Pasca-Eskalasi 12 Hari: Rakyat Iran Terbelah Menghadapi Masa Depan

TEHERAN – Konflik terbuka yang berlangsung selama 12 hari pada bulan Juni lalu telah mengubah lanskap persaingan perang bayangan antara Israel dan Iran. Apa yang sebelumnya seringkali terbatas pada serangan siber, operasi intelijen terselubung, dan konflik proksi di negara-negara tetangga, kini telah meledak menjadi konfrontasi militer langsung yang mengejutkan banyak pihak, termasuk warga Iran sendiri. Eskalasi ini telah menyeret rakyat Iran ke garis depan pertikaian regional, meninggalkan mereka dengan pertanyaan krusial tentang langkah selanjutnya: membalas dendam atau beranjak mencari stabilitas?
Peristiwa di bulan Juni menandai sebuah titik balik signifikan. Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, Teheran dan Tel Aviv secara langsung terlibat dalam baku tembak yang intens, melibatkan serangan udara dan balasan rudal yang menggelegar di wilayah udara yang lebih luas. Konflik singkat namun sengit ini, meskipun kini telah mereda, meninggalkan jejak ketidakpastian mendalam di kalangan masyarakat Iran. Perasaan terkejut dan ketidakpastian kini menyelimuti kehidupan sehari-hari, memaksa mereka untuk mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari perubahan paradigma konflik ini.
Desakan Balas Dendam dan Kebanggaan Nasional
Di tengah suasana tegang, sebagian besar masyarakat Iran, terutama dari kalangan yang lebih konservatif atau mereka yang memiliki sentimen nasionalis yang kuat, menyerukan tindakan balasan. Mereka melihat agresi Israel sebagai serangan langsung terhadap kedaulatan dan kehormatan Iran, yang menuntut respons tegas. Narasi ini seringkali digaungkan oleh media pemerintah dan tokoh-tokoh berpengaruh, yang menekankan pentingnya mempertahankan deterrent dan menunjukkan kekuatan.
“Kita tidak bisa membiarkan serangan ini berlalu begitu saja,” ujar seorang analis politik di Teheran yang tidak ingin disebutkan namanya, mengutip pandangan umum dari kelompok ini. “Jika kita tidak membalas, musuh akan melihatnya sebagai kelemahan dan akan terus menekan kita. Ini bukan hanya tentang keamanan, ini tentang martabat bangsa.”
Serangan langsung ini adalah penghinaan. Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa Iran tidak akan tunduk pada ancaman apa pun. Balas dendam adalah satu-satunya jalan untuk mempertahankan kehormatan kita.
Sentimen ini diperkuat oleh sejarah panjang ketegangan regional dan persepsi adanya konspirasi asing yang terus-menerus mengancam keberadaan Iran. Bagi kelompok ini, setiap serangan adalah validasi atas perlunya pertahanan yang kuat dan kesiapan untuk menyerang balik, demi menjaga integritas negara dan pengaruhnya di kawasan.
Kerinduan akan Stabilitas dan Kecemasan Ekonomi
Namun, tidak semua warga Iran memiliki pandangan yang sama. Sebagian besar lainnya, terutama dari generasi muda dan mereka yang lebih merasakan beban ekonomi harian, sangat ingin untuk “bergerak maju” dari siklus konflik yang tiada akhir. Mereka lelah dengan ketidakpastian, sanksi ekonomi, dan isolasi internasional yang telah menguras sumber daya negara dan membatasi prospek masa depan.
Bagi mereka, prioritas utama adalah stabilitas, pemulihan ekonomi, dan peningkatan kualitas hidup. Mereka khawatir bahwa setiap tindakan balasan hanya akan memicu eskalasi lebih lanjut, yang pada akhirnya akan memperburuk penderitaan rakyat biasa. Harga-harga kebutuhan pokok yang melambung, lapangan kerja yang terbatas, dan nilai mata uang yang fluktuatif menjadi kekhawatiran yang jauh lebih mendesak daripada perang regional.
“Apa gunanya membalas dendam jika anak-anak kita kelaparan dan tidak memiliki masa depan?” keluh seorang ibu rumah tangga di pasar Teheran pada 07 September 2025. “Kami hanya ingin hidup damai, bekerja, dan melihat negara kami maju. Perang hanya membawa kehancuran dan kemiskinan.” Sentimen ini mencerminkan kelelahan perang yang mendalam, sebuah keinginan untuk lepas dari cengkeraman geopolitik yang telah mendominasi kehidupan mereka selama beberapa dekade.
Divisi pendapat ini menempatkan kepemimpinan Iran dalam dilema yang pelik. Di satu sisi, ada tekanan internal untuk menunjukkan kekuatan dan membalas serangan. Di sisi lain, ada kebutuhan mendesak untuk menstabilkan perekonomian dan menghindari konfrontasi yang lebih besar yang bisa memicu intervensi asing atau krisis kemanusiaan. Masa depan Iran, dan mungkin seluruh kawasan, akan sangat bergantung pada pilihan yang akan diambil Teheran di persimpangan jalan ini.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda