September 12, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Putin Dianggap Kian Berani: Barat Ditantang Merespons Agresi Rusia

12 September 2025 – Presiden Rusia Vladimir V. Putin diyakini semakin berani dalam strategi agresifnya terhadap negara-negara Barat, menyusul apa yang disebut para pejabat Ukraina dan Eropa sebagai kurangnya tanggapan yang tegas dan konsisten. Kekhawatiran ini mengemuka di tengah berlanjutnya konflik di Ukraina dan ketegangan geopolitik yang semakin memanas, menggarisbawahi persepsi bahwa Kremlin sedang menguji batas toleransi dan kesatuan aliansi Barat.

Berbagai insiden, mulai dari aneksasi ilegal Krimea pada tahun 2014, campur tangan di Georgia, hingga invasi skala penuh ke Ukraina, telah membentuk pola di mana Rusia secara bertahap meningkatkan tekanan. Menurut sumber-sumber diplomatik dan intelijen, setiap langkah ini dianggap sebagai ujian terhadap komitmen Barat untuk membela prinsip-prinsip kedaulatan, integritas teritorial, dan hukum internasional.

Strategi Eskalasi Bertahap dan Ujian Kesabaran Barat

Para pejabat di Kyiv dan Brussels secara konsisten mengamati strategi Rusia yang bertumpu pada eskalasi bertahap, di mana tindakan provokatif dilancarkan untuk melihat seberapa jauh Barat bersedia merespons. Persepsi akan ketiadaan respons yang cepat, kuat, dan setimpal di luar sanksi ekonomi yang seringkali membutuhkan waktu untuk menunjukkan efeknya, diinterpretasikan oleh Moskow sebagai lampu hijau untuk melanjutkan tindakan agresifnya.

Contoh konkret yang sering disebut adalah keterlambatan pengiriman bantuan militer vital ke Ukraina, keengganan beberapa negara anggota Uni Eropa atau NATO untuk mengambil tindakan yang lebih keras, serta keretakan internal yang terkadang muncul dalam aliansi. Hal ini, menurut para analis, menciptakan celah yang dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat posisinya, baik di medan perang maupun dalam domain siber dan informasi.

“Persepsi bahwa Barat ragu-ragu atau terpecah dalam menghadapi agresi Rusia hanya akan mengundang lebih banyak tantangan. Ini bukan hanya tentang Ukraina, tetapi tentang integritas tatanan global yang didasarkan pada aturan dan prinsip-prinsip dasar kedaulatan,” kata seorang diplomat senior Eropa yang tidak ingin disebut namanya karena sensitivitas isu tersebut.

Kondisi ini diperparah dengan kampanye disinformasi dan propaganda yang intens dari Rusia, yang bertujuan untuk melemahkan dukungan publik di negara-negara Barat terhadap Ukraina dan menciptakan ketidakpercayaan terhadap institusi-institusi demokrasi.

Dilema Barat dan Risiko Keamanan Eropa

Dilema utama yang dihadapi Barat adalah bagaimana merespons agresi Rusia tanpa memicu konflik langsung yang lebih luas dan berpotensi menghancurkan. Upaya untuk menyeimbangkan antara tindakan pencegahan (deterrence) dan penghindaran eskalasi (de-escalation) seringkali dianggap lambat dan kurang tegas oleh pihak-pihak yang pro-Ukraina.

Risiko yang melekat pada tren ini sangat besar. Jika strategi Rusia yang dianggap berhasil tanpa respons signifikan berlanjut, konsekuensinya bisa fatal bagi arsitektur keamanan Eropa pasca-Perang Dingin. Ancaman terhadap negara-negara Baltik, Polandia, atau Moldova yang berbatasan langsung dengan Rusia atau Belarusia akan semakin meningkat. Selain itu, erosi tatanan internasional yang didasarkan pada aturan dapat memperkuat rezim otoriter lainnya untuk mengikuti jejak Kremlin.

Oleh karena itu, ada seruan yang semakin kuat dari berbagai pihak agar negara-negara Barat mengembangkan strategi yang lebih kohesif, tegas, dan jangka panjang. Pentingnya persatuan di antara sekutu, sinyal yang jelas dan tidak ambigu kepada Kremlin, serta dukungan berkelanjutan untuk Ukraina, dipandang sebagai langkah krusial untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan memulihkan stabilitas di kawasan. Masa depan keamanan Eropa, pada akhirnya, akan sangat bergantung pada respons kolektif yang diambil oleh aliansi Barat saat ini.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.