June 27, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Serangan AS di Iran: Beijing Hitung Ulang Risiko untuk Taiwan

Langkah tegas dan mengejutkan yang diambil oleh Amerika Serikat di Timur Tengah, khususnya serangan yang menargetkan tokoh penting Iran, telah mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia. Lebih dari sekadar dampak regional, tindakan Presiden Amerika Serikat kala itu, Donald Trump, dipercaya telah memicu perdebatan intens di Beijing tentang implikasinya terhadap kalkulus Tiongkok terkait Taiwan.

Peristiwa yang menunjukkan kesediaan Washington untuk terlibat dalam konflik di wilayah yang jauh, jauh dari batas geografisnya sendiri, memunculkan pertanyaan krusial di kalangan pengambil kebijakan dan analis di Tiongkok: Seberapa besar risiko yang bersedia diambil Amerika Serikat untuk mempertahankan status quo di Selat Taiwan, sebuah wilayah yang dianggap Beijing sebagai bagian integral dari kedaulatannya?

Uji Keberanian di Timur Tengah

Serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Timur Tengah secara signifikan mengubah persepsi tentang kemauan dan kemampuan Washington dalam memproyeksikan kekuatan. Bagi banyak pengamat, tindakan tersebut bukan hanya respons taktis terhadap ancaman yang dirasakan, tetapi juga sebuah deklarasi strategis. Ini menunjukkan bahwa pemerintahan kala itu bersedia bertindak unilateral, bahkan dengan mengabaikan peringatan atau kekhawatiran dari sekutu tradisional, dan siap mengambil langkah ekstrem untuk mencapai tujuan keamanan nasionalnya.

Sinyal ini, disinyalir, tidak luput dari perhatian para pemimpin di Beijing. Tiongkok telah lama mengamati dengan cermat kebijakan luar negeri AS, terutama dalam konteks “Ambiguity Strategis” Washington terhadap Taiwan. Di bawah kebijakan ini, AS secara resmi mengakui kebijakan “Satu Tiongkok” Beijing, tetapi juga menyediakan sarana bagi Taiwan untuk mempertahankan diri dan tidak secara eksplisit menyatakan apakah akan campur tangan secara militer jika Tiongkok menyerang pulau tersebut. Serangan di Iran, yang menandakan kesediaan untuk mengambil risiko besar di kancah global, berpotensi menguji atau bahkan mengubah interpretasi Tiongkok terhadap Ambiguity Strategis AS.

Beberapa kalangan di Beijing mungkin menafsirkan tindakan tersebut sebagai bukti keberanian dan ketegasan AS, yang dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap tindakan agresif Tiongkok terhadap Taiwan. Argumennya adalah jika AS bersedia mengambil risiko konflik di Timur Tengah untuk tujuan keamanan, maka kemungkinan besar AS juga akan siap mengambil risiko serupa—atau bahkan lebih besar—untuk melindungi kepentingan strategis dan nilai-nilai demokrasi di Pasifik, termasuk nasib Taiwan.

Dilema Beijing: Kekuatan atau Ketidakpastian?

Namun, ada pula pandangan yang berlawanan di Beijing. Sebagian analis mungkin menafsirkan serangan di Iran bukan sebagai tanda kekuatan yang konsisten, melainkan sebagai indikasi kebijakan luar negeri yang tidak terduga dan berpotensi kacau. Dalam skenario ini, tindakan AS yang tidak dapat diprediksi bisa saja menciptakan celah atau peluang bagi Beijing untuk menguji batas-batas kesabaran Washington di Taiwan.

“Langkah Presiden Trump menunjukkan kesediaan yang mengejutkan untuk mengambil risiko di teater yang jauh,” kata seorang analis kebijakan luar negeri yang enggan disebutkan namanya, dalam diskusi internal yang bocor. “Bagi Beijing, ini bukan hanya tentang Iran, tetapi juga tentang seberapa jauh Washington akan melangkah untuk mempertahankan status quo di Selat Taiwan. Apakah ini menunjukkan ketegasan yang mutlak, ataukah itu adalah indikasi kebijakan yang dapat disibukkan dengan krisis lain dan kurang fokus pada Asia Timur?”

Kalkulus Tiongkok terhadap Taiwan sangat kompleks, melibatkan pertimbangan politik domestik, stabilitas ekonomi, dan ambisi geopolitik jangka panjang. Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri, adalah isu sensitif yang dianggap Beijing sebagai “kepentingan inti” yang tidak dapat dinegosiasikan. Setiap keputusan mengenai Taiwan akan memiliki konsekuensi besar bagi kepemimpinan Tiongkok, baik di dalam negeri maupun di panggung global.

Oleh karena itu, insiden di Iran memaksa Beijing untuk meninjau ulang model pengambilan keputusan AS dan seberapa relevannya bagi situasi Taiwan. Apakah AS akan melihat invasi ke Taiwan sebagai ancaman langsung terhadap kepentingannya yang sebanding dengan krisis di Timur Tengah? Atau apakah gejolak di Timur Tengah justru akan mengalihkan perhatian AS, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk merespons secara efektif di wilayah Indo-Pasifik?

Di tengah ketegangan perdagangan dan persaingan teknologi antara AS dan Tiongkok, serta kehadiran militer Tiongkok yang terus meningkat di Laut Cina Selatan, dinamika geopolitik ini semakin rumit. Keputusan AS di Iran, terlepas dari niat aslinya, telah menambahkan lapisan ketidakpastian baru pada dilema Tiongkok di Selat Taiwan. Situasi ini akan terus menjadi fokus perhatian bagi para analis dan pengambil kebijakan di seluruh dunia, seiring dengan perkembangan hubungan AS-Tiongkok di masa mendatang. Perdebatan ini, pada hakikatnya, mencerminkan era baru dalam geopolitik global di mana tindakan di satu belahan dunia dapat memiliki dampak yang tak terduga dan signifikan di belahan dunia lainnya. Pada 26 June 2025, pertanyaan-pertanyaan ini tetap relevan dan belum terjawab sepenuhnya.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.