Pengungsi Ukraina Kecam Usulan Konsesi Tanah: Hinaan Kedaulatan

KYIV, Ukraina – 17 August 2025 – Di tengah bayang-bayang konflik yang tak berkesudahan di Ukraina timur, kemarahan membuncah di antara para pengungsi yang mencari perlindungan di sebuah penampungan sementara. Mereka bereaksi keras terhadap wacana diplomatik yang mengemuka dari sebuah “KTT Alaska” baru-baru ini. Usulan yang dimaksud, yaitu penyerahan wilayah yang telah lama menjadi bagian dari kedaulatan Ukraina sebagai imbalan perdamaian, disebut sebagai penghinaan terang-terangan dan tidak dapat diterima oleh mereka yang telah kehilangan segalanya akibat invasi Rusia.
“Ini bukan sekadar tanah, ini adalah darah dan jiwa kami. Bagaimana mungkin seseorang di meja perundingan sana berpikir kami akan menyerahkan sejarah dan masa depan kami demi janji kosong perdamaian? Ini adalah penghinaan yang tak termaafkan bagi setiap warga Ukraina yang telah kehilangan segalanya,” ujar Olena Kostiuk (48), seorang ibu dari dua anak yang mengungsi dari Bakhmut, dengan suara bergetar di sebuah penampungan sementara di dekat Dnipro.
Reaksi di Garis Depan Konflik
Di penampungan yang sederhana ini, tempat puluhan keluarga mencoba membangun kembali hidup mereka dari puing-puing perang, sentimen serupa bergema di setiap sudut. Banyak dari mereka yang telah menyaksikan rumah mereka hancur lebur, kehilangan orang yang dicintai, dan terpaksa meninggalkan tanah leluhur mereka dalam sekejap. Bagi mereka, gagasan untuk ‘menukar’ tanah itu dengan perdamaian adalah pengkhianatan terhadap semua pengorbanan yang telah mereka lakukan.
Para pengungsi merasa bahwa upaya diplomatik semacam itu mengabaikan penderitaan mereka dan meremehkan kedaulatan nasional yang telah diperjuangkan dengan sangat mahal. Mereka berpendapat bahwa menyerahkan wilayah yang diduduki Rusia hanya akan melegitimasi agresi dan menciptakan preseden berbahaya bagi masa depan.
Implikasi Diplomatik dan Sikap Kyiv
Wacana mengenai potensi konsesi teritorial, meskipun belum dikonfirmasi secara resmi sebagai tawaran konkret yang datang dari KTT Alaska, telah memicu gelombang kekhawatiran tidak hanya di kalangan warga sipil tetapi juga di antara pengamat dan pejabat Ukraina. Pemerintah di Kyiv secara konsisten menegaskan bahwa integritas teritorial adalah garis merah yang tidak dapat dinegosiasikan. Setiap usulan yang melibatkan penyerahan wilayah yang diduduki Rusia, termasuk Krimea atau wilayah di Ukraina timur dan selatan, dianggap tidak konstitusional dan tidak dapat diterima oleh mayoritas rakyat Ukraina.
Analis politik Dr. Ivan Petrov dari Universitas Kyiv berpendapat, “Usulan semacam itu tidak hanya tidak realistis tetapi juga berbahaya, karena hanya akan melegitimasi agresi dan mendorong invasi di masa depan. Perdamaian sejati tidak dapat dibangun di atas fondasi ketidakadilan dan pengkhianatan kedaulatan.” Penolakan tegas dari akar rumput, seperti yang terlihat di penampungan pengungsi, mencerminkan keteguhan hati bangsa Ukraina untuk mempertahankan setiap jengkal tanah mereka dan menegaskan hak mereka atas penentuan nasib sendiri.
Meskipun tekanan internasional untuk mencapai resolusi damai terus meningkat, bagi jutaan warga Ukraina yang terdampak langsung oleh perang, perdamaian tidak dapat dicapai dengan mengorbankan kedaulatan dan martabat nasional. Kemarahan yang diungkapkan di penampungan pengungsi di Ukraina timur ini adalah pengingat keras bahwa penyelesaian konflik harus menghormati hak-hak dasar dan aspirasi rakyat yang paling menderita, bukan sekadar memuaskan agenda geopolitik.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda