December 1, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Suriah Pasca-Perang: Pencarian Korban Hilang Dimulai dari Kuburan Massal

Konflik sipil Suriah yang berlarut-larut selama 13 tahun telah meninggalkan luka mendalam dan setidaknya 100.000 orang hilang tanpa jejak. Kini, saat debu perang mulai mereda, pemerintah dihadapkan pada tugas monumental untuk membawa penutupan bagi ribuan keluarga yang menanti. Tugas tersebut adalah menggali dan mengidentifikasi jenazah dari puluhan situs pemakaman massal yang tersebar di seluruh negeri. Proses yang sarat emosi dan tantangan logistik ini diharapkan dapat menguak kebenaran di balik hilangnya banyak jiwa, sebuah langkah krusial menuju rekonsiliasi dan keadilan.

Skala Tragedi dan Tantangan Forensik

Estimasi lebih dari 100.000 individu yang hilang, baik yang diduga tewas, diculik, atau dipenjara tanpa proses hukum, menggambarkan skala kehancuran manusia akibat perang. Sebagian besar dari mereka diperkirakan terkubur di situs-situs tak bertanda atau kuburan massal yang terburu-buru, tersebar dari gurun timur hingga wilayah urban yang hancur. Mengakses lokasi-lokasi ini saja sudah menjadi tantangan, mengingat banyak di antaranya berada di bekas garis depan atau wilayah yang masih belum sepenuhnya stabil dan memerlukan prosedur keamanan yang ketat.

Tugas identifikasi jenazah memerlukan keahlian forensik tingkat tinggi dan sumber daya yang tidak sedikit. Tim ahli harus menghadapi sisa-sisa yang mungkin telah membusuk atau rusak parah akibat waktu, kondisi lingkungan ekstrem, dan kekerasan yang terjadi. Pengumpulan sampel DNA dari kerangka dan mencocokkannya dengan sampel dari keluarga korban adalah proses yang panjang, mahal, dan memerlukan infrastruktur laboratorium yang canggih serta basis data yang komprehensif. Selain itu, catatan-catatan yang minim atau bahkan sengaja dihancurkan oleh berbagai pihak yang berkonflik semakin mempersulit upaya untuk memberikan nama pada setiap jenazah yang ditemukan.

Harapan dan Trauma Keluarga Korban

Bagi ribuan keluarga, pencarian orang yang dicintai telah menjadi perjuangan hidup selama lebih dari satu dekade. Mereka hidup dalam ketidakpastian, tidak mampu berduka atau melanjutkan hidup tanpa mengetahui nasib anggota keluarga mereka. Upaya penggalian makam massal ini, meskipun menyakitkan karena membuka kembali luka lama, menawarkan secercah harapan untuk akhirnya mendapatkan kejelasan. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk melakukan pemakaman yang layak sesuai tradisi agama dan budaya, sebuah hak asasi yang telah lama tertunda.

“Selama bertahun-tahun, kami hanya bisa menebak-nebak, bertanya-tanya di mana mereka berada. Setiap hari adalah penyiksaan. Meskipun proses ini akan membuka kembali luka lama, kebenaran tentang apa yang terjadi pada orang yang kami cintai adalah satu-satunya cara kami bisa mulai menyembuhkan dan mencari keadilan. Kami hanya ingin mereka ditemukan dan dikuburkan dengan layak.”

— Seorang perwakilan keluarga korban dari Homs, Suriah, seperti dikutip oleh media lokal.

Komunitas internasional melalui berbagai organisasi kemanusiaan telah menyuarakan dukungan untuk inisiatif ini, menekankan pentingnya akuntabilitas dan penyediaan bantuan teknis serta finansial. Proses ini bukan hanya tentang menemukan jenazah, tetapi juga tentang memberikan pengakuan atas penderitaan yang tak terhitung dan meletakkan dasar bagi proses rekonsiliasi nasional yang berkelanjutan di Suriah, yang krusial untuk mencegah terulangnya kekerasan di masa depan.

Proyek ambisius ini diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun, mengingat luasnya wilayah dan kompleksitas kasus. Namun, bagi pemerintah Suriah dan bagi keluarga yang berduka, langkah ini adalah fundamental untuk menutup babak kelam konflik dan membangun masa depan yang lebih stabil dan damai. Pada 21 November 2025, upaya kemanusiaan ini baru saja dimulai, menandai awal dari perjalanan panjang menuju kebenaran dan keadilan.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda