Korea Utara dan Ilusi Konsumerisme: Mengungkap Wajah Baru Gaya Hidup
PYONGYANG – Dalam lanskap politik global yang seringkali digambarkan sebagai salah satu negara paling terisolasi di dunia, Korea Utara secara mengejutkan mulai menampilkan sisi yang berupaya meniru gaya hidup konsumerisme Barat. Video-video yang diambil oleh para pengunjung asing memberikan gambaran langka mengenai fenomena ini, menyoroti adopsi aplikasi seluler, pembangunan fasilitas rekreasi seperti pantai, hingga keberadaan kafe yang secara mencolok meniru merek-merek global.
Cuplikan-cuplikan visual ini, yang bocor dari negara tertutup tersebut, menawarkan perspektif unik tentang bagaimana rezim Pyongyang berusaha menampilkan ilusi modernitas dan kemakmuran kepada sebagian kecil warganya, khususnya kelas elit, meskipun sebagian besar penduduknya masih menghadapi berbagai keterbatasan ekonomi.
Simulasi Gaya Hidup Modern: Aplikasi dan Fasilitas Rekreasi
Salah satu aspek paling menonjol dari rekaman video ini adalah kemunculan aplikasi seluler di perangkat genggam warga Korea Utara. Meskipun internet global tidak tersedia bagi publik, negara ini memiliki sistem intranet sendiri yang memungkinkan penggunaan aplikasi pesan instan, permainan, dan layanan lain yang dikontrol ketat oleh pemerintah. Kehadiran aplikasi ini mencerminkan upaya untuk menyediakan fasilitas teknologi yang mirip dengan dunia luar, namun dalam ekosistem yang sepenuhnya terawasi.
Selain itu, video juga menampilkan pembangunan dan penggunaan fasilitas rekreasi di tepi pantai. Gambar-gambar menunjukkan warga Korea Utara menikmati waktu luang di pantai-pantai yang dilengkapi dengan payung, kursi santai, dan berbagai aktivitas air, menyerupai resor-resor wisata di negara lain. Fasilitas semacam ini, meskipun mungkin ditujukan untuk pariwisata domestik yang dikurasi atau untuk kalangan tertentu, memproyeksikan citra kehidupan yang lebih santai dan modern, berlawanan dengan narasi kelangkaan yang sering dikaitkan dengan negara tersebut.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang memiliki akses ke gaya hidup semacam ini dan sejauh mana pemerintah ingin menampilkan kemewahan ini kepada dunia. Sebagian besar fasilitas dan pengalaman konsumeris ini kemungkinan besar hanya tersedia bagi warga di ibu kota Pyongyang atau mereka yang memiliki koneksi dan status khusus.
Tiruan Merek Global dan Implikasinya
Aspek yang paling menarik perhatian adalah penampakan sebuah kafe yang desain dan logonya secara jelas meniru merek kopi global Starbucks. Meskipun bukan Starbucks asli, kafe semacam ini menunjukkan keinginan rezim untuk mengadopsi simbol-simbol konsumerisme Barat, bahkan jika itu hanya dalam bentuk tiruan. Ini dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa Korea Utara juga mampu menawarkan pengalaman “internasional” kepada warganya.
“Fenomena ini,” ujar seorang analis isu Korea Utara yang enggan disebut namanya, “bukan sekadar peniruan semata, melainkan strategi canggih Pyongyang untuk menunjukkan bahwa mereka juga bisa menawarkan kemewahan dan modernitas kepada warganya, meskipun dalam kerangka kontrol ketat negara. Ini adalah bagian dari propaganda internal dan eksternal.”
Kehadiran tiruan merek global ini tidak hanya terbatas pada kafe. Ada indikasi bahwa produk-produk konsumen lain, seperti makanan cepat saji atau produk mode, juga mulai memiliki versi lokal yang meniru desain dan gaya merek-merek terkenal. Ini memperkuat narasi bahwa rezim berupaya menciptakan ilusi kemakmuran dan pilihan bagi warganya, sekaligus mempertahankan kontrol penuh atas apa yang mereka konsumsi.
Pengungkapan dari video-video pengunjung ini, yang beredar luas per 25 August 2025, memberikan pemahaman yang lebih nuansa tentang masyarakat Korea Utara. Meskipun tetap menjadi negara yang sangat terisolasi dengan rezim otokratis, gambar-gambar ini menunjukkan adanya upaya kurasi untuk membangun citra modernitas dan konsumerisme terbatas di tengah masyarakat, bahkan jika itu hanya sekadar tampilan luar.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda