December 2, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

G20 Bergerak Tanpa AS: Ujian Konsensus Global di Era Multilateralisme Baru

KTT G20 terakhir menjadi sorotan dunia bukan hanya karena hasil kesepakatannya, tetapi juga karena dinamika yang terbentuk di tengah absennya salah satu pemain kunci. Dengan Amerika Serikat memilih untuk memboikot pertemuan tingkat tinggi tersebut, negara-negara anggota G20 lainnya mengambil inisiatif untuk membentuk agenda dan mencapai kesepakatan baru. Peristiwa ini memicu perdebatan mengenai kapasitas komunitas global untuk berfungsi dan berinovasi tanpa partisipasi penuh dari kekuatan ekonomi terbesar dunia, sekaligus menyiratkan perubahan tatanan diplomasi internasional yang signifikan.

Sejumlah pemimpin negara, terutama dari Uni Eropa dan Asia, dilaporkan mengambil sikap yang lebih tegas terhadap kebijakan Presiden AS saat itu, Donald Trump. Ketidakhadiran delegasi AS seolah membuka ruang bagi negara-negara lain untuk menekan agenda yang mungkin sebelumnya terhambat oleh keberatan Washington. Ini menjadi indikasi jelas bahwa forum-forum multilateral seperti G20 tengah mencari pijakan baru dalam menghadapi tantangan global, di luar bayang-bayang kepemimpinan tradisional.

Mengisi Kekosongan Kepemimpinan dan Membangun Konsensus Baru

Ketidakhadiran Amerika Serikat di KTT G20 secara tak terduga menciptakan peluang bagi negara-negara lain untuk lebih menonjolkan peran dan pengaruh mereka. Para pemimpin dari negara-negara anggota G20 lainnya, yang mewakili sekitar dua pertiga populasi dunia dan 80% PDB global, memanfaatkan momentum ini untuk mengintensifkan dialog dan mencapai kesepakatan dalam berbagai isu krusial. Agenda yang didorong meliputi perdagangan bebas, perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, hingga reformasi institusi keuangan global.

Delegasi dari Uni Eropa, Tiongkok, Jepang, dan negara-negara berkembang ekonomi utama seperti India dan Brasil, menunjukkan tekad kuat untuk mempertahankan semangat multilateralisme. Mereka berupaya keras untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan AS, khususnya dalam isu-isu sensitif seperti perdagangan dan lingkungan. Laporan menyebutkan adanya upaya kolektif untuk merumuskan komunike bersama yang lebih ambisius dan inklusif, mencerminkan prioritas global yang lebih luas.

“KTT ini secara gamblang menunjukkan bahwa komunitas global memiliki kapasitas untuk membentuk agenda dan mengambil keputusan penting, bahkan di tengah ketidakhadiran salah satu kekuatan ekonomi terbesarnya. Ini bukan tentang menggantikan, melainkan tentang beradaptasi dan membangun konsensus baru,” ujar seorang analis hubungan internasional dari Chatham House, Dr. Anya Sharma, dalam sebuah wawancara dengan media pada 24 November 2025.

Sikap yang lebih tegas juga terlihat dalam diskusi mengenai kebijakan proteksionis dan perubahan iklim. Beberapa negara secara terbuka menyuarakan keprihatinan mereka terhadap “America First” yang dianggap merusak tatanan perdagangan global dan upaya kolektif mitigasi krisis iklim. Ini menjadi manifestasi dari keinginan untuk menantang unilateralisme dan menegaskan kembali pentingnya kerja sama internasional.

Masa Depan Tatanan Global: Tantangan dan Peluang di Era Multilateralisme

KTT G20 yang tanpa partisipasi penuh AS ini bukan hanya sekadar sebuah pertemuan, melainkan sebuah eksperimen nyata mengenai kemampuan dunia untuk “bergerak maju” tanpa partisipasi penuh dari salah satu pilar utamanya. Implikasi jangka panjang dari dinamika ini berpotensi merombak lanskap geopolitik dan ekonomi global. Ada pandangan yang menyebut bahwa ini bisa menjadi katalis bagi munculnya tatanan global yang lebih multipolar, di mana kekuatan-kekuatan regional dan negara-negara berkembang memiliki suara yang lebih kuat.

Namun, tantangan yang dihadapi juga tidak kecil. Meskipun negara-negara lain berupaya mengisi kekosongan, kepemimpinan AS dalam berbagai isu, mulai dari keamanan global hingga inovasi teknologi, tetap sulit untuk digantikan sepenuhnya. Kohesi dan kemampuan untuk mencapai konsensus dalam isu-isu kompleks mungkin akan semakin sulit jika salah satu negara dengan pengaruh terbesar secara konsisten memilih untuk absen atau mengambil jalur unilateral.

KTT yang berakhir pada 24 November 2025 ini meninggalkan banyak pertanyaan terbuka mengenai arah masa depan multilateralisme. Apakah negara-negara G20 berhasil menciptakan model kerja sama yang lebih tangguh dan independen? Atau akankah absennya AS hanya akan menyoroti kerapuhan sistem global saat ini? Terlepas dari jawabannya, satu hal yang pasti adalah bahwa pertemuan ini telah mengukir babak baru dalam upaya kolektif untuk menghadapi tantangan dunia, dengan atau tanpa partisipasi penuh dari semua anggotanya.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda