitu bunyi kesimpulan laporan tersebut.
Inflasi yang tinggi tentu berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari warga Inggris. Harga bahan makanan pokok misalnya, terus mengalami kenaikan. Ini berdampak signifikan terhadap daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Kenaikan harga pangan juga diperparah dengan adanya kenaikan suku bunga acuan Bank of England. Walaupun bertujuan untuk mengendalikan inflasi, kenaikan suku bunga ini malah semakin membebani masyarakat.
Bayangkan, harga roti, susu, dan telur yang terus melambung. Ini bukan hanya sekedar angka statistik, tetapi sebuah realitas yang dihadapi oleh jutaan keluarga di Inggris. Mereka harus berpikir keras untuk mengatur keuangan rumah tangga dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak mengherankan jika banyak warga Inggris yang merasa terbebani dengan situasi ekonomi saat ini. βThe cost of living crisis is hitting hard,β ujar seorang ibu rumah tangga dalam sebuah wawancara di televisi.
Pemerintah Inggris tentu menyadari beratnya tantangan ini. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan untuk meredam inflasi. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan berbagai paket stimulus ekonomi untuk membantu masyarakat dan bisnis yang terdampak. Namun, sejauh ini, upaya-upaya tersebut belum mampu menurunkan inflasi secara signifikan. Oleh karena itu, masih dibutuhkan strategi yang lebih komprehensif dan efektif untuk mengatasi masalah inflasi Inggris yang masih membandel ini. Kita berharap pemerintah dapat segera menemukan solusi terbaik agar daya beli masyarakat tetap terjaga dan inflasi dapat segera dikendalikan. Kita semua berharap angka inflasi 3,4% ini bukanlah angka yang akan bertahan lama.