Dilema Pomuch: Ketika Tradisi Kuno Bersua Pariwisata Modern
POMUCH, MEKSIKO – Di tengah semarak perayaan Hari Raya Orang Mati (Día de Muertos) yang meriah di seluruh Meksiko, sebuah kota kecil bernama Pomuch di negara bagian Campeche menyimpan tradisi yang begitu langka dan mendalam, hingga kini masih menjadi salah satu dari sedikit tempat di mana para penduduk secara turun-temurun membersihkan tulang belulang kerabat mereka yang telah meninggal. Namun, di balik praktik sakral yang berabad-abad ini, Pomuch kini menghadapi tantangan baru: gelombang wisatawan yang tertarik dengan keunikan ritualnya.
Tradisi yang Menjaga Kenangan Abadi
Setiap tahun, menjelang Día de Muertos pada 1 dan 2 November, makam-makam di pemakaman Pomuch menjadi pusat kegiatan. Bukan untuk menata bunga atau meletakkan persembahan di atas nisan, melainkan untuk sebuah ritual yang lebih intim dan transformatif: menggali kembali kerangka jenazah sanak keluarga, membersihkan setiap tulang dengan cermat, dan meletakkannya kembali dalam kotak kayu berukir yang dilapisi kain putih bersih. Tradisi yang dikenal sebagai “Chook-Boon” dalam bahasa Maya lokal ini diyakini sebagai cara untuk menjaga ingatan akan leluhur tetap hidup dan memastikan arwah mereka tidak merasa terlupakan.
Ritual ini bukan sekadar tugas, melainkan sebuah bentuk komunikasi spiritual. Anggota keluarga, seringkali melibatkan beberapa generasi, berkumpul di sekitar makam. Dengan sikat kecil dan kain, mereka membersihkan sisa-sisa tanah atau kotoran dari tulang-belulang, berbicara kepada leluhur seolah-olah mereka masih hidup, berbagi cerita dan harapan. Ini adalah momen refleksi mendalam, penghormatan, dan kelanjutan ikatan keluarga yang melampaui kematian fisik. Bagi masyarakat Pomuch yang mayoritas adalah keturunan suku Maya, tradisi ini adalah jantung identitas budaya mereka, sebuah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.
Pariwisata: Berkah atau Ancaman bagi Kesucian?
Keunikan tradisi Chook-Boon telah menarik perhatian dunia, dan seiring waktu, Pomuch mulai menerima kunjungan wisatawan dari berbagai penjuru bumi. Di satu sisi, masuknya turis membawa potensi ekonomi yang berharga bagi komunitas kecil ini, membuka peluang bagi kerajinan tangan lokal, makanan, dan layanan lainnya. Namun, di sisi lain, kehadiran mereka juga menimbulkan dilema etis yang kompleks. Bagaimana menjaga kesucian dan keintiman sebuah ritual sakral ketika puluhan kamera dan mata ingin menyaksikannya?
Bagi banyak penduduk Pomuch, ritual pembersihan tulang adalah momen yang sangat pribadi dan penuh penghormatan. Tatapan ingin tahu dari wisatawan, seringkali disertai dengan jepretan kamera yang tak henti, dapat terasa sebagai sebuah invasi terhadap privasi dan kesakralan. Ada kekhawatiran bahwa komersialisasi dapat mengikis makna asli dari tradisi, mengubahnya dari sebuah praktik spiritual menjadi sebuah tontonan belaka. Pemerintah setempat dan para pemimpin komunitas tengah mencari cara untuk menyeimbangkan keinginan untuk berbagi budaya mereka dengan kebutuhan untuk melindungi integritas ritual.
“Kami bangga dengan warisan kami, dengan cara kami menghormati orang mati. Ini adalah bagian dari jiwa kami,” kata seorang tetua komunitas, Maria Tuz, pada 03 November 2025. “Tapi kami juga ingin memastikan bahwa leluhur kami dihormati, tidak hanya dilihat sebagai atraksi. Kami harus menemukan cara agar dunia bisa memahami tanpa harus mengganggu kedamaian mereka.”
Upaya untuk mengelola pariwisata bertanggung jawab sedang digalakkan, termasuk pembentukan pedoman bagi pengunjung dan edukasi tentang etika saat berada di pemakaman. Tujuannya adalah untuk menciptakan pengalaman yang saling menghormati, di mana wisatawan dapat belajar dan mengapresiasi keunikan Pomuch tanpa merusak esensi budaya yang telah bertahan selama berabad-abad. Masa depan Pomuch akan bergantung pada kemampuan mereka menavigasi persimpangan antara tradisi kuno yang dijunjung tinggi dan tuntutan dunia modern yang semakin terhubung.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
