Pejabat Kanada Minta Maaf ke Trump atas Iklan Kontroversial, Pembicaraan Dagang Terhenti
Seorang pejabat senior Kanada, yang diidentifikasi sebagai Carney, dikabarkan telah menyampaikan permintaan maaf kepada Presiden Amerika Serikat kala itu, Donald Trump. Permintaan maaf tersebut terkait penayangan sebuah iklan yang membangkitkan kembali kritik Presiden Ronald Reagan terhadap kebijakan tarif, sebuah langkah yang sangat sensitif di tengah ketegangan perdagangan bilateral.
Insiden diplomatik ini semakin meruncing setelah Perdana Menteri Kanada juga menyatakan telah meminta provinsi Ontario untuk tidak menayangkan iklan tersebut. Namun, respons dari Washington cukup tegas; insiden ini diduga kuat menjadi pemicu dihentikannya pembicaraan dagang krusial antara kedua negara, yang saat itu sedang berupaya merenegosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Kontroversi Iklan dan Respons Ottawa
Iklan yang menjadi pangkal masalah ini dilaporkan menggunakan pernyataan atau sentimen dari mantan Presiden AS Ronald Reagan, yang pada masanya dikenal sebagai pendukung kuat pasar bebas dan kerap mengkritik hambatan perdagangan, termasuk tarif. Dalam konteks pemerintahan Donald Trump yang mengusung kebijakan “America First” dan memberlakukan tarif impor pada baja dan aluminium dari Kanada, iklan tersebut jelas merupakan provokasi.
Langkah Carney untuk meminta maaf kepada Trump menunjukkan tingkat keparahan situasi dan urgensi untuk meredakan ketegangan. Apologi ini kemungkinan besar merupakan upaya diplomatik untuk menyelamatkan hubungan dagang yang sedang goyah dan memastikan kelanjutan negosiasi. Pemerintah Kanada sangat bergantung pada hubungan ekonomi yang stabil dengan Amerika Serikat, mitra dagang terbesar mereka.
Tidak hanya itu, keterlibatan langsung Perdana Menteri Kanada dalam meminta provinsi Ontario untuk menghentikan penayangan iklan tersebut menegaskan betapa seriusnya Ottawa menanggapi insiden ini. Provinsi Ontario, sebagai pusat industri dan manufaktur Kanada, memiliki kepentingan besar dalam kelancaran perdagangan lintas batas. Penayangan iklan semacam itu dapat memicu kemarahan dari pihak AS dan berdampak langsung pada perekonomian provinsi.
“Dalam situasi negosiasi perdagangan yang sangat sensitif dan penuh tekanan, setiap pernyataan atau publikasi yang berpotensi memprovokasi mitra dagang harus dikelola dengan kehati-hatian ekstra. Insiden iklan ini menjadi pengingat penting akan dinamika rumit dalam hubungan diplomatik antara negara-negara besar,” ujar seorang analis kebijakan luar negeri 01 November 2025.
Dampak pada Hubungan Dagang Bilateral
Penghentian pembicaraan dagang oleh Presiden Trump pasca-insiden iklan ini menyoroti kerapuhan hubungan Kanada-AS di bawah kepemimpinan Trump. Selama periode ini, negosiasi untuk menggantikan NAFTA dengan perjanjian baru — yang kemudian dikenal sebagai Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) — berlangsung sangat alot dan penuh ancaman. Trump sering kali menggunakan retorika keras dan ancaman tarif untuk menekan Kanada agar menyetujui persyaratan AS.
Keputusan Trump untuk menghentikan pembicaraan dagang, meskipun bersifat sementara, mengirimkan sinyal kuat bahwa ia tidak akan menoleransi provokasi dari pihak Kanada. Hal ini menempatkan tekanan politik dan ekonomi yang signifikan pada pemerintah Kanada, yang berusaha keras untuk mengamankan kesepakatan yang menguntungkan bagi industrinya. Ribuan pekerjaan di Kanada bergantung pada ekspor ke AS, membuat ancaman terhadap perdagangan menjadi isu domestik yang krusial.
Meskipun akhirnya Kanada dan AS berhasil mencapai kesepakatan USMCA, insiden iklan dan permintaan maaf ini menjadi salah satu babak dalam saga negosiasi yang penuh gejolak. Ini memperlihatkan betapa pentingnya menjaga komunikasi yang cermat dan menghindari retorika yang dapat dianggap antagonistik, terutama di tengah perundingan berisiko tinggi yang melibatkan kepentingan ekonomi triliunan dolar.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
