Perang Gaza: Israel Terbelah dan Terisolasi, Citra Diri Teruji
Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu telah menjelma menjadi perang terpanjang dalam sejarah konflik Israel-Palestina yang tak berkesudahan, memicu gejolak mendalam di dalam negeri Israel dan mempercepat isolasinya di panggung global. Lebih dari sekadar pertempuran di medan laga, perang ini telah secara fundamental mengguncang citra diri Israel dan pemahamannya terhadap eksistensinya sendiri, mendorong negara itu ke dalam periode introspeksi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perpecahan Internal yang Semakin Mendalam
Di tengah tekanan militer yang intens dan krisis sandera yang belum terselesaikan, masyarakat Israel menghadapi perpecahan internal yang semakin dalam. Polarisasi politik semakin tajam, terutama seputar kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan strategi kabinet perangnya. Protes anti-pemerintah, yang sempat mereda di awal perang, kembali menguat dan menuntut pengunduran diri Netanyahu serta pemilihan umum dini. Keluarga para sandera menjadi suara kritis yang mendesak pemerintah untuk memprioritaskan pembebasan kerabat mereka, bahkan dengan mengorbankan tujuan militer “kemenangan total”.
Di tingkat sosial, ketegangan antara kelompok sekuler dan religius ultra-Ortodoks kembali memanas, terutama terkait isu pengecualian wajib militer bagi siswa yeshiva. Debat tentang masa depan Jalur Gaza pasca-konflik, solusi dua negara, dan perluasan permukiman juga memecah belah spektrum politik dan masyarakat Israel, memperlihatkan keretakan yang sulit direkatkan.
“Perang ini telah membuka luka lama dalam masyarakat Israel, mempertanyakan konsensus nasional yang selama ini dipegang teguh. Kita melihat keretakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam politik, sosial, dan bahkan militer, yang bisa memiliki implikasi jangka panjang bagi identitas Israel,” ujar seorang analis politik terkemuka di Yerusalem pada 05 October 2025.
Tekanan ekonomi akibat mobilisasi cadangan yang luas dan gangguan terhadap sektor pariwisata serta teknologi juga menambah beban pada kehidupan sehari-hari warga Israel, memperburuk suasana ketidakpastian dan ketidakpuasan.
Isolasi Internasional dan Ujian Citra Diri
Di kancah global, Israel menghadapi gelombang kritik dan isolasi yang meningkat tajam. Dukungan tanpa syarat dari sekutu tradisional, terutama Amerika Serikat, mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan seiring dengan meningkatnya korban sipil di Gaza dan krisis kemanusiaan yang parah. Tekanan internasional untuk gencatan senjata dan peningkatan bantuan kemanusiaan semakin gencar, dengan banyak negara Eropa menyuarakan keprihatinan mendalam.
Lembaga-lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, Mahkamah Internasional (ICJ), dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah membuka penyelidikan atau mengeluarkan putusan yang menempatkan tindakan Israel di bawah sorotan tajam, memicu tuduhan pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang. Ini secara signifikan merusak narasi Israel sebagai negara demokratis yang menjunjung tinggi hukum dan memiliki “tentara paling bermoral di dunia.”
Hubungan regional juga terganggu. Sementara Abraham Accords sempat menjanjikan normalisasi hubungan dengan beberapa negara Arab, perang di Gaza telah mendinginkan hubungan tersebut dan memicu gelombang sentimen anti-Israel yang kuat di seluruh dunia Arab dan Muslim. Di sisi lain, peningkatan aktivitas kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman, yang didukung Iran, menimbulkan ancaman keamanan baru dan memperparah lingkungan strategis Israel.
Perang ini tidak hanya menguji kekuatan militer Israel, tetapi juga mengguncang fondasi identitasnya sebagai suaka bagi Yahudi global. Bangkitnya sentimen anti-Semit di berbagai belahan dunia dan kritik tajam terhadap kebijakan Israel membuat komunitas Yahudi di diaspora berada dalam posisi yang sulit, merasa tertekan dan terpecah belah.
Secara keseluruhan, perang di Gaza telah mendorong Israel ke persimpangan jalan, memaksa negara itu untuk menghadapi tantangan ganda: mengatasi perpecahan internal yang mendalam sambil menghadapi isolasi yang semakin meningkat dari komunitas internasional. Bagaimana Israel menavigasi krisis ini akan menentukan tidak hanya masa depannya, tetapi juga bagaimana dunia memandangnya di tahun-tahun mendatang.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya đŸ‘‰
Beranda
