December 1, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Francesco Bagnaia Alami Musim Terburuk Sejak 2020 di MotoGP 2025

Musim MotoGP 2025 telah resmi berakhir dengan seri penutup dramatis di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia. Namun, di tengah euforia juara baru, sorotan tajam justru tertuju pada Francesco ‘Pecco’ Bagnaia, pembalap andalan Ducati Lenovo, yang mencatatkan musim penuh tantangan dan berakhir dengan performa terburuknya secara kualitatif sejak tahun 2020, jauh dari standar yang ia tetapkan sebagai juara dunia.

Pada 16 November 2025, hasil akhir klasemen menunjukkan sang juara bertahan, atau setidaknya kandidat juara abadi dalam beberapa musim terakhir, terperosok ke posisi kedelapan. Sebuah kemunduran drastis bagi pembalap yang telah mendominasi puncak kelas utama dalam beberapa tahun terakhir, meraih dua gelar juara dunia berturut-turut pada 2022 dan 2023, dan menjadi pesaing serius di 2024.

Musim Penuh Tantangan dan Harapan yang Pupus

Sejak awal musim 2025, Francesco Bagnaia menunjukkan tanda-tanda kesulitan yang tidak biasa. Konsistensi yang menjadi ciri khasnya lenyap, digantikan oleh serangkaian hasil yang tidak stabil. Ia gagal mencatat kemenangan satupun di sepanjang musim, sebuah statistik yang mengejutkan mengingat ia adalah salah satu pembalap paling dominan dalam sejarah Ducati modern. Jumlah podium yang minim, ditambah dengan beberapa kecelakaan yang tidak terduga, semakin memperburuk posisinya di klasemen.

Jika dibandingkan dengan musim 2020—tahun debut penuh waktunya di kelas utama bersama tim satelit Pramac Racing—di mana ia finis di posisi ke-16 dengan satu podium, musim 2025 ini secara peringkat mungkin terlihat lebih baik. Namun, dari segi ekspektasi, dominasi, dan persaingan gelar, penurunan Bagnaia di 2025 jauh lebih drastis. Ia tidak pernah benar-benar terlibat dalam perburuan gelar, sebuah pemandangan langka bagi seorang juara dunia dua kali.

Berbagai spekulasi bermunculan mengenai penyebab kemunduran ini. Ada yang menyebut adaptasi terhadap perubahan kecil pada regulasi teknis yang kurang optimal, masalah pada paket aerodinamika baru Ducati yang tidak sepenuhnya cocok dengan gaya balapnya, hingga tekanan mental yang luar biasa akibat harapan tinggi yang diemban. Rivalitas yang semakin ketat dengan kemunculan bakat-bakat baru juga disinyalir berkontribusi pada kesulitan Bagnaia.

Analisis Balapan Terakhir dan Prospek Masa Depan

Seri penutup di Valencia, yang selalu menjadi ajang krusial, tidak banyak mengubah nasib Bagnaia. Start dari posisi yang kurang menguntungkan, ia hanya mampu finis di posisi kesembilan, jauh dari pertarungan podium. Balapan ini dimenangkan secara gemilang oleh Fabio Quartararo dari Monster Energy Yamaha, yang menunjukkan peningkatan performa signifikan di akhir musim.

Sementara itu, gelar juara dunia MotoGP 2025 secara mengejutkan berhasil diraih oleh pembalap muda fenomenal, Pedro Acosta dari Red Bull GASGAS Tech3, yang sukses mengungguli pesaing-pesaing kuat lainnya seperti Jorge Martin dan Enea Bastianini dalam sebuah perebutan gelar yang menegangkan hingga lap terakhir.

Bagi Bagnaia dan tim Ducati Lenovo, musim 2025 akan menjadi bahan evaluasi mendalam. Ini adalah pengingat bahwa di dunia balap motor, tidak ada yang abadi, dan setiap musim membawa tantangan baru. Menanggapi hasil mengecewakan ini, manajer tim Ducati, Davide Tardozzi, dalam konferensi pers pasca balapan menyatakan,

Kami tahu ini bukan musim yang kami harapkan dari Pecco. Ada banyak faktor yang berkontribusi, dan kami akan menganalisisnya secara menyeluruh bersama tim teknis. Yang jelas, kami tidak akan menyerah. Pecco adalah juara sejati, dan kami yakin dia akan kembali lebih kuat di musim depan. Ini adalah bagian dari olahraga, ada naik dan ada turun. Kami harus belajar dari ini dan menjadikan musim 2026 sebagai titik balik.

Masa depan Bagnaia kini menjadi sorotan. Kontraknya dengan Ducati masih berjalan, namun pertanyaan besar menggantung: apakah ia mampu bangkit dan kembali ke performa terbaiknya di 2026? Penggemar dan para pengamat menantikan dengan cemas apakah penurunan ini hanya anomali atau pertanda berakhirnya era dominasinya. Satu hal yang pasti, musim depan akan menjadi momen krusial bagi karir sang pembalap Italia untuk membuktikan kembali kemampuannya sebagai salah satu yang terbaik di dunia.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda