China Pamer Kekuatan Militer, Picu Reaksi Keras Amerika Serikat

Beijing — Dalam sebuah unjuk kekuatan yang secara luas ditafsirkan sebagai pesan menantang kepada dunia, Tiongkok menggelar parade militer kolosal di 03 September 2025, menampilkan persenjataan canggih dan kemampuan tempur terbaru. Acara yang dihadiri oleh para pemimpin dari Rusia dan Korea Utara tersebut, menggarisbawahi ambisi Tiongkok untuk menempatkan dirinya sebagai kekuatan global yang tak lagi bisa diremehkan. Namun, demonstrasi kekuatan ini segera memicu tanggapan tajam dari Amerika Serikat, dengan Presiden Donald Trump menuduh Presiden Xi Jinping mengabaikan peran krusial Amerika dalam Perang Dunia II.
Pesan Defensif dari Beijing
Parade militer tersebut, yang diselenggarakan dalam rangka memperingati sebuah peristiwa sejarah penting, bukan hanya sekadar perayaan, melainkan sebuah pernyataan politik dan geopolitik yang tegas. Berlangsung di ibu kota, parade itu memamerkan berbagai sistem senjata mutakhir, termasuk rudal balistik antarbenua, pesawat tempur generasi kelima, dan teknologi pertahanan udara yang canggih. Kehadiran delegasi tingkat tinggi dari Rusia dan Korea Utara turut memperkuat narasi Tiongkok tentang aliansi strategis dan visi dunia yang multipolar, menantang dominasi Barat.
Para analis internasional menilai, pesan utama yang ingin disampaikan oleh Beijing melalui parade ini sangat jelas. Tiongkok, yang selama berabad-abad pernah mengalami periode kelemahan dan intrusi asing, kini bertekad untuk melindungi kedaulatan dan kepentingannya di panggung global. Ini terutama relevan di tengah ketegangan yang meningkat di Laut Cina Selatan, isu Taiwan, dan perselisihan perdagangan dengan Amerika Serikat.
Pesan yang digaungkan Beijing cukup jelas: era di mana Tiongkok bisa diintimidasi telah berakhir, dan negara ini siap untuk membela kepentingannya dengan segala cara yang diperlukan, serta menegaskan kembali posisinya sebagai kekuatan besar yang tak tergoyahkan.
Demonstrasi kekuatan ini juga dimaksudkan untuk menumbuhkan kebanggaan nasional di kalangan warga Tiongkok dan mengirimkan sinyal kepada negara-negara tetangga di Asia bahwa pengaruh Beijing semakin meluas dan kemampuannya untuk memproyeksikan kekuatan tidak bisa diabaikan.
Respon Washington dan Ketegangan Geopolitik
Reaksi dari Washington tidak menunggu lama. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, segera melontarkan kritik keras terhadap parade tersebut, secara khusus menuding Xi Jinping “mengabaikan” kontribusi Amerika Serikat dalam Perang Dunia II. Pernyataan Trump ini mengacu pada peran vital yang dimainkan Amerika dalam mengalahkan Kekaisaran Jepang, yang pada gilirannya membantu Tiongkok mengakhiri pendudukan dan agresi Jepang.
Tuduhan ini menyoroti ketegangan yang sudah membara antara kedua kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Pada saat itu, hubungan AS-Tiongkok sudah diliputi oleh perang dagang yang intens, perselisihan atas dugaan pencurian kekayaan intelektual, dan kekhawatiran Amerika terhadap ambisi militer Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. Komentar Trump dapat diartikan sebagai upaya untuk mengingatkan Tiongkok akan sejarah dukungan AS, serta menggarisbawahi persepsi Washington bahwa Beijing kini mengambil jalur yang konfrontatif.
Bagi banyak pengamat, parade militer Tiongkok dan respons keras dari Amerika Serikat menggarisbawahi babak baru dalam kompetisi geopolitik global. Ini adalah manifestasi dari persaingan kekuatan yang semakin intens, di mana Tiongkok secara terbuka menunjukkan ambisinya untuk menjadi hegemon regional dan kekuatan global yang setara dengan Amerika Serikat, sementara Washington berupaya menahan atau mengelola kebangkitan tersebut. Situasi ini diperkirakan akan terus membentuk lanskap diplomasi dan keamanan internasional untuk tahun-tahun mendatang.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda