Langkah Historis Tiongkok: Xi Jinping Umumkan Target Reduksi Emisi GRK Perdana
SHARM EL SHEIKH, MESIR – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Tiongkok, negara pengemisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di dunia, secara resmi menjanjikan pengurangan emisi gas rumah kaca. Komitmen bersejarah ini disampaikan oleh Presiden Xi Jinping dalam sebuah konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang krusial, menandai potensi pergeseran signifikan dalam upaya global memerangi perubahan iklim.
Dalam pidatonya, Presiden Xi Jinping menyatakan bahwa negaranya akan berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca setidaknya 7 hingga 10 persen pada tahun 2035. Pengumuman ini menjadi sorotan utama di tengah desakan global yang semakin intens terhadap negara-negara besar untuk mengambil langkah konkret dalam menekan laju pemanasan global.
Signifikansi Komitmen Tiongkok
Janji Tiongkok untuk secara eksplisit mengurangi emisi, bukan hanya memperlambat pertumbuhannya atau mengurangi intensitas karbon per unit PDB, merupakan terobosan penting. Selama ini, Tiongkok seringkali berpegang pada target “puncak emisi” pada periode tertentu dan mengurangi “intensitas karbon,” yang mengacu pada jumlah emisi per unit output ekonomi. Namun, komitmen untuk “mengurangi emisi” secara langsung menandakan ambisi yang lebih besar, meskipun detail mengenai garis dasar perhitungan (baseline) untuk pengurangan 7-10 persen tersebut belum dirinci secara lengkap.
Sebagai penyumbang sekitar 27 persen dari total emisi GRK global, langkah Tiongkok memiliki dampak yang sangat besar terhadap keberhasilan perjanjian iklim internasional. Para ahli iklim dan negosiator dari berbagai negara menyambut baik pengumuman ini sebagai sinyal positif, namun juga menekankan perlunya transparansi dan mekanisme verifikasi yang kuat untuk memastikan target tersebut tercapai.
“Komitmen Tiongkok untuk secara eksplisit mengurangi emisi merupakan langkah maju yang tak bisa diremehkan. Ini menunjukkan adanya pengakuan serius terhadap urgensi krisis iklim dari pemimpin ekonomi terbesar kedua dunia. Namun, tantangan sesungguhnya terletak pada implementasi kebijakan dan pergeseran fundamental dalam struktur energi mereka untuk mencapai target ambisius ini secara absolut,” ujar Dr. Chen Wei, seorang analis kebijakan iklim di Beijing, pada 25 September 2025.
Pengurangan emisi ini diharapkan akan mendorong pengembangan teknologi hijau dan energi terbarukan di Tiongkok, yang sudah menjadi pemain dominan dalam sektor ini. Investasi dalam panel surya, turbin angin, dan kendaraan listrik diperkirakan akan semakin masif, membuka peluang ekonomi baru sekaligus berkontribusi pada penurunan emisi.
Tantangan Implementasi dan Agenda Global
Meskipun komitmen ini disambut positif, Tiongkok masih menghadapi tantangan besar. Perekonomian Tiongkok sangat bergantung pada batu bara, dan transisi menuju energi bersih memerlukan investasi triliunan dolar serta restrukturisasi industri yang kompleks. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tetap menjadi prioritas utama bagi pemerintah Tiongkok, yang seringkali menjadi penyeimbang dalam formulasi kebijakan iklim.
Di sela-sela perdebatan sengit mengenai iklim, konferensi PBB yang sama juga menjadi platform bagi para pemimpin dunia untuk membahas isu-isu global lainnya. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyampaikan pidato emosional, meminta lebih banyak senjata untuk melawan invasi Rusia. Ia juga memperingatkan dunia tentang bahaya perlombaan senjata baru yang bisa memicu konflik lebih luas, mengalihkan fokus dari ancaman eksistensial perubahan iklim.
Pidato Zelenskyy menyoroti kompleksitas diplomasi global, di mana krisis iklim harus bersaing dengan tantangan geopolitik yang mendesak. Namun, para delegasi berharap bahwa pengumuman Tiongkok akan memberikan momentum baru bagi negara-negara untuk memperkuat target iklim mereka menjelang tenggat waktu kritis untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius.
Langkah Tiongkok ini diharapkan dapat memicu dorongan lebih lanjut bagi negara-negara maju dan berkembang lainnya untuk meningkatkan ambisi mereka dalam menghadapi ancaman perubahan iklim yang terus membayangi. Dunia kini menunggu detail lebih lanjut dan peta jalan konkret dari Tiongkok untuk mewujudkan janji historis ini.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
