August 6, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Strategi Negosiasi Netanyahu di Gaza Hadapi Tantangan dan Kritik

Perundingan intensif untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza dilaporkan kembali menemui jalan buntu, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mempertahankan sikap yang digambarkan sebagai ‘semua atau tidak sama sekali’ dalam kesepakatan dengan Hamas.

Pada 05 August 2025, tekanan global dan domestik semakin meningkat agar tercapai kesepakatan yang dapat menghentikan konflik yang telah berlangsung berbulan-bulan dan menyebabkan krisis kemanusiaan parah di Gaza. Namun, para mediator internasional, termasuk Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir, terus berupaya menjembatani perbedaan antara kedua belah pihak. Sumber-sumber yang dekat dengan perundingan mengindikasikan bahwa posisi Israel, terutama yang dipimpin oleh PM Netanyahu, dinilai kurang fleksibel dan belum menunjukkan kompromi yang diperlukan untuk mencapai terobosan.

Sikap ‘Semua atau Tidak Sama Sekali’ PM Netanyahu

Sikap ‘all or nothing’ yang diusung Netanyahu berpusat pada tuntutan untuk demiliterisasi penuh Jalur Gaza dan penghancuran total Hamas, sebelum kesepakatan gencatan senjata jangka panjang dapat dicapai. Pemerintah Israel bersikeras bahwa setiap kesepakatan harus menjamin keamanan Israel sepenuhnya dan mencegah Hamas untuk kembali menguasai atau mengancam wilayahnya.

Para pengamat politik dan diplomat khawatir bahwa pendekatan ini mengabaikan urgensi krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza serta penderitaan keluarga sandera yang menuntut pembebasan segera. Ribuan warga sipil telah tewas dan sebagian besar infrastruktur Gaza hancur, memicu kekhawatiran internasional akan bencana kemanusiaan yang lebih besar.

Seorang analis kebijakan Timur Tengah, Dr. Sarah Khan, dikutip mengatakan, “Paradigma semua atau tidak sama sekali yang dipegang Israel pada akhirnya akan menghambat kemajuan. Perdamaian atau setidaknya jeda yang berkelanjutan, memerlukan kesediaan untuk membuat konsesi yang sulit dari kedua belah pihak, terutama dalam konteks penderitaan yang meluas di Gaza.”

Kritikus berpendapat bahwa tuntutan tanpa kompromi ini tidak realistis mengingat kompleksitas situasi dan posisi Hamas yang juga memegang kartu truf berupa sandera. Tanpa adanya kesediaan untuk bernegosiasi pada poin-poin kunci, seperti lamanya gencatan senjata atau penarikan pasukan Israel dari wilayah Gaza, proses ini akan terus berputar di tempat.

Tekanan Domestik dan Internasional

Di dalam negeri Israel, Perdana Menteri Netanyahu menghadapi tekanan yang luar biasa dari berbagai arah. Keluarga sandera secara konsisten mengadakan demonstrasi besar-besaran, menuntut pemerintah untuk memprioritaskan pembebasan orang yang mereka cintai, bahkan jika itu berarti mengorbankan beberapa tujuan militer jangka panjang. Mereka merasa bahwa kehidupan sandera lebih penting daripada tujuan perang jangka panjang yang sulit dicapai.

Selain itu, koalisi pemerintahan Netanyahu yang rapuh juga menghadapi desakan dari anggota kabinet sayap kanan untuk terus melanjutkan operasi militer hingga Hamas benar-benar musnah, yang bertentangan dengan seruan untuk kompromi. Keseimbangan kekuasaan dalam koalisi ini membuat Netanyahu sulit untuk mengambil keputusan yang berpotensi dianggap “lunak” oleh para mitranya.

Di kancah internasional, Israel juga berada di bawah pengawasan ketat. Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, telah berulang kali menyerukan perlindungan warga sipil dan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza, serta mendesak adanya kesepakatan gencatan senjata yang dapat membawa stabilitas. Washington khawatir bahwa berlanjutnya konflik dapat memicu ketidakstabilan yang lebih luas di kawasan.

Organisasi-organisasi kemanusiaan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga terus menyuarakan keprihatinan mendalam atas kondisi di Gaza, menekankan bahwa jalan buntu negosiasi hanya akan memperburuk krisis yang sudah parah. Laporan tentang kelaparan yang meluas dan runtuhnya sistem kesehatan di Gaza telah memicu kecaman global.

Dengan kondisi saat ini, prospek untuk menghentikan konflik di Gaza dalam waktu dekat tampak suram. Sikap teguh Benjamin Netanyahu, yang menolak kompromi signifikan, menempatkan dirinya dan Israel pada posisi yang semakin terisolasi di panggung global, sekaligus memperpanjang penderitaan di wilayah tersebut. Dunia menanti apakah strategi ‘semua atau tidak sama sekali’ ini akan berubah demi terwujudnya perdamaian yang lebih langgeng atau justru memperpanjang krisis.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.