August 5, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Jeju Air: Blunder Puluhan Tahun dan Dinding Maut Perparah Kecelakaan Fatal

Sebuah investigasi mendalam oleh The New York Times mengungkap serangkaian kesalahan dan kelalaian puluhan tahun yang secara tragis memperburuk konsekuensi dari kecelakaan pesawat Jeju Air. Laporan yang dirilis baru-baru ini, pada 05 August 2025, menyoroti bagaimana keputusan masa lalu, terutama terkait infrastruktur bandara dan standar keselamatan, telah menciptakan lingkungan yang sangat berbahaya, mengubah insiden yang seharusnya bisa ditangani menjadi bencana mematikan.

Rentetan Kelalaian Puluhan Tahun

Investigasi The New York Times secara teliti merinci bagaimana standar keselamatan yang buruk, kelalaian regulasi, dan peringatan yang diabaikan telah secara kumulatif berkontribusi pada lingkungan operasional yang genting. Sejak beberapa dekade lalu, keputusan-keputusan strategis dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur bandara diyakini telah mengabaikan prinsip-prinsip keselamatan dasar demi efisiensi atau alasan lainnya.

Laporan tersebut mengutip sejumlah dokumen internal, wawancara dengan mantan pejabat, dan analisis teknis yang menunjukkan pola abadi dari pengabaian. Mulai dari kurangnya investasi dalam modernisasi sistem navigasi, hingga kegagalan dalam memperbarui panduan keamanan yang relevan dengan perkembangan teknologi pesawat, semua mengarah pada sebuah gambaran tentang sistem yang rapuh. Kelalaian ini, menurut investigasi, bukan hanya sporadis tetapi telah menjadi bagian integral dari budaya operasional yang ada, menempatkan ribuan penumpang dalam risiko yang tidak perlu.

Dinding Pembatas Maut dan Fatalitas Kecelakaan

Salah satu temuan paling memberatkan dari investigasi adalah peran krusial sebuah dinding pembatas di landasan pacu yang disebut “dinding maut.” Dinding ini, yang terletak terlalu dekat dengan landasan pacu tanpa zona penyangga keamanan yang memadai, terbukti menjadi faktor utama yang memperparah kecelakaan Jeju Air. Alih-alih berfungsi sebagai penghalang pelindung, desain dan penempatannya yang kaku justru bertindak sebagai palu raksasa, mengubah pendaratan darurat menjadi tabrakan yang menghancurkan.

Para ahli penerbangan yang dikutip dalam laporan tersebut menegaskan bahwa penempatan dinding tersebut melanggar pedoman keselamatan internasional yang direkomendasikan. Desain bandara modern seharusnya menyertakan area pengaman landasan pacu (runway safety area/RSA) yang luas dan bebas hambatan, dirancang untuk memberi ruang bagi pesawat untuk melambat atau berhenti dalam keadaan darurat tanpa menabrak struktur keras. Keberadaan dinding maut tersebut, oleh karena itu, merupakan bukti nyata kegagalan dalam perencanaan dan kepatuhan standar keselamatan.

“Ini bukan sekadar kecelakaan; ini adalah puncak dari kegagalan sistemik yang telah diabaikan selama beberapa dekade. Setiap nyawa yang hilang akibat dinding itu adalah bukti nyata kelalaian kolektif yang harus dipertanggungjawabkan,” ujar seorang pakar keselamatan penerbangan terkemuka yang dikutip dalam laporan tersebut, menegaskan urgensi perubahan.

Temuan oleh The New York Times menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk tinjauan komprehensif terhadap protokol keselamatan penerbangan, tidak hanya di Korea Selatan tetapi juga secara global. Insiden ini berfungsi sebagai pengingat yang tajam bahwa keselamatan penerbangan adalah tanggung jawab berkelanjutan yang membutuhkan pengawasan ketat, investasi konstan, dan komitmen teguh terhadap standar tertinggi. Masyarakat kini menanti tindakan konkret dari otoritas terkait untuk memastikan tragedi serupa tidak terulang di masa depan.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.