Eksodus Paksa dari Iran: Jutaan Warga Afghanistan Pulang ke Kemiskinan dan Pembatasan

Teheran, 17 July 2025 – Sebuah gelombang deportasi massal dari Iran telah memaksa setidaknya satu juta warga Afghanistan untuk kembali ke negara asal mereka yang terkoyak konflik, menciptakan krisis kemanusiaan yang mendalam. Para deportan menghadapi masa depan yang sangat tidak pasti di Afghanistan, di mana kemiskinan merajalela, layanan dasar langka, dan pembatasan ketat terhadap perempuan dan anak perempuan menjadi norma di bawah pemerintahan Taliban.
Krisis Kemanusiaan di Perbatasan
Sejak kejatuhan Kabul ke tangan Taliban pada Agustus 2021, Iran telah menjadi rumah bagi jutaan pengungsi Afghanistan yang mencari perlindungan dari konflik dan kesulitan ekonomi. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Teheran telah meningkatkan upaya deportasi, menyebutkan alasan seperti tekanan ekonomi domestik dan masalah keamanan perbatasan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa sekitar 600.000 warga Afghanistan telah dideportasi dari Iran pada tahun 2023 saja, dengan angka yang terus meningkat tajam di awal tahun ini, mendekati satu juta orang. Ribuan warga Afghanistan melintasi perbatasan setiap hari, seringkali dengan sedikit atau tanpa harta benda, meninggalkan kehidupan yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun di Iran.
Proses deportasi seringkali dilaporkan dilakukan secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan atau kesempatan untuk mengambil barang-barang pribadi. Kondisi di pusat-pusat penampungan sementara di perbatasan Afghanistan juga dilaporkan sangat minim, dengan fasilitas sanitasi yang tidak memadai dan pasokan makanan yang terbatas, menambah penderitaan para deportan yang telah lelah secara fisik dan mental.
Masa Depan Suram di Bawah Taliban
Setibanya di Afghanistan, para deportan dihadapkan pada realitas yang brutal. Negara ini telah lama berjuang melawan kemiskinan ekstrem, kelangkaan pangan, dan runtuhnya infrastruktur dasar, diperparah oleh penarikan bantuan internasional dan sanksi pasca-pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban. Bagi banyak keluarga, terutama mereka yang kembali tanpa kepala keluarga laki-laki atau yang sangat bergantung pada pendapatan perempuan, prospek untuk bertahan hidup sangatlah menakutkan.
Pembatasan terhadap perempuan dan anak perempuan di Afghanistan telah menghapuskan hak-hak dasar seperti akses ke pendidikan menengah dan tinggi, pekerjaan di sebagian besar sektor, dan bahkan kebebasan bergerak tanpa mahram. Hal ini secara langsung berdampak pada kemampuan perempuan untuk mencari nafkah dan menopang keluarga mereka, memperparah krisis ekonomi dan kemanusiaan.
Banyak dari mereka yang dideportasi mengungkapkan keputusasaan yang mendalam. “Kami datang ke Iran mencari kehidupan yang lebih baik, dan sekarang kami dipaksa kembali ke tempat yang tidak menawarkan harapan,” ujar seorang perempuan yang baru saja tiba di Herat setelah dideportasi, enggan menyebutkan nama karena alasan keamanan. “Di mana kami harus memulai lagi? Di mana kami akan tinggal? Bagaimana kami akan memberi makan anak-anak kami? Semua pintu tertutup bagi kami, terutama bagi perempuan seperti saya. Ke mana lagi kami harus pergi?”
Tantangan Reintegrasi dan Seruan Internasional
Pemerintah sementara Taliban telah menyatakan kesiapan untuk menerima para pengungsi, namun kapasitas mereka untuk menyediakan tempat tinggal, makanan, layanan kesehatan, atau pekerjaan sangat terbatas, terutama dengan skala deportasi yang masif ini. Lembaga-lembaga kemanusiaan internasional yang masih beroperasi di Afghanistan juga kewalahan dengan gelombang pengungsi baru ini, di tengah menipisnya dana dan meningkatnya kebutuhan.
Tanpa dukungan yang memadai dari komunitas internasional, risiko krisis kemanusiaan yang lebih besar, termasuk kelaparan, penyakit, dan perpindahan internal lebih lanjut, sangat tinggi. Komunitas internasional didesak untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan dan menekan Teheran serta Taliban untuk memastikan bahwa proses pengembalian dilakukan secara aman, bermartabat, dan sukarela, serta hak-hak dasar para deportan, khususnya perempuan dan anak-anak, dihormati. Masa depan jutaan warga Afghanistan kini tergantung pada respons global terhadap krisis yang memburuk ini.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda