Suriah 10 Bulan Pasca-Assad: Kekerasan Berlanjut, Harapan Damai Kian Memudar
Sepuluh bulan pasca-runtuhnya rezim Assad yang telah lama berkuasa, Suriah masih terperangkap dalam lingkaran kekerasan yang tak terkendali. Janji-janji akan perdamaian dan stabilitas yang sempat membumbung tinggi kini telah pudar, digantikan oleh keputusasaan yang mendalam di kalangan rakyat Suriah. Pembantaian warga sipil terus berlanjut, menghancurkan sisa-sisa harapan bahwa era brutalitas akan segera berakhir, menandai kelanjutan penderitaan yang tak berujung.
Konteks Konflik dan Janji Damai yang Runtuh
Kejatuhan rezim otoriter Basar al-Assad pada akhir tahun lalu sempat disambut dengan euforia dan optimisme bahwa sebuah babak baru akan terbuka bagi bangsa Suriah. Ribuan orang turun ke jalan merayakan akhir dari puluhan tahun penindasan, membayangkan masa depan yang diwarnai kebebasan, keadilan, dan keamanan. Namun, realitas di lapangan jauh dari harapan tersebut, menguak kompleksitas konflik yang melampaui kejatuhan satu pemimpin.
Alih-alih transisi damai, konflik internal justru semakin meruncing. Berbagai faksi bersenjata, yang sebagian besar terbentuk dari kelompok pemberontak yang sebelumnya bersatu melawan Assad, kini saling berebut pengaruh dan wilayah. Dalam kekacauan ini, warga sipil menjadi korban utama. Laporan-laporan dari berbagai kota dan desa di Suriah, yang terus berdatangan hingga 22 October 2025, mengindikasikan bahwa pembunuhan massal, penculikan, dan serangan acak terhadap komunitas sipil masih marak terjadi, seringkali tanpa akuntabilitas yang jelas.
Analis politik dari Universitas Damaskus, Dr. Hamid Jafar (nama disamarkan demi keamanan), dalam wawancara terbaru, menyatakan keprihatinannya yang mendalam. “Rezim mungkin telah tumbang, tetapi mentalitas kekerasan dan impunitas sayangnya belum ikut mati. Kekosongan kekuasaan menciptakan ruang bagi bentuk-bentuk kebrutalan baru, di mana nyawa manusia seolah tak berharga dalam perebutan kendali,” ujarnya, menggambarkan situasi yang semakin memburuk.
Dampak Kemanusiaan dan Desakan Internasional
Dampak dari kekerasan yang berkepanjangan ini sangat menghancurkan dimensi kemanusiaan. Jutaan warga Suriah telah mengungsi dari rumah mereka, mencari perlindungan di kamp-kamp pengungsian yang sesak di dalam negeri maupun di negara-negara tetangga seperti Turki, Yordania, dan Lebanon. Infrastruktur dasar seperti rumah sakit, sekolah, dan pasokan air bersih hancur, memperparah krisis kemanusiaan yang sudah parah dan mengancam kelangsungan hidup jutaan orang.
Organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan internasional berjuang keras untuk menjangkau korban, namun seringkali terhalang oleh situasi keamanan yang tidak menentu dan akses yang terbatas ke zona konflik. Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan, banyak dari mereka kehilangan orang tua atau mengalami trauma psikologis yang mendalam akibat menyaksikan kekerasan tak berkesudahan. Data terbaru menunjukkan peningkatan drastis kasus malnutrisi, penyakit menular, dan masalah kesehatan mental di daerah-daerah konflik.
Seorang sukarelawan kemanusiaan yang bekerja di kamp pengungsian di dekat perbatasan Turki mengungkapkan keputusasaannya pada 22 October 2025:
“Kami datang ke sini dengan harapan untuk membangun kembali, untuk melihat senyum kembali di wajah anak-anak. Tapi setiap hari, kami hanya menyaksikan penderitaan yang tak ada habisnya. Dunia seolah menutup mata terhadap apa yang terjadi di Suriah. Kami membutuhkan lebih dari sekadar janji, kami butuh tindakan nyata dan perlindungan yang konsisten.”
Komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai kekuatan global, telah berulang kali menyerukan penghentian kekerasan dan dimulainya proses politik inklusif yang melibatkan semua pihak. Namun, upaya-upaya tersebut seringkali menemui jalan buntu akibat kompleksitas konflik dan kepentingan geopolitik yang saling bertabrakan. Tanpa tekanan yang lebih besar dan konsensus yang kuat di antara kekuatan global, masa depan Suriah tampak suram, dengan rakyatnya yang terus menderita di tengah janji damai yang kian memudar.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
