December 19, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Dominasi Rusia dalam Pembicaraan Damai Ukraina: Tekanan Ekonomi Belum Mempan

Di tengah upaya global untuk mencari resolusi damai atas konflik yang berkepanjangan di Ukraina, Rusia menunjukkan sedikit tanda kelemahan dalam posisi tawar-menawarnya. Analis dan pengamat internasional menilai bahwa tekanan ekonomi dan militer yang dihadapi Moskow, meskipun signifikan, belum cukup kuat untuk memaksa Kremlin mengubah pendiriannya secara drastis di meja perundingan. Presiden Vladimir Putin sendiri secara konsisten menyatakan keyakinannya bahwa Rusia sedang memenangkan perang, sebuah narasi yang semakin memperkuat posisinya.

Kondisi Ekonomi dan Ketahanan Moskow

Sanksi ekonomi berat yang diberlakukan oleh negara-negara Barat sejak invasi skala penuh pada Februari 2022 bertujuan untuk melumpuhkan ekonomi Rusia dan membatasi kemampuannya untuk mendanai perang. Namun, para ahli menunjukkan bahwa dampaknya sejauh ini belum cukup untuk memicu krisis internal atau memaksa Moskow untuk membuat konsesi besar dalam pembicaraan damai.

“Meskipun PDB Rusia mungkin terkontraksi dan beberapa sektor terpukul, cadangan devisa yang besar, penjualan energi yang berkelanjutan, dan realokasi sumber daya domestik telah memberinya bantalan signifikan,” ujar seorang pakar geopolitik dari Universitas Indonesia. “Pemerintah Rusia telah berhasil menstabilkan rubel dan menemukan pasar alternatif untuk ekspor energinya, terutama di Asia, yang membantu mengimbangi kerugian di Eropa.”

Adaptasi ekonomi ini, ditambah dengan kontrol ketat pemerintah terhadap informasi dan modal, telah memungkinkan Rusia untuk menopang ekonominya. Ini berarti bahwa harapan Barat bahwa sanksi akan secara otomatis menerjemahkan ke dalam tekanan untuk negosiasi yang tulus mungkin terlalu optimis, setidaknya untuk saat ini. Moskow tampaknya memiliki kapasitas yang cukup untuk melanjutkan operasi militernya tanpa terdesak oleh keterbatasan finansial secara langsung.

Klaim Kemenangan dan Realitas Militer

Di sisi militer, Presiden Vladimir Putin secara konsisten menyatakan bahwa Rusia sedang memenangkan perang dan mencapai tujuannya. Narasi ini diperkuat oleh kontrol teritorial yang signifikan di beberapa wilayah Ukraina, termasuk Krimea dan sebagian besar wilayah Donbas. Meskipun ada laporan mengenai kerugian besar di kedua belah pihak dan perlawanan sengit dari pasukan Ukraina yang didukung Barat, Kremlin tetap mempertahankan pandangan bahwa mereka memiliki keunggulan strategis.

Dari perspektif Moskow, posisi militer mereka cukup kuat untuk mempertahankan tuntutan mereka dalam negosiasi, yang mencakup netralitas Ukraina, demiliterisasi, dan pengakuan atas aneksasi wilayah tertentu. Hal ini secara signifikan mengurangi urgensi bagi Rusia untuk membuat konsesi besar atau mundur dari garis merahnya. Bagi Putin, memberikan kesan kelemahan di medan perang atau meja perundingan dapat berdampak negatif pada legitimasi kekuasaannya di dalam negeri dan citra Rusia di panggung global.

Kombinasi ketahanan ekonomi, kontrol militer, dan narasi internal yang kuat membuat prospek negosiasi damai yang substantif tampak suram untuk saat ini. Tanpa tekanan yang lebih besar – baik dari segi ekonomi maupun militer – atau perubahan mendasar dalam perhitungan strategis Moskow, Rusia diperkirakan akan mempertahankan sikap tegasnya di meja perundingan. Pada 04 December 2025, situasi menunjukkan bahwa kekuatan tawar Rusia tetap dominan, menempatkan beban berat pada upaya diplomatik global untuk menemukan jalan keluar dari konflik ini.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda