Menteri Sayap Kanan Israel Serukan Aneksasi Tepi Barat di Tengah Tekanan Global

YERUSALEM – Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, salah satu figur kunci dari faksi sayap kanan ekstrem dalam pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, baru-baru ini menyerukan agar Israel mengambil alih sebagian besar wilayah Tepi Barat. Pernyataan kontroversial ini muncul di tengah meningkatnya desakan internasional untuk mengakui negara Palestina, yang dipandang Smotrich sebagai ancaman.
Smotrich, pemimpin Partai Zionisme Religius, sebuah partai nasionalis-religius yang mendorong perluasan permukiman Yahudi dan kedaulatan Israel atas seluruh Tepi Barat, menyatakan bahwa langkah aneksasi diperlukan sebagai respons langsung terhadap apa yang disebutnya sebagai “gerakan internasional yang semakin berkembang untuk mengakui negara Palestina.” Komentar ini memicu gelombang kekhawatiran baru mengenai masa depan konflik Israel-Palestina dan prospek solusi dua negara yang semakin menipis.
Seruan Kontroversial di Tengah Dorongan Pengakuan Negara Palestina
Pernyataan Smotrich menggarisbawahi perpecahan mendalam di panggung politik Israel dan kompleksitas upaya internasional untuk meredakan konflik. Tepi Barat, yang diduduki Israel sejak perang 1967, adalah wilayah yang oleh Palestina diinginkan sebagai inti dari negara merdeka mereka di masa depan. Aneksasi sebagian besar wilayah ini akan secara fundamental mengubah lanskap geografis dan politik, serta secara efektif mengubur harapan untuk negara Palestina yang berkesinambungan.
Menurut Smotrich, Israel harus memperluas kedaulatannya atas sebagian besar Tepi Barat, sebuah wilayah yang secara hukum internasional dianggap sebagai wilayah pendudukan. Kelompok sayap kanan Israel, termasuk partai Smotrich, seringkali menolak klaim ini dan menganggap Tepi Barat sebagai bagian integral dari “Tanah Israel” historis. Seruan aneksasi ini datang pada 04 September 2025, saat beberapa negara Eropa, seperti Spanyol, Irlandia, dan Norwegia, telah secara resmi mengakui negara Palestina, dengan negara-negara lain di Uni Eropa juga mempertimbangkan langkah serupa.
“Israel harus mengambil alih sebagian besar wilayah Tepi Barat. Langkah ini merupakan respons tegas terhadap upaya-upaya internasional yang semakin intensif untuk mengakui negara Palestina, yang kami anggap sebagai ancaman eksistensial bagi keamanan Israel dan kedaulatan kami atas tanah ini.”
Tekanan diplomatik terhadap Israel telah meningkat secara signifikan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan respons militer Israel di Jalur Gaza. Banyak pihak di komunitas internasional melihat solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi, dan pengakuan negara Palestina dipandang sebagai langkah krusial untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, seruan aneksasi dari pejabat tinggi Israel seperti Smotrich secara langsung bertentangan dengan narasi tersebut.
Implikasi Regional dan Sikap Internasional terhadap Solusi Dua Negara
Implikasi dari usulan aneksasi Tepi Barat sangat luas. Di tingkat regional, hal ini kemungkinan besar akan memperburuk ketegangan dengan negara-negara Arab dan Muslim, yang sebagian besar mendukung pendirian negara Palestina. Hal ini juga dapat memicu gelombang kekerasan dan ketidakstabilan di wilayah tersebut, merusak upaya normalisasi hubungan yang telah dicapai Israel dengan beberapa negara Arab.
Secara internasional, langkah aneksasi Tepi Barat hampir pasti akan menuai kecaman keras. Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, meskipun seringkali melindungi Israel di forum internasional, secara konsisten menentang aneksasi unilateral dan mendukung solusi dua negara. Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah berulang kali menegaskan bahwa aneksasi wilayah pendudukan adalah ilegal di bawah hukum internasional dan akan merusak prospek perdamaian.
Komentar Smotrich mencerminkan pandangan politik yang semakin dominan di kalangan sayap kanan Israel, yang melihat ekspansi permukiman dan kontrol penuh atas Tepi Barat sebagai prioritas utama. Namun, bagi Palestina dan sebagian besar komunitas internasional, aneksasi adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hak-hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan sebuah pukulan fatal bagi visi perdamaian yang adil dan berkelanjutan.
Masa depan Tepi Barat dan seluruh konflik Israel-Palestina kini menghadapi persimpangan jalan yang genting, dengan seruan aneksasi dari pejabat tinggi Israel menambah kompleksitas pada situasi yang sudah tegang dan memicu kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda