July 10, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Ketegangan Meningkat: Serangan Israel Picu Kekhawatiran Perang Baru di Lebanon

Situasi di perbatasan utara Israel dan Lebanon kian memanas setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan terus melancarkan serangan udara dan artileri hampir setiap hari, menargetkan apa yang mereka sebut sebagai posisi dan infrastruktur militer milik kelompok Hizbullah yang didukung Iran. Langkah ini datang di tengah tekanan internasional yang terus meningkat terhadap Hizbullah untuk melucuti senjatanya, memicu kekhawatiran serius akan pecahnya perang skala penuh yang baru di wilayah tersebut. Ancaman eskalasi ini menjadi perhatian utama komunitas internasional pada 10 July 2025.

Eskalasi di Perbatasan Utara Memicu Kekhawatiran

Serangan Israel, yang seringkali dilakukan sebagai respons terhadap dugaan aktivitas Hizbullah atau sebagai upaya preemtif, telah menyebabkan kerusakan signifikan di wilayah selatan Lebanon. Menurut laporan intelijen Israel, target-target tersebut meliputi gudang senjata, pusat komando, peluncur roket, dan unit-unit tempur Hizbullah yang beroperasi di dekat perbatasan. Tujuan utama operasi ini, menurut pernyataan militer Israel, adalah untuk melemahkan kemampuan Hizbullah dan mencegahnya melancarkan serangan yang lebih luas terhadap Israel.

Pemerintah Lebanon, di sisi lain, mengutuk tindakan ini sebagai pelanggaran kedaulatan mereka dan menuntut agar serangan dihentikan. Mereka menyoroti dampaknya terhadap warga sipil Lebanon yang telah menderita akibat kehancuran infrastruktur dan risiko kehilangan nyawa. Hizbullah sendiri sesekali merespons dengan meluncurkan roket atau drone ke wilayah Israel utara, menjaga siklus kekerasan tetap berputar. Warga sipil di kedua sisi perbatasan hidup dalam ketakutan akan eskalasi lebih lanjut, dengan banyak yang telah mengungsi dari rumah mereka demi keselamatan.

Tekanan Disarmamen dan Konteks Regional

Tekanan terhadap Hizbullah untuk melucuti senjatanya bukanlah hal baru. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengakhiri perang Lebanon tahun 2006, menyerukan pelucutan semua milisi bersenjata di Lebanon, namun Hizbullah tetap menjadi kekuatan militer dan politik yang dominan di negara itu. Kelompok ini, yang secara ideologis terkait dengan Iran, memainkan peran kompleks dalam politik Lebanon, seringkali berfungsi sebagai negara di dalam negara dengan jaringan sosial, politik, dan militer yang luas.

Dukungan Iran terhadap Hizbullah dipandang oleh Israel dan sekutunya sebagai ancaman regional yang signifikan, bagian dari ‘poros perlawanan’ Teheran terhadap Israel dan pengaruh Barat. Konflik yang sedang berlangsung di Gaza juga memperburuk situasi. Banyak analis melihat aktivitas di perbatasan Lebanon-Israel sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk menarik perhatian Israel dari front selatan atau sebagai upaya Hizbullah untuk menunjukkan solidaritas dengan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya.

Setiap salah perhitungan kecil bisa memicu konflik yang lebih besar daripada yang kita lihat pada tahun 2006. Diplomasi mendesak adalah satu-satunya jalan keluar, ujar seorang analis keamanan regional yang enggan disebutkan namanya, menekankan bahwa situasi ini adalah titik didih yang berbahaya.

Komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat dan PBB, telah menyerukan de-eskalasi dan upaya untuk mencegah perang regional yang lebih luas. Berbagai misi diplomatik telah dikirim ke Beirut dan Yerusalem dalam upaya memediasi ketegangan. Namun, dengan kedua belah pihak tetap pada pendirian mereka, prospek perdamaian di perbatasan utara tampaknya masih jauh dari jangkauan, dan dunia menanti dengan napas tertahan, berharap ketegangan ini tidak meledak menjadi konflik yang tak terkendali.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.