Dari Reruntuhan ke Pelukan Persahabatan: Kisah Bocah Ukraina di Pengungsian

Kisah Mykhailo (10), bocah pengungsi dari Ukraina, menjadi pengingat pilu akan dampak mendalam konflik bersenjata terhadap kehidupan anak-anak. Setelah kehilangan rumah, sang ayah, dan sahabat-sahabatnya di tengah invasi Rusia, pencarian Mykhailo tidak lagi berfokus pada kelangsungan hidup semata, melainkan pada kebutuhan dasar manusia yang sering terabaikan di masa perang: sebuah ikatan persahabatan.

Mykhailo adalah salah satu dari jutaan anak-anak Ukraina yang hidupnya terenggut paksa oleh perang. Kota asalnya di Ukraina timur menjadi medan pertempuran yang brutal, merenggut nyawa ayahnya dan menghancurkan masa kecilnya. Bersama ibunya, ia berhasil melarikan diri, menempuh perjalanan panjang penuh ketakutan sebelum akhirnya menemukan perlindungan di sebuah kamp rehabilitasi di pegunungan Carpathia, Polandia. Kamp yang dikelola oleh organisasi kemanusiaan internasional ini dirancang khusus untuk memberikan dukungan psikososial bagi anak-anak korban perang.

Melawan Trauma di Tengah Alam

Setibanya di kamp, Mykhailo adalah sosok yang pendiam dan sering menyendiri. Matanya yang biasanya ceria kini dipenuhi dengan bayangan masa lalu yang kelam. Trauma kehilangan dan perpisahan membuatnya sulit berinteraksi dengan anak-anak lain. Para konselor di kamp memahami bahwa proses penyembuhan tidak hanya melibatkan penyediaan kebutuhan fisik, tetapi juga pemulihan jiwa yang rapuh.

Lingkungan pegunungan yang asri dan udara segar perlahan-lahan mulai melunakkan hati Mykhailo. Aktivitas harian di kamp, seperti mendaki bukit, melukis, dan bermain sepak bola, dirancang untuk mendorong interaksi dan ekspresi emosi. Awalnya, ia hanya memperhatikan dari kejauhan, enggan bergabung. Namun, satu sore yang cerah, saat permainan sepak bola berlangsung, bola meluncur ke kakinya. Tanpa berpikir panjang, Mykhailo menendangnya kembali ke tengah lapangan. Seseorang tersenyum padanya, dan momen kecil itu menjadi titik balik.

“Saya pikir saya tidak akan pernah bisa tertawa atau bermain lagi,” ujar Mykhailo dalam sebuah sesi terapi, seperti diceritakan salah satu konselor. “Tapi di sini, dengan teman-teman baru, saya merasa bukan hanya seorang penyintas, tetapi seorang anak lagi. Rasanya seperti menemukan kembali bagian dari diri saya yang hilang.”

Kekuatan Sebuah Tawa

Dari tendangan bola itu, Mykhailo mulai membuka diri. Ia menemukan seorang teman sebaya bernama Oleksandr, juga seorang pengungsi dari Mariupol. Keduanya berbagi cerita, ketakutan, dan yang terpenting, tawa. Persahabatan mereka bersemi di tengah bayang-bayang perang, membuktikan bahwa bahkan dalam kondisi paling ekstrem sekalipun, harapan dan koneksi manusia dapat tumbuh subur.

Menurut Dr. Elena Petrova, seorang psikolog anak yang bekerja dengan pengungsi, persahabatan memiliki peran krusial dalam pemulihan trauma pada anak. “Kehilangan teman dan rutinitas sosial adalah salah satu dampak perang yang paling merusak bagi anak-anak. Mampu menjalin ikatan baru, bermain, dan merasa diterima adalah langkah fundamental menuju penyembuhan. Ini mengembalikan rasa normalitas dan keamanan yang direnggut dari mereka,” jelasnya pada 30 October 2025.

Kisah Mykhailo adalah representasi dari ribuan anak-anak Ukraina yang saat ini tersebar di berbagai kamp dan komunitas pengungsian. Mereka adalah generasi yang dipaksa dewasa terlalu cepat, namun dalam setiap cerita tentang perjuangan mereka, terselip harapan. Harapan yang terwujud dalam tawa renyah saat bermain, dalam uluran tangan seorang teman, dan dalam keberanian untuk kembali membangun kehidupan di tengah puing-puing masa lalu.

Kamp di pegunungan Carpathia ini hanyalah salah satu dari banyak upaya global untuk merawat luka-luka tak terlihat yang ditimbulkan oleh perang. Bagi Mykhailo dan teman-teman barunya, ini adalah tempat di mana mereka bisa menjadi anak-anak lagi, bahkan jika hanya untuk sementara, sebelum kembali menghadapi masa depan yang masih penuh ketidakpastian.

Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda