Ribuan Warga Gaza Utara Kembali di Tengah Gencatan Senjata, Hadapi Kehancuran
GAZA UTARA – Ribuan warga Palestina mulai kembali ke wilayah utara Jalur Gaza pada akhir pekan, memanfaatkan jeda gencatan senjata yang disepakati untuk menelusuri puing-puing kehidupan mereka. Dengan harapan yang bercampur aduk bersama kehancuran, perjalanan pulang ini menjadi gambaran pilu akan skala kerusakan yang melanda wilayah tersebut.
Sejak gencatan senjata mulai berlaku, arus manusia terlihat bergerak menuju Kota Gaza dan area sekitarnya. Mereka adalah pengungsi internal yang sempat melarikan diri ke selatan, kini nekat kembali untuk melihat langsung apa yang tersisa dari rumah dan harta benda mereka, serta mencari kabar kerabat yang mungkin tertinggal.
Harapan di Tengah Puing-puing
Perjalanan pulang ini adalah sebuah odise yang penuh ketidakpastian. Banyak yang berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer, membawa sedikit barang yang bisa diselamatkan, atau menumpang kendaraan seadanya. Pemandangan yang menyambut mereka adalah lanskap yang nyaris tak bisa dikenali. Bangunan-bangunan rata dengan tanah, infrastruktur hancur lebur, dan aroma debu serta asap masih melekat di udara.
Bagi sebagian besar, tujuannya bukan untuk membangun kembali segera, melainkan hanya untuk mengetahui. Mengetahui apakah rumah mereka masih berdiri, apakah ada kenangan yang bisa diselamatkan, atau di mana mereka harus memulai proses berkabung. Raut wajah mereka memancarkan campuran antara kelegaan atas gencatan senjata sementara dan keputusasaan atas pemandangan di depan mata.
“Saya harus kembali. Saya tidak tahu apa yang akan saya temukan, tapi saya tidak bisa hanya duduk menunggu. Ini rumah saya, ini hidup saya.” – kata seorang warga Gaza yang namanya tidak disebut, mengutip sentimen umum para pengungsi.
Beberapa berhasil menemukan rumah mereka yang sebagian masih berdiri, memicu sedikit harapan di tengah kekacauan. Namun, lebih banyak lagi yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kediaman mereka kini hanyalah tumpukan puing, lenyap ditelan konflik.
Tantangan Berat Pemulihan
Kembalinya ribuan warga ini secara langsung menyoroti tantangan kemanusiaan yang sangat besar di Gaza. Infrastruktur dasar seperti pasokan air bersih, listrik, dan sanitasi telah hancur. Rumah sakit dan fasilitas medis lainnya lumpuh atau tidak berfungsi optimal, meninggalkan populasi yang rentan tanpa akses kesehatan yang memadai.
Ancaman lain yang tak kalah serius adalah keberadaan ranjau darat dan sisa-sisa bahan peledak yang belum meledak. Area yang dulunya padat penduduk kini bisa menjadi sangat berbahaya, menghambat upaya pencarian dan pembersihan puing. Badan-badan kemanusiaan internasional telah menyuarakan kekhawatiran mendalam mengenai keselamatan warga sipil di tengah lingkungan yang tidak stabil ini.
Pada 11 October 2025, situasi kemanusiaan di seluruh Jalur Gaza, khususnya di bagian utara, tetap menjadi krisis parah yang membutuhkan respons global segera dan terkoordinasi. Dengan puluhan ribu rumah hancur dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal, jalan menuju pemulihan dan rekonstruksi dipastikan akan panjang dan berliku, membutuhkan komitmen jangka panjang dari komunitas internasional dan pihak-pihak terkait untuk memastikan stabilitas dan keamanan yang berkelanjutan bagi seluruh penduduk Gaza.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
