Kecaman Dunia Atas Kelaparan Gaza, Israel Hadapi Isolasi Internasional

Krisis kemanusiaan yang memburuk di Jalur Gaza, khususnya ancaman kelaparan massal dan penderitaan anak-anak, telah memicu gelombang kemarahan global yang terus meningkat terhadap tindakan pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Kondisi di Gaza, yang oleh banyak pihak disebut sebagai bencana kemanusiaan buatan manusia, secara signifikan mempercepat penolakan internasional dan membuat Israel semakin terisolasi di panggung dunia.
Sejak konflik pecah, jumlah korban sipil, terutama anak-anak, telah meningkat drastis, dengan laporan tentang kematian akibat kelaparan dan dehidrasi menjadi perhatian utama. Lembaga-lembaga kemanusiaan dan PBB berulang kali menyerukan agar lebih banyak bantuan masuk ke Gaza, namun pembatasan dan hambatan birokrasi terus menghalangi penyaluran bantuan yang sangat dibutuhkan.
Peningkatan Krisis Kemanusiaan dan Dampaknya pada Anak-anak
Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza telah mencapai titik kritis. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai organisasi bantuan telah memperingatkan tentang krisis kelaparan yang melanda wilayah tersebut, terutama di bagian utara. Menurut laporan terbaru dari Unit Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), lebih dari satu juta orang di Gaza, atau sekitar separuh dari populasi, berada dalam kondisi kelaparan parah, dengan risiko kelaparan yang sangat tinggi. Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan, dengan kasus malnutrisi akut dan kematian terkait gizi buruk yang dilaporkan semakin sering.
Organisasi Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) telah menyuarakan keprihatinan mendalam tentang nasib anak-anak di Gaza, menyatakan bahwa mereka menghadapi “lingkaran mematikan” antara kelaparan dan penyakit. Sistem kesehatan yang runtuh, kurangnya air bersih, dan sanitasi yang buruk memperparah kondisi, membuat anak-anak rentan terhadap infeksi yang bahkan dapat berakibat fatal dalam kondisi gizi buruk.
“Penderitaan anak-anak di Gaza adalah noda bagi hati nurani kita bersama. Anak-anak tidak boleh menjadi senjata perang, dan akses kemanusiaan adalah keharusan mutlak. Setiap hari yang berlalu tanpa bantuan yang memadai adalah hari di mana lebih banyak nyawa tak berdosa dipertaruhkan,” kata seorang pejabat senior PBB dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.
Pembatasan terhadap masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, telah menyebabkan infrastruktur dasar, seperti rumah sakit dan fasilitas pengolahan air, lumpuh. Banyak keluarga terpaksa mengungsi berkali-kali, kehilangan tempat tinggal dan mata pencarian, yang semakin memperparah ketergantungan mereka pada bantuan luar.
Gelombang Kecaman Global dan Posisi Internasional Israel
Tindakan pemerintah Israel dan dampak krisis kemanusiaan di Gaza telah memicu kecaman keras dari berbagai negara, organisasi internasional, dan kelompok masyarakat sipil di seluruh dunia. PBB, Uni Eropa, dan sejumlah negara sekutu tradisional Israel, termasuk Amerika Serikat, telah menyuarakan kekhawatiran serius dan mendesak Israel untuk mematuhi hukum internasional serta memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
Protes besar-besaran telah terjadi di berbagai kota di seluruh dunia, menuntut gencatan senjata segera dan diakhirinya blokade Gaza. Di tingkat diplomatik, Israel menghadapi tekanan yang meningkat untuk mengakhiri operasi militer skala besar dan memastikan perlindungan warga sipil. Pengadilan Internasional (ICJ) di Den Haag juga tengah menyelidiki tuduhan genosida terhadap Israel, sebuah perkembangan yang semakin mengikis reputasi internasional negara tersebut.
Beberapa negara telah menarik duta besar mereka atau menurunkan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai bentuk protes. Hubungan dengan mitra regional, yang sebelumnya menunjukkan tanda-tanda normalisasi, kini juga berada di bawah tekanan. Pada 31 July 2025, tekanan internasional terus meningkat, dengan seruan untuk sanksi dan tindakan diplomatik yang lebih tegas jika situasi di Gaza tidak membaik.
Kecaman global atas krisis kelaparan dan penolakan untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan dalam skala besar telah menempatkan Israel pada posisi yang semakin terisolasi di panggung internasional. Pemerintah Netanyahu kini menghadapi tantangan besar untuk menyeimbangkan tujuan keamanannya dengan tuntutan masyarakat internasional yang semakin vokal akan keadilan dan perlindungan hak asasi manusia di Gaza.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda