Dokumen Ungkap Beijing Kirim Senjata ke Kamboja di Tengah Seruan Damai
        Bangkok, Thailand – Sebuah laporan intelijen Thailand yang bocor telah mengungkap peran ganda Tiongkok dalam konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand, memunculkan pertanyaan serius tentang niat Beijing di Asia Tenggara. Dokumen tersebut menunjukkan bahwa meskipun Tiongkok secara terbuka mendesak kedua negara untuk mengakhiri permusuhan pada Juli, Beijing ternyata telah mengirimkan pasokan militer signifikan ke Kamboja beberapa minggu sebelumnya.
Menurut dokumen intelijen Thailand yang diperoleh, Tiongkok telah mengirimkan roket dan peluru artileri ke Kamboja. Pengiriman senjata ini terjadi tak lama sebelum Tiongkok tampil sebagai mediator damai, menyerukan diakhirinya ketegangan yang telah berlangsung lama antara dua tetangga itu. Fakta ini secara tajam kontradiktif dengan citra yang ingin diproyeksikan Beijing sebagai kekuatan penstabil dan netral di kawasan.
Pada 30 September 2025, pengungkapan ini kembali menjadi sorotan, mengingat sensitivitas geopolitik di Asia Tenggara. Para analis menilai, tindakan ini dapat merusak kredibilitas Tiongkok sebagai aktor diplomatik yang bertanggung jawab dan menimbulkan keraguan atas motif sebenarnya di balik keterlibatannya dalam urusan regional.
Latar Belakang Konflik Perbatasan Kamboja-Thailand
Konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand adalah perselisihan yang berlarut-larut, sebagian besar berpusat pada klaim wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear, situs Warisan Dunia UNESCO. Pertempuran sporadis telah terjadi selama bertahun-tahun, menyebabkan korban jiwa di kedua belah pihak dan mengungsi ribuan penduduk. Ketegangan seringkali memuncak karena interpretasi yang berbeda terhadap peta era kolonial dan putusan pengadilan internasional.
Perselisihan ini tidak hanya memengaruhi hubungan bilateral tetapi juga memiliki implikasi bagi stabilitas regional. Kedua negara memiliki kepentingan strategis bagi kekuatan besar, termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara ASEAN lainnya. Kamboja, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Hun Sen, telah dikenal memiliki hubungan dekat dengan Tiongkok, yang menjadi investor dan penyedia bantuan utama. Sementara itu, Thailand juga memiliki ikatan ekonomi dan politik yang kuat dengan Beijing, meskipun tetap menjaga hubungan dengan negara-negara Barat.
“Tiongkok sangat prihatin dengan konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Kami mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri, melakukan dialog, dan menyelesaikan perselisihan mereka melalui negosiasi,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada bulan Juli, sebagaimana dilaporkan media saat itu.
Pernyataan publik ini, yang menyerukan deeskalasi dan penyelesaian damai, kini terlihat sangat ironis dengan terungkapnya pengiriman senjata sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya strategi dua jalur yang diterapkan Beijing, di mana dukungan material diberikan kepada satu pihak sementara retorika publik menyerukan netralitas.
Implikasi Geopolitik dan Reaksi Regional
Pengungkapan pengiriman senjata ini berpotensi memicu kekhawatiran di antara negara-negara anggota ASEAN lainnya. Ini bisa dilihat sebagai upaya Tiongkok untuk menanamkan pengaruhnya di wilayah tersebut melalui dukungan militer terselubung, yang dapat mengganggu keseimbangan kekuatan dan memperparah konflik regional alih-alih meredakannya.
Motivasi Tiongkok di balik tindakan ini kemungkinan multifaset. Beijing mungkin ingin memperkuat aliansinya dengan Kamboja, mengamankan akses strategis, atau bahkan menguji respons regional dan internasional terhadap intervensi semacam itu. Namun, apa pun alasannya, tindakan ini menyoroti kompleksitas dan ambiguitas kebijakan luar negeri Tiongkok di Asia Tenggara.
Para diplomat dan pejabat intelijen di negara-negara tetangga kemungkinan akan mencermati laporan ini dengan seksama, menganalisis implikasi jangka panjangnya terhadap dinamika keamanan regional. Kepercayaan terhadap peran Tiongkok sebagai mediator yang adil dapat terkikis, memaksa negara-negara di kawasan untuk mengevaluasi kembali strategi mereka dalam berurusan dengan raksasa Asia tersebut.
Saat situasi ini terus berkembang, komunitas internasional akan mengawasi bagaimana pengungkapan ini memengaruhi hubungan Tiongkok dengan negara-negara Asia Tenggara dan kredibilitasnya di panggung global.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya đŸ‘‰
Beranda
