September 2, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Gempa Maut Guncang Afghanistan: Ratusan Tewas, Ribuan Luka, Krisis Kemanusiaan Mengintai

Sebuah gempa bumi mematikan telah mengguncang Afghanistan bagian timur, menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya, memicu kekhawatiran global akan krisis kemanusiaan yang semakin parah di negara yang sudah porak-poranda oleh konflik dan kemiskinan. Pemerintah Taliban, yang berkuasa sejak Agustus 2021, mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat seiring upaya penyelamatan yang terkendala oleh medan sulit dan infrastruktur yang minim.

Gempa berkekuatan magnitudo 6,1 tersebut melanda sekitar 44 kilometer dari kota Khost di dekat perbatasan dengan Pakistan pada dini hari 01 September 2025 waktu setempat, ketika sebagian besar warga masih terlelap. Kedalaman gempa yang relatif dangkal, sekitar 10 kilometer, membuat dampaknya terasa lebih dahsyat, meratakan rumah-rumah berbahan lumpur dan batu di wilayah pedesaan yang padat penduduk, terutama di provinsi Paktika dan Khost.

Menurut laporan awal dari otoritas Taliban, lebih dari 1.000 orang dipastikan tewas dan lebih dari 2.500 lainnya menderita luka-luka. Namun, angka tersebut diperkirakan akan membengkak drastis mengingat banyak korban masih tertimbun reruntuhan dan tim penyelamat belum dapat mencapai semua area terdampak. Citra satelit dan laporan dari lapangan menunjukkan kehancuran meluas, dengan desa-desa yang rata dengan tanah dan jalan-jalan utama terputus, mempersulit akses bagi bantuan kemanusiaan.

Skala Kerusakan dan Tantangan Bantuan

Wilayah yang paling parah terdampak adalah daerah pegunungan yang terpencil dan miskin di Paktika, khususnya distrik Barmal dan Giyan. Ribuan rumah hancur total atau rusak parah, membuat puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal dalam sekejap. Saksi mata menggambarkan pemandangan mengerikan, di mana keluarga-keluarga berjuang mencari kerabat mereka di antara puing-puing, seringkali hanya dengan tangan kosong.

Upaya penyelamatan dan penyaluran bantuan menghadapi tantangan luar biasa. Selain lokasi yang sulit dijangkau, Afghanistan juga kekurangan peralatan berat, tenaga medis terlatih, dan sumber daya logistik yang memadai. Situasi ini diperparah oleh krisis ekonomi parah dan sanksi internasional yang menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban. Organisasi bantuan internasional telah memperingatkan bahwa jutaan warga Afghanistan sudah menghadapi kerawanan pangan akut sebelum gempa ini terjadi.

“Ini adalah bencana yang menghancurkan di tengah krisis kemanusiaan yang sudah ada. Akses ke daerah terpencil menjadi tantangan besar, dan kami membutuhkan dukungan internasional segera untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan mencegah tragedi yang lebih besar,” ujar seorang pejabat dari PBB yang enggan disebutkan namanya, menekankan urgensi situasi tersebut.

Pemerintah Taliban telah menyerukan bantuan internasional dan mengerahkan sumber daya yang ada, termasuk helikopter militer, untuk membantu evakuasi dan pengiriman logistik. Namun, skala kehancuran jauh melebihi kapasitas pemerintah setempat.

Respon Internasional dan Kekhawatiran Kemanusiaan

Gempa bumi ini segera menarik perhatian dunia, memicu gelombang simpati dan tawaran bantuan dari berbagai negara dan organisasi internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keprihatinan mendalam dan telah mengirimkan tim penilaian ke lokasi bencana, berjanji untuk memberikan bantuan darurat berupa makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan.

Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara lain telah menyampaikan belasungkawa dan menawarkan bantuan finansial maupun teknis. Namun, mekanisme penyaluran bantuan ini masih menjadi pertanyaan, mengingat status Taliban yang belum diakui secara luas oleh komunitas internasional dan kekhawatiran akan penyalahgunaan dana. Meski demikian, urgensi kemanusiaan diperkirakan akan mengesampingkan pertimbangan politik dalam jangka pendek.

Musim dingin yang akan datang juga menjadi ancaman serius bagi para korban gempa yang kehilangan tempat tinggal. Suhu ekstrem di pegunungan Afghanistan dapat memperburuk kondisi kesehatan dan meningkatkan risiko kematian akibat hipotermia, terutama bagi anak-anak dan lansia. Komunitas internasional dituntut untuk bergerak cepat dan efektif, tidak hanya dalam fase darurat, tetapi juga dalam upaya rekonstruksi jangka panjang untuk membantu Afghanistan bangkit dari pukulan ganda bencana alam dan krisis berkelanjutan.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.