Tiongkok Komitmen Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca; Ukraina Peringatkan Perlombaan Senjata Baru
        Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi saksi pernyataan signifikan dari Tiongkok, yang untuk pertama kalinya secara eksplisit menguraikan komitmennya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Di tengah sorotan isu iklim, Presiden Ukraina juga memanfaatkan forum global ini untuk menyerukan bantuan militer lebih lanjut dalam menghadapi agresi Rusia, sekaligus memperingatkan potensi ancaman perlombaan senjata global yang baru.
Tiongkok Berjanji Pangkas Emisi di Tengah Tekanan Iklim Global
Dalam pidato yang disampaikan di sebuah konferensi iklim PBB, yang merupakan bagian dari agenda Sidang Umum PBB, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengumumkan bahwa negaranya akan berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca setidaknya 7 hingga 10 persen pada tahun 2035. Pernyataan ini menandai langkah signifikan karena menjadi kali pertama Tiongkok, sebagai penghasil emisi terbesar di dunia, secara eksplisit menetapkan target pengurangan emisi yang spesifik dalam jangka menengah.
Komitmen ini muncul di tengah meningkatnya tekanan global untuk mengatasi krisis iklim. Sebelumnya, Tiongkok telah berjanji untuk mencapai puncak emisinya pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2060. Target pengurangan emisi yang baru ini, meskipun masih memerlukan rincian lebih lanjut mengenai mekanisme implementasinya, mengindikasikan pergeseran dalam pendekatan Beijing terhadap isu lingkungan global. Langkah ini diharapkan dapat mendorong negara-negara industri besar lainnya untuk meningkatkan ambisi mereka dalam mengatasi perubahan iklim.
Analis kebijakan iklim menyambut baik pengumuman ini sebagai langkah positif, namun juga menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam mencapai target tersebut. Mereka mencatat bahwa skala ekonomi dan industri Tiongkok menuntut upaya transformatif yang besar untuk mewujudkan pengurangan emisi yang berarti, termasuk restrukturisasi sektor energi dan industri berat. Implementasi yang efektif akan krusial untuk memastikan dampak nyata terhadap upaya mitigasi iklim global.
Ukraina Serukan Bantuan Senjata, Peringatkan Ancaman Perlombaan Senjata Baru
Sementara itu, pada platform yang sama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyampaikan permohonan yang mendesak kepada komunitas internasional untuk menyediakan lebih banyak persenjataan guna membantu negaranya melawan invasi Rusia. Dalam pidatonya yang penuh emosi, Zelenskyy menggarisbawahi dampak destabilisasi konflik terhadap keamanan global dan menyerukan dukungan yang lebih kuat serta berkelanjutan dari sekutu internasional.
Presiden Zelenskyy juga mengeluarkan peringatan keras mengenai bahaya potensi perlombaan senjata baru jika konflik di Ukraina tidak segera diakhiri dengan dukungan yang memadai. Menurutnya, kegagalan untuk menghentikan agresi Rusia dapat memicu proliferasi senjata dan menciptakan ketidakstabilan yang lebih luas di kancah internasional, mengancam perdamaian global yang telah rapuh.
“Dunia tidak boleh membiarkan agresi menjadi norma. Jika kita gagal menghentikan tirani sekarang, risiko perlombaan senjata baru yang tidak terkendali akan mengancam setiap negara, setiap benua. Kita membutuhkan senjata untuk membela diri dan melindungi tatanan internasional,”
ujar Presiden Zelenskyy dalam pidatonya yang disiarkan global pada 24 September 2025.
Permintaan Ukraina akan senjata terus menjadi isu krusial di tengah berlangsungnya konflik yang telah memasuki bulan ke sekian. Negara-negara sekutu telah memberikan bantuan militer miliaran dolar, namun Kyiv berargumen bahwa lebih banyak lagi yang dibutuhkan untuk mempertahankan wilayahnya dan mendorong pasukan Rusia mundur. Peringatan tentang perlombaan senjata menambah dimensi baru pada perdebatan mengenai respons global terhadap krisis Ukraina, menyoroti implikasi jangka panjang jika solusi damai dan adil tidak tercapai dalam waktu dekat.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
