Gencatan Senjata di Gaza Berlaku, Ribuan Warga Berbondong Kembali ke Utara
        TEL AVIV, 11 October 2025 – Sebuah pengumuman dari militer Israel yang menyatakan dimulainya jeda pertempuran telah memicu gelombang besar pergerakan warga sipil yang berupaya kembali ke rumah mereka di Kota Gaza dan sekitarnya. Ribuan warga Palestina dilaporkan bergerak dari wilayah selatan menuju utara Jalur Gaza, memanfaatkan kesempatan langka ini di tengah konflik yang berkepanjangan.
Gencatan senjata, yang disebut sebagai “jeda kemanusiaan” oleh beberapa pihak, diharapkan dapat memberikan ruang bagi distribusi bantuan vital dan memungkinkan warga untuk menilai kondisi rumah mereka setelah berbulan-bulan mengalami pengungsian dan kehancuran. Militer Israel mengonfirmasi dimulainya jeda ini, yang bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran tawanan dan pengiriman bantuan esensial ke wilayah yang terkepung.
Gelombang Kembali ke Utara
Sejak pengumuman tersebut, jalan-jalan utama di Jalur Gaza telah dipenuhi oleh rombongan orang-orang, baik yang berjalan kaki, menggunakan kendaraan seadanya, maupun dengan gerobak yang membawa sedikit barang yang tersisa. Tujuan utama mereka adalah wilayah utara, khususnya Kota Gaza yang sebelumnya menjadi pusat operasi militer dan mengalami kerusakan paling parah.
Saksi mata melaporkan pemandangan yang mengharukan, di mana keluarga-keluarga, termasuk anak-anak dan lansia, berbondong-bondong melewati puing-puing dan reruntuhan, didorong oleh kerinduan akan tanah kelahiran mereka. Banyak di antara mereka yang telah mengungsi ke selatan selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, mencari perlindungan dari pertempuran sengit.
Namun, kepulangan ini tidak luput dari tantangan besar. Sebagian besar infrastruktur di utara Gaza, termasuk rumah sakit, sekolah, dan pasokan air serta listrik, telah hancur atau tidak berfungsi. Organisasi kemanusiaan telah memperingatkan bahwa kondisi di wilayah tersebut masih sangat berbahaya dan tidak layak huni bagi sebagian besar penduduk yang kembali.
Harapan di Tengah Puing-puing
Meskipun menghadapi kehancuran yang meluas, harapan untuk membangun kembali kehidupan tetap membara di hati para warga yang kembali. Banyak yang berharap dapat menyelamatkan harta benda mereka yang tersisa, memeriksa kondisi rumah, atau setidaknya menguburkan kerabat yang tewas dalam konflik.
Seorang warga yang berhasil mencapai pinggiran Kota Gaza, Bapak Ahmed Mansour, berbagi perasaannya:
“Kami tahu tidak ada yang tersisa di sana, mungkin hanya puing-puing. Tapi itu rumah kami, tanah kami. Bahkan jika kami harus tidur di bawah reruntuhan, itu lebih baik daripada hidup tanpa harapan di tempat asing. Kami hanya ingin kembali, bahkan untuk melihat apa yang bisa kami selamatkan.”
PBB dan berbagai lembaga bantuan kemanusiaan telah menyambut baik jeda ini sebagai langkah penting, namun mereka juga menekankan bahwa kebutuhan kemanusiaan di Gaza tetap sangat besar. Distribusi bantuan yang efektif dan berkelanjutan menjadi kunci untuk mencegah krisis yang lebih parah, terutama di tengah musim dingin yang semakin mendekat.
Masa depan jeda ini dan potensi dampaknya terhadap stabilitas jangka panjang masih menjadi pertanyaan besar. Untuk saat ini, perhatian utama tertuju pada keselamatan dan kesejahteraan ribuan warga Palestina yang kini tengah berjuang untuk menemukan kembali jejak kehidupan di tengah puing-puing masa lalu mereka.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya đŸ‘‰
Beranda
