Arab Saudi Perketat Perang Narkoba, Eksekusi Melonjak Dekati Rekor Tertinggi
RIYADH – Kerajaan Arab Saudi dilaporkan telah meningkatkan kampanye anti-narkoba secara drastis, memicu lonjakan eksekusi hukuman mati yang mendekati rekor tertinggi. Langkah ini diambil di tengah derasnya gelombang penyelundupan amfetamin ke negara itu, sebuah ancaman yang dianggap serius oleh pemerintah Riyadh.
Menurut laporan terkini hingga 07 November 2025, ratusan individu telah dieksekusi, dengan sebagian besar korban adalah warga negara asing yang dituduh terlibat dalam penyelundupan narkoba skala kecil. Fenomena ini menarik perhatian internasional terkait pendekatan keras kerajaan dalam memerangi peredaran obat-obatan terlarang.
Gelombang Eksekusi dan Sasaran Utama
Pemerintah Saudi telah mengeksekusi lebih dari 100 orang sejak awal tahun ini, melanjutkan tren peningkatan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Banyak dari mereka adalah buruh migran dan pekerja asing dari negara-negara miskin yang tertangkap basah membawa narkoba, seringkali tanpa pengetahuan penuh tentang isi paket yang mereka bawa.
Kasus-kasus ini sebagian besar melibatkan penyelundupan Captagon, sejenis amfetamin yang populer di Timur Tengah. Pil Captagon telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan keamanan yang meluas di wilayah tersebut, dengan Arab Saudi sebagai pasar utama. Pihak berwenang Saudi berpendapat bahwa hukuman mati yang tegas adalah tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi masyarakat dari ancaman narkoba.
“Penyelundupan narkoba, terlepas dari skalanya, dilihat sebagai kejahatan serius yang merusak fondasi masyarakat kami. Kami tidak akan berkompromi dalam upaya melindungi warga kami dari momok ini, dan hukuman yang dijatuhkan sesuai dengan hukum Syariah kami,” ujar seorang pejabat keamanan Saudi yang tidak disebutkan namanya dalam sebuah wawancara sebelumnya.
Latar Belakang: Ancaman Amphetamine Regional
Lonjakan eksekusi ini tidak terlepas dari meningkatnya volume narkoba, khususnya Captagon, yang membanjiri Arab Saudi dari negara-negara tetangga seperti Suriah dan Lebanon. Perang saudara dan instabilitas di Suriah telah mengubah negara itu menjadi produsen utama Captagon, yang kemudian diselundupkan ke seluruh wilayah, termasuk melalui jaringan yang canggih ke kerajaan Saudi.
Pihak berwenang Saudi secara rutin mengumumkan penyitaan besar-besaran narkoba di perbatasan dan pelabuhan, yang menyoroti skala masalah. Namun, pendekatan hukuman mati yang masif telah menuai kritik dari organisasi hak asasi manusia internasional.
Amnesty International dan Human Rights Watch telah berulang kali menyuarakan keprihatinan mereka mengenai proses hukum di Arab Saudi, termasuk dugaan kurangnya persidangan yang adil, penggunaan pengakuan yang diperoleh di bawah paksaan, dan penerapan hukuman mati untuk kejahatan non-kekerasan. Mereka mendesak Riyadh untuk menghentikan praktik eksekusi dan mereformasi sistem peradilannya.
Meskipun ada tekanan internasional, Arab Saudi tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda melonggarkan kebijakan anti-narkobanya. Pemerintah tetap teguh pada pendiriannya bahwa hukuman mati adalah komponen penting dari strategi keamanan nasionalnya untuk memerangi peredaran narkoba yang merusak.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
