Ketahanan Hamas di Tengah Badai Gaza: Strategi Bertahan Hidup di Balik Kerugian Besar

Di tengah kehancuran masif dan ribuan korban jiwa yang melanda Jalur Gaza sejak awal konflik terbaru, para analis terus mengamati fenomena krusial: mengapa kelompok Hamas tampaknya menolak untuk menyerah dalam pertempuran? Meskipun mengalami kerugian militer dan infrastruktur yang sangat besar, keyakinan di antara para pemimpin Hamas, menurut sejumlah pakar, tetap kuat bahwa mereka dapat bertahan untuk mencapai kesepakatan yang akan menjamin kelangsungan hidup mereka sebagai kekuatan politik dan militer.
Akar Keyakinan di Tengah Gempuran Tak Henti
Sejak pecahnya konflik pada 05 September 2025 lalu, Jalur Gaza telah menjadi medan perang brutal yang merenggut nyawa lebih dari 30.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta menghancurkan infrastruktur sipil secara meluas. Namun, di balik penderitaan dan kehancuran ini, para pengamat politik dan keamanan Timur Tengah meyakini bahwa Hamas tidak melihat perlawanan mereka sebagai upaya sia-sia. Sebaliknya, mereka beroperasi dengan keyakinan strategis bahwa setiap hari pertempuran yang berlanjut akan meningkatkan daya tawar mereka di meja perundingan.
Para analis berpendapat bahwa tujuan utama Hamas bukan lagi kemenangan militer total dalam arti konvensional, melainkan kelangsungan eksistensi politik dan pengaruh mereka di masa depan Gaza. Kehancuran yang terjadi, paradoksnya, justru bisa memperkuat narasi perlawanan dan mendapatkan simpati di kalangan populasi Palestina yang merasa terkepung. Mereka percaya bahwa komunitas internasional pada akhirnya akan campur tangan untuk memediasi kesepakatan yang mencakup gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel, pertukaran tahanan, dan yang paling penting, peran Hamas dalam arsitektur pemerintahan dan rekonstruksi pasca-konflik.
“Hamas mengukur ‘kemenangan’ tidak hanya dari segi militer, tetapi juga dari kemampuannya untuk bertahan, mempertahankan struktur kepemimpinannya, dan menegosiasikan perannya di masa depan Gaza,” jelas Dr. Elias Kanaan, seorang analis politik Timur Tengah di Beirut. “Bagi mereka, jika mereka bisa keluar dari ini dengan pengakuan politik atau setidaknya tanpa dilenyapkan sepenuhnya, itu adalah semacam kemenangan.”
Keyakinan ini juga diperkuat oleh pengalaman historis. Dalam konflik-konflik sebelumnya, seperti pada tahun 2014, meskipun menghadapi tekanan militer yang intens, Hamas berhasil bangkit kembali dan menegaskan kembali kekuasaannya di Gaza. Pola ini membentuk persepsi internal bahwa mereka dapat menahan gempuran dan muncul kembali sebagai pemain kunci di panggung politik Palestina.
Proyeksi Kesepakatan dan Masa Depan Politik Gaza
Jenis kesepakatan yang dibayangkan oleh Hamas sangat kompleks dan multifaset. Ini tidak hanya mencakup ketentuan militer seperti gencatan senjata, tetapi juga elemen politik yang lebih luas. Mereka mungkin mencari jaminan internasional untuk mengakhiri blokade Gaza, memastikan aliran bantuan kemanusiaan dan bahan rekonstruksi, serta melepaskan ribuan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel. Yang terpenting, Hamas kemungkinan besar akan menuntut jaminan atas peran politiknya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam pemerintahan dan manajemen Gaza pasca-konflik.
Israel, di sisi lain, telah menyatakan tujuan untuk melenyapkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas. Perbedaan tujuan yang fundamental ini menjadi penghalang terbesar dalam negosiasi. Namun, tekanan internasional yang meningkat untuk solusi kemanusiaan dan politik mungkin menciptakan celah bagi Hamas untuk memproyeksikan strategi bertahan hidupnya. Kelompok ini mungkin bertaruh pada kelelahan Israel dan tekanan global untuk mengakhiri operasi militer, yang pada akhirnya akan memaksa semua pihak ke meja perundingan dengan syarat-syarat yang lebih menguntungkan bagi Hamas.
Masa depan politik Gaza tetap sangat tidak pasti, namun satu hal yang jelas: strategi Hamas yang didasarkan pada keyakinan untuk bertahan dan mendapatkan kesepakatan, meskipun di tengah kerugian yang mengerikan, akan terus membentuk dinamika konflik yang sedang berlangsung. Bagaimana narasi ini berakhir akan sangat bergantung pada kesabaran para pihak yang bertikai, dinamika kekuatan regional, dan intervensi komunitas internasional.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda