December 1, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Pangeran MBS Kembali ke Washington: Era Baru Pragmatisme Geopolitik AS-Saudi

WASHINGTON D.C. – Setelah bertahun-tahun berada dalam status diplomatik yang terpinggirkan pasca insiden pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), dijadwalkan akan mengunjungi Gedung Putih pada Selasa 18 November 2025. Kunjungan ini menandai kembalinya MBS ke lingkaran tertinggi diplomasi Amerika Serikat, untuk pertama kalinya sejak tahun 2018. Peristiwa ini bukan sekadar kunjungan kenegaraan biasa, melainkan cerminan dari pergeseran mendalam dalam prioritas kebijakan luar negeri AS, di mana pragmatisme geopolitik tampaknya kini mengungguli pertimbangan hak asasi manusia.

Keputusan administrasi Presiden Joe Biden untuk menyambut MBS secara langsung di Washington adalah sebuah titik balik signifikan. Pada masa kampanye kepresidenan dan awal masa jabatannya, Biden berjanji untuk menjadikan Arab Saudi sebagai “negara paria” dan meninjau kembali hubungan AS dengan kerajaan tersebut, khususnya setelah laporan intelijen AS menunjuk langsung pada keterlibatan MBS dalam pembunuhan Khashoggi. Namun, dinamika global yang berubah cepat, terutama perang di Ukraina yang memicu krisis energi dan meningkatnya pengaruh Cina di Timur Tengah, telah memaksa Washington untuk menimbang ulang strateginya.

Normalisasi Pasca-Khashoggi: Pragmatisme Menggantikan Isolasi

Perjalanan MBS ke Washington, yang merupakan bagian dari serangkaian pertemuan tingkat tinggi, menegaskan bahwa kepentingan strategis kini menjadi pendorong utama di balik upaya normalisasi hubungan. Arab Saudi, sebagai produsen minyak terbesar di dunia dan mitra keamanan vital di Timur Tengah, memiliki peran tak tergantikan dalam stabilitas energi global dan upaya menekan pengaruh Iran di kawasan.

Sejak tahun 2018, MBS secara efektif dihindari oleh para pemimpin Barat, termasuk Presiden Biden yang sempat menolak bertemu langsung dengannya dalam kunjungan sebelumnya ke Riyadh. Namun, kebutuhan mendesak akan stabilitas harga minyak, keinginan untuk membentuk front persatuan melawan agresi Rusia, dan kekhawatiran akan ekspansi Cina di kawasan telah mendorong Gedung Putih untuk kembali merangkul pemimpin de facto Saudi tersebut. Kunjungan ini diharapkan akan membahas berbagai isu krusial, mulai dari koordinasi produksi minyak OPEC+, upaya diplomatik untuk mengakhiri perang di Yaman, hingga potensi normalisasi hubungan Arab Saudi dengan Israel di bawah payung Kesepakatan Abraham.

“Kembalinya Pangeran Mohammed bin Salman ke Gedung Putih adalah pengakuan realitas bahwa Arab Saudi, terlepas dari isu-isu masa lalu, tetap merupakan kekuatan regional dan global yang tidak dapat diabaikan. Ini adalah cerminan dari pragmatisme yang mendikte kebijakan luar negeri saat ini, di mana kebutuhan energi dan keamanan global mengambil prioritas utama,” ujar seorang pengamat kebijakan luar negeri dari think tank di Washington.

Agenda dan Implikasi Jangka Panjang Kunjungan

Selama di Washington, Pangeran MBS diperkirakan akan mengadakan pembicaraan ekstensif dengan para pejabat senior pemerintahan Biden, termasuk Presiden sendiri. Diskusi utama akan berpusat pada upaya stabilisasi pasar energi, mengingat tekanan global untuk meningkatkan pasokan minyak. Selain itu, upaya untuk memperkuat kerja sama keamanan regional, terutama dalam menghadapi ancaman dari Iran dan kelompok-kelompok ekstremis, akan menjadi agenda penting. Arab Saudi juga ingin memposisikan diri sebagai pemain kunci dalam transisi energi global dan pembangunan ekonomi yang diversifikasi melalui visi 2030 mereka.

Namun, terlepas dari desakan pragmatis, kunjungan ini tidak terlepas dari kritik. Organisasi hak asasi manusia dan sejumlah anggota Kongres AS telah menyuarakan keprihatinan mendalam mengenai pesan yang dikirim oleh sambutan hangat terhadap MBS, yang mereka pandang sebagai upaya “membersihkan citra” tanpa pertanggungjawaban yang memadai atas pelanggaran hak asasi manusia. Administrasi Biden menghadapi dilema sulit: menyeimbangkan nilai-nilai hak asasi manusia yang mereka anut dengan kepentingan strategis dan keamanan nasional yang mendesak.

Kunjungan Pangeran Mohammed bin Salman ke Washington ini menandai babak baru dalam hubungan AS-Saudi, di mana geopolitik telah mengikis isolasi diplomatik sebelumnya. Ini adalah pengakuan akan kekuatan dan pengaruh Arab Saudi yang tak terbantahkan di panggung dunia, sekaligus pengingat bahwa dalam diplomasi internasional, seringkali kebutuhan strategislah yang pada akhirnya menentukan prioritas.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda