December 1, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Pangeran Mohammed bin Salman Kembali ke Gedung Putih: Normalisasi Hubungan AS-Saudi

Washington D.C. – Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dijadwalkan akan mengunjungi Gedung Putih pada

17 November 2025

, menandai kunjungan pertamanya sejak tahun 2018. Perjalanan penting ini mengindikasikan pergeseran signifikan dalam hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Kerajaan Saudi, setelah MBS sempat menjadi “paria” internasional menyusul pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi oleh agen-agen Saudi.

Kunjungan ini dipandang sebagai upaya normalisasi penuh dan strategis, menyoroti realitas geopolitik yang mendesak di mana kepentingan bersama, terutama terkait energi, keamanan regional, dan persaingan kekuatan global, telah membayangi ketegangan masa lalu. Kembalinya Pangeran Mahkota ke panggung utama di Washington menggarisbawahi posisi Arab Saudi yang tidak tergantikan sebagai produsen minyak utama dan mitra keamanan strategis di Timur Tengah.

Dibalik Normalisasi: Prioritas Geopolitik yang Mendesak

Keputusan administrasi Biden untuk secara resmi menyambut Pangeran Mohammed bin Salman menunjukkan pragmatisme yang kian meningkat dalam kebijakan luar negeri AS. Setelah sempat berjanji untuk menjadikan Arab Saudi sebagai “paria” akibat pelanggaran hak asasi manusia, terutama pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018, tekanan global dan regional telah memaksa Washington untuk meninjau kembali pendekatannya.

Perang di Ukraina dan dampaknya terhadap pasar energi global telah memperkuat urgensi AS untuk menjaga stabilitas pasokan minyak. Arab Saudi, sebagai pemimpin de facto Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), memegang kunci dalam mempengaruhi harga dan ketersediaan minyak. Selain itu, kekhawatiran bersama tentang ambisi nuklir Iran, ancaman terorisme, dan persaingan strategis dengan Tiongkok dan Rusia di kawasan tersebut menjadi faktor pendorong utama di balik upaya rekonsiliasi ini.

“Ini adalah pengakuan pragmatis bahwa terlepas dari perbedaan masa lalu, Arab Saudi, di bawah kepemimpinan Pangeran Mohammed bin Salman, tetap merupakan pemain kunci yang tidak dapat diabaikan dalam peta energi global dan keamanan regional,” ujar seorang analis kebijakan luar negeri yang enggan disebut namanya. “Washington tidak punya pilihan lain selain terlibat kembali secara mendalam, meskipun ada biaya reputasi tertentu.”

Kunjungan ini juga terjadi di tengah upaya Arab Saudi untuk mendiversifikasi ekonominya melalui program Visi 2030 yang ambisius, serta memperkuat posisinya sebagai kekuatan regional yang mandiri. Riyadh telah menunjukkan kemampuannya untuk menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai pihak, termasuk rekonsiliasi dengan Iran yang dimediasi oleh Tiongkok, menunjukkan bahwa negara tersebut tidak lagi sepenuhnya bergantung pada Washington.

Masa Depan Hubungan AS-Saudi di Tengah Tantangan Regional

Agenda pembahasan antara Pangeran Mohammed bin Salman dan para pejabat Gedung Putih diperkirakan akan mencakup berbagai isu penting. Selain stabilisasi pasar energi, diskusi kemungkinan akan menyentuh upaya denuklirisasi Iran, potensi normalisasi hubungan Arab Saudi dengan Israel di bawah Kesepakatan Abraham, serta situasi di Yaman, di mana perang yang dipimpin Saudi telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Dari perspektif Saudi, kunjungan ini adalah validasi atas kepemimpinan Pangeran Mohammed bin Salman dan reformasi yang telah ia lakukan di dalam negeri, termasuk perubahan sosial yang progresif dan upaya untuk membuka ekonomi. Namun, kritikus hak asasi manusia di AS dan internasional tetap skeptis, khawatir bahwa penerimaan Washington terhadap MBS akan mengirimkan pesan yang salah dan mengabaikan catatan hak asasi manusia Kerajaan yang masih menjadi perhatian serius.

Kendati demikian, bagi Washington, memulihkan hubungan pada tingkat tertinggi adalah langkah krusial untuk menjaga kepentingan AS di kawasan yang bergejolak. Kunjungan Pangeran Mahkota menandai babak baru yang kompleks dan penuh nuansa dalam aliansi strategis yang telah berlangsung selama puluhan tahun, menyeimbangkan nilai-nilai AS dengan realitas keras geopolitik global.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda