November 4, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Israel dalam Cengkeraman Konflik Gaza: Polarisasi Internal, Isolasi Global

Konflik berkepanjangan di Jalur Gaza, yang kerap disebut sebagai salah satu babak terpanjang dalam sejarah pertikaian Israel-Palestina tanpa akhir, kini telah menjelma menjadi krisis eksistensial bagi Israel. Lebih dari sekadar tantangan militer, perang ini telah menggerogoti citra diri dan pemahaman internal Israel tentang identitasnya, seraya memperparah jurang perpecahan di dalam negeri dan menguatkan gelombang isolasi di panggung internasional.

Sejak pecahnya konflik pada Oktober tahun lalu, masyarakat Israel dihadapkan pada dilema kompleks yang menguji fondasi persatuan mereka. Trauma kolektif akibat serangan awal memicu gelombang solidaritas, namun seiring berjalannya waktu dan bertambahnya korban, baik dari pihak Israel maupun Palestina, retakan mulai muncul dan semakin melebar. Diskusi mengenai tujuan perang, strategi pemerintahan, nasib sandera, dan visi pasca-konflik telah berubah menjadi medan pertempuran ideologis yang sengit.

Polarisasi Internal yang Kian Mendalam

Di dalam Israel, perpecahan terlihat nyata di berbagai lapisan masyarakat. Ketidakpuasan publik terhadap kinerja pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus meningkat, terutama terkait penanganan krisis sandera dan kegagalan mencapai tujuan perang yang jelas. Demonstrasi rutin menuntut pemilihan umum dini dan kesepakatan pembebasan sandera telah menjadi pemandangan umum di kota-kota besar, mencerminkan frustrasi yang meluas.

Jauh di dalam struktur sosial, perdebatan juga meruncing antara kelompok sekuler dan religius ultra-Ortodoks, antara warga Yahudi Israel dan warga Arab Israel, serta antara keluarga korban serangan dengan pemerintah. Masing-masing kelompok memiliki perspektif dan tuntutan yang berbeda, memperlemah kohesi sosial yang esensial di masa perang. Para analis politik mencatat bahwa perpecahan ini jauh lebih dalam daripada sekadar perbedaan pandangan politik tradisional.

“Perpecahan di Israel kini bukan hanya antara sayap kiri dan kanan, melainkan membelah setiap aspek masyarakat – dari keluarga korban hingga militer, dari sekuler hingga religius. Ini adalah krisis kepercayaan yang mendalam terhadap kepemimpinan dan arah bangsa,” ujar Dr. Yossi Klein, seorang analis politik senior, dalam wawancara pada 06 October 2025.

Situasi ini diperparah oleh ketidakpastian mengenai masa depan Gaza dan solusi jangka panjang untuk konflik Israel-Palestina. Tanpa adanya konsensus internal yang kuat, Israel menghadapi kesulitan besar dalam merumuskan kebijakan yang koheren dan berkelanjutan, baik di tingkat domestik maupun internasional.

Badai Isolasi di Panggung Dunia

Di arena global, Israel menghadapi gelombang isolasi diplomatik dan kecaman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Skala kehancuran dan jumlah korban jiwa di Gaza, terutama anak-anak dan wanita, telah memicu kemarahan luas di seluruh dunia. Citra Israel, yang dulu sering digambarkan sebagai negara demokrasi di Timur Tengah, kini tercoreng oleh tuduhan kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia.

Bahkan sekutu-sekutu terdekat Israel, termasuk Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, mulai menyuarakan kekhawatiran dan kritik yang lebih keras. Resolusi-resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata dan perlindungan warga sipil, meskipun seringkali diveto oleh AS, mencerminkan sentimen mayoritas komunitas internasional. Lebih jauh lagi, Israel kini dihadapkan pada tuntutan hukum di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan genosida dan penyelidikan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas kejahatan perang, yang semakin meningkatkan tekanan internasional.

Gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) yang menargetkan Israel juga semakin gencar, mengancam untuk memberikan dampak ekonomi. Protes anti-Israel telah menyebar ke banyak ibu kota dunia, menandakan pergeseran signifikan dalam opini publik global. Tekanan ini tidak hanya berasal dari negara-negara Arab dan Muslim, tetapi juga dari kalangan akademisi, aktivis, dan bahkan politisi di negara-negara Barat.

Dalam kondisi ini, Israel berada di persimpangan jalan. Konflik Gaza, dengan segala dampak internal dan eksternalnya, memaksa negara tersebut untuk merenungkan kembali identitas, nilai-nilai, dan posisinya di dunia. Tantangan untuk menyembuhkan perpecahan internal sambil menavigasi gelombang isolasi global akan menjadi ujian terberat bagi kepemimpinan dan masyarakat Israel di tahun-tahun mendatang.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya đŸ‘‰
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.