November 4, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Gaza: Gencatan Senjata Dimulai, Tantangan Pelucutan Senjata Menanti

Prospek gencatan senjata di Gaza kembali mengemuka setelah perundingan intensif dan tekanan internasional. Laporan terbaru menunjukkan bahwa Hamas telah menunjukkan kesediaan untuk mematuhi kesepakatan gencatan senjata dan melakukan pertukaran sandera, sebuah langkah yang disambut baik sebagai harapan baru untuk meredakan krisis kemanusiaan yang memburuk. Namun, para analis dan pembuat kebijakan sepakat bahwa ini hanyalah awal dari “bagian tersulit”: meyakinkan Hamas untuk secara permanen meletakkan senjata mereka, sebuah tantangan yang jauh lebih kompleks dan berpotensi memakan waktu bertahun-tahun.

Perundingan yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, yang telah berlangsung berulang kali, difokuskan pada penghentian permusuhan, pembebasan sandera, dan masuknya bantuan kemanusiaan. Meskipun persetujuan awal terhadap aspek-aspek ini merupakan pencapaian signifikan, inti dari konflik ini – yaitu status dan kemampuan militer Hamas – masih menjadi ganjalan utama yang belum tersentuh secara substansial.

Kompleksitas di Balik Kesepakatan Awal

Kesediaan Hamas untuk membebaskan sandera dan menyetujui gencatan senjata sementara mencerminkan tekanan berat yang dihadapinya, baik dari operasi militer Israel maupun dari krisis kemanusiaan yang melanda Jalur Gaza. Namun, bagi Hamas, pelucutan senjata merupakan pengorbanan eksistensial yang berlawanan dengan ideologi pendiriannya sebagai gerakan perlawanan dan penopang kekuasaannya di Gaza sejak tahun 2007. Kelompok ini memandang senjatanya sebagai satu-satunya jaminan keamanan bagi rakyat Palestina dan alat untuk mencapai tujuan politiknya.

Dari sudut pandang Israel, pelucutan senjata Hamas adalah prasyarat mutlak untuk keamanan jangka panjang. Pengalaman puluhan tahun konflik dan serangan roket dari Gaza telah membentuk keyakinan kuat bahwa keberadaan sayap militer Hamas yang bersenjata lengkap selalu menjadi ancaman. Israel menegaskan bahwa operasi militernya bertujuan untuk menghancurkan kapasitas militer dan infrastruktur Hamas, bukan sekadar jeda pertempuran.

“Kesepakatan gencatan senjata adalah langkah krusial, namun melucuti senjata sebuah kelompok seperti Hamas yang mengakar kuat pada ideologi perlawanan dan struktur politik adalah sebuah maraton, bukan sprint,” ujar seorang analis keamanan regional yang tidak ingin disebut namanya. “Ini membutuhkan lebih dari sekadar tanda tangan di atas kertas; ini membutuhkan perubahan fundamental yang akan memakan waktu bertahun-tahun, jika tidak puluhan tahun, dan melibatkan jaminan keamanan yang kredibel bagi semua pihak.”

Visi Berbeda: Keamanan Israel vs. Perlawanan Hamas

Tantangan utama terletak pada perbedaan mendasar dalam visi kedua belah pihak. Israel menuntut demiliterisasi total Gaza sebagai syarat untuk stabilitas, sementara Hamas bersikukuh pada haknya untuk mempertahankan diri dan menganggap senjatanya sebagai bagian integral dari identitas perlawanan mereka. Upaya mediasi internasional harus menavigasi jurang pemisah ini, mencari solusi yang dapat memberikan jaminan keamanan yang dapat diterima oleh Israel, tanpa sepenuhnya menghilangkan kapabilitas politik Hamas atau memicu perlawanan lebih lanjut.

Selain itu, pertanyaan mengenai siapa yang akan mengatur Gaza pasca-konflik dan proses pelucutan senjata juga sangat rumit. Otoritas Palestina (PA), yang saat ini menguasai sebagian Tepi Barat, telah menyatakan kesediaannya untuk mengambil alih pengelolaan Gaza, tetapi Hamas kemungkinan akan menolak penyerahan kekuasaan total tanpa syarat. Mekanisme verifikasi internasional yang kuat dan pasukan penjaga perdamaian mungkin diperlukan, namun hal ini juga menimbulkan tantangan politik dan logistik yang besar.

Jalan Panjang Menuju Perdamaian Berkelanjutan

Seiring dengan upaya pembebasan sandera dan penarikan pasukan yang mungkin terjadi, fokus akan beralih ke pembicaraan yang lebih sulit tentang tata kelola masa depan Gaza, rekonstruksi, dan yang paling penting, pelucutan senjata. Masyarakat internasional, khususnya Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar, akan memainkan peran sentral dalam memfasilitasi dialog ini, memberikan insentif, dan memberikan tekanan. Namun, keberhasilan pada akhirnya akan bergantung pada kemauan politik dari kedua belah pihak untuk berkompromi demi perdamaian yang lebih langgeng.

Untuk saat ini, pada 14 October 2025, gencatan senjata di Gaza tetap menjadi harapan yang rapuh, tergantung pada kesepakatan yang lebih dalam dan lebih substansial. Gencatan senjata memang dapat menghentikan pertempuran, tetapi hanya pelucutan senjata yang tulus dan kesepakatan politik yang komprehensif yang dapat membuka jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan bagi jutaan orang di wilayah tersebut.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.