July 11, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Israel Intensifkan Serangan di Lebanon: Ancaman Perang Memicu Kekhawatiran Regional

Tensi di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon kembali memanas secara signifikan pada 10 July 2025, menyusul laporan intensifikasi serangan udara yang dilancarkan Israel terhadap sasaran-sasaran yang diklaim sebagai milik kelompok Hezbollah. Eskalasi ini terjadi di tengah kekhawatiran global akan meluasnya konflik di Timur Tengah, terutama pasca-berlanjutnya agresi Israel di Jalur Gaza.

Militer Israel mengonfirmasi telah melakukan serangan udara yang hampir setiap hari terhadap infrastruktur dan posisi yang diyakini terkait dengan Hezbollah, sebuah kelompok politik dan paramiliter yang didukung Iran. Tindakan ini disebut sebagai respons terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok tersebut, serta upaya untuk menekan Hezbollah agar melucuti senjatanya sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Latar Belakang Ketegangan dan Target Operasi

Ketegangan antara Israel dan Hezbollah bukanlah hal baru; kedua belah pihak memiliki sejarah konflik yang panjang, termasuk perang skala penuh pada tahun 2006. Sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada Oktober tahun lalu, perbatasan utara Israel dengan Lebanon menjadi salah satu titik nyala paling berbahaya, dengan baku tembak lintas batas menjadi insiden rutin.

Sumber-sumber intelijen Israel menyatakan bahwa operasi militer terkini menargetkan depot senjata, pos komando, dan unit-unit tempur Hezbollah yang beroperasi di wilayah selatan Lebanon. Klaim Israel menyebutkan bahwa serangan-serangan ini bersifat defensif dan bertujuan untuk mencegah Hezbollah melancarkan serangan yang lebih besar terhadap wilayah Israel. Di sisi lain, Hezbollah juga telah mengklaim serangan balasan terhadap posisi-posisi militer Israel, menegaskan bahwa tindakan mereka adalah respons terhadap agresi Israel.

Tekanan internasional terhadap Hezbollah untuk melucuti senjatanya mengacu pada Resolusi PBB 1701, yang menyerukan diakhirinya permusuhan pada tahun 2006 dan pembentukan zona demiliterisasi. Namun, resolusi tersebut belum sepenuhnya diterapkan, dan keberadaan milisi bersenjata di luar kendali negara Lebanon terus menjadi sumber ketidakstabilan.

Dampak dan Kekhawatiran Regional

Eskalasi militer ini telah memicu kekhawatiran serius di kalangan komunitas internasional dan di seluruh kawasan. Banyak pihak khawatir bahwa insiden-insiden yang terus-menerus ini dapat dengan cepat memburuk menjadi konflik skala penuh yang akan menyeret Lebanon ke dalam jurang perang, sebuah skenario yang akan memiliki konsekuensi kemanusiaan dan ekonomi yang sangat parah bagi negara yang sudah dilanda krisis tersebut.

“Situasi di perbatasan Israel-Lebanon sangat rapuh. Setiap kesalahan perhitungan atau provokasi bisa dengan mudah memicu konflik yang lebih luas, menarik aktor-aktor regional lainnya dan memiliki konsekuensi kemanusiaan yang dahsyat,” ujar seorang pengamat politik Timur Tengah yang enggan disebutkan namanya, dalam sebuah wawancara dengan media nasional.

PBB dan berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Prancis, telah berulang kali menyerukan de-eskalasi dan menahan diri dari semua pihak. Upaya diplomatik terus dilakukan untuk mencegah spiral kekerasan yang tidak terkendali, namun belum ada tanda-tanda kemajuan signifikan dalam mencapai gencatan senjata yang langgeng atau solusi politik atas kebuntuan ini.

Masyarakat Lebanon, khususnya mereka yang tinggal di wilayah selatan dekat perbatasan, hidup dalam ketakutan akan kemungkinan perang baru. Banyak yang telah mengungsi dari rumah mereka, mencari perlindungan di daerah yang lebih aman. Dengan tidak adanya tanda-tanda meredanya ketegangan, masa depan perdamaian di perbatasan ini tetap sangat tidak pasti, dengan setiap hari membawa potensi eskalasi yang lebih besar.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.