Mariupol di Bawah Cengkeraman Rusia: Jejak Ukraina Dihapus Paksa
MARIUPOL, Ukraina – Dua tahun setelah pengepungan brutal yang menghancurkan kota pelabuhan strategis ini, Mariupol yang diduduki Rusia kini tengah menjalani transformasi drastis. Upaya sistematis untuk menghapus identitas Ukraina dan mengintegrasikan kota tersebut sepenuhnya ke dalam Federasi Rusia kini menjadi fokus utama otoritas pendudukan. Bagi warga Ukraina yang berharap kembali, kota yang dulunya mereka kenal kini terasa asing, dan prospek untuk merebut kembali properti mereka semakin tipis, jika tidak mustahil.
Pengepungan Mariupol pada awal tahun 2022 menjadi salah satu babak paling berdarah dalam invasi Rusia ke Ukraina, menyebabkan puluhan ribu korban jiwa dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur kota. Setelah jatuh ke tangan Rusia, Mariupol dengan cepat menjadi simbol ambisi Moskow untuk membangun kembali dan mengklaim wilayah tersebut sebagai bagian dari Rusia.
Transformasi Kota dan Penghapusan Identitas
Sejak pendudukan, Moskow telah menginvestasikan sumber daya besar dalam proyek pembangunan kembali, memprioritaskan pembangunan apartemen baru, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya. Jalan-jalan baru dibangun dan gedung-gedung yang hancur diratakan untuk digantikan dengan struktur modern. Namun, di balik fasad pembangunan kembali ini, terdapat agenda yang lebih dalam: penghapusan identitas dan warisan Ukraina secara paksa. Bahasa Ukraina secara progresif digantikan oleh bahasa Rusia dalam administrasi, pendidikan, dan ruang publik. Kurikulum sekolah telah diubah untuk mencerminkan narasi sejarah Rusia, dan simbol-simbol negara Ukraina telah dilepaskan dari bangunan umum.
Nama jalan-jalan yang merujuk pada tokoh atau peristiwa penting Ukraina telah diganti dengan nama-nama Rusia atau Soviet. Monumen-monumen bersejarah yang dianggap bertentangan dengan narasi Rusia sering kali dibongkar atau dimodifikasi. Media massa yang disiarkan di wilayah tersebut sepenuhnya didominasi oleh propaganda Rusia, menciptakan gelembung informasi yang mengisolasi penduduk dari pandangan luar.
“Ini bukan lagi Mariupol yang saya kenal. Rasanya seperti berjalan di kota hantu, tetapi bukan karena puing-puing, melainkan karena jiwanya telah direnggut. Segala sesuatu yang berbau Ukraina telah dihapus, seolah-olah kami tidak pernah ada di sini,” ungkap seorang warga yang mencoba kembali, yang menolak disebut namanya karena alasan keamanan, pada 23 November 2025.
Tantangan Pulang dan Klaim Properti
Bagi ribuan warga Mariupol yang mengungsi selama pertempuran dan kini ingin kembali, perjalanan pulang sering kali berakhir dengan kekecewaan dan keputusasaan. Kota yang dulu mereka sebut rumah kini telah berubah drastis, baik secara fisik maupun demografis. Banyak bangunan apartemen yang dulunya menjadi tempat tinggal mereka telah hancur total atau dirobohkan. Properti yang masih berdiri sering kali telah ditempati oleh warga baru, termasuk pekerja konstruksi dari Rusia atau penduduk dari wilayah pendudukan lain.
Sistem hukum Rusia yang diberlakukan di Mariupol tidak mengakui hak kepemilikan properti berdasarkan catatan Ukraina. Dokumen-dokumen kepemilikan asli sering kali dianggap tidak sah, dan warga dituntut untuk mendaftarkan ulang properti mereka di bawah administrasi Rusia, sebuah proses yang rumit, mahal, dan sering kali tidak berhasil. Mereka yang tidak dapat kembali atau mendaftarkan ulang properti mereka berisiko kehilangan hak atas rumah dan tanah mereka secara permanen.
Selain masalah properti, warga Ukraina yang kembali juga menghadapi pemeriksaan keamanan dan proses ‘filtrasi’ yang ketat oleh otoritas pendudukan Rusia. Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi individu yang dianggap memiliki hubungan dengan pasukan atau pemerintah Ukraina, dan sering kali disertai dengan interogasi dan penahanan. Ketidakpercayaan dan pengawasan yang konstan menciptakan lingkungan yang penuh ketakutan, menghambat upaya warga untuk membangun kembali kehidupan mereka. Dengan setiap hari yang berlalu, Mariupol semakin jauh dari identitas aslinya, menjadi sebuah kota yang direkonfigurasi di bawah cengkeraman kekuasaan asing.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
