August 26, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Perlambatan Ekonomi Pukul Pekerja Migran Senior di Beijing: Keterampilan Usang, Masa Depan Suram

Beijing – Bayang-bayang perlambatan ekonomi Tiongkok kini menampakkan wajah yang lebih suram, terutama bagi jutaan pekerja migran senior di ibu kota. Kelompok demografi yang dulunya menjadi tulang punggung industrialisasi dan pembangunan perkotaan ini, kini terjebak dalam pusaran persaingan ketat, di mana usia dan minimnya keterampilan teknis menjadi penghalang utama dalam pencarian kerja.

Seiring dengan pergeseran prioritas ekonomi dari sektor manufaktur berat ke industri berbasis teknologi dan jasa, para pekerja migran berusia lanjut di Beijing menghadapi kenyataan pahit. Mereka yang datang ke kota ini dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik, kini berjuang mempertahankan penghidupan di tengah pasar kerja yang semakin menuntut adaptasi dan keahlian baru.

Kesenjangan Keterampilan dan Lanskap Pekerjaan yang Berubah

Fenomena ini bukan hal baru, namun semakin meruncing dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat ke level terendah dalam beberapa dekade, memicu restrukturisasi besar-besaran di berbagai sektor. Akibatnya, permintaan akan tenaga kerja manual berkurang drastis, digantikan oleh kebutuhan akan pekerja yang menguasai teknologi digital, data, atau keahlian spesifik lainnya.

Bagi pekerja migran senior, yang mayoritas hanya memiliki pengalaman dalam pekerjaan fisik seperti konstruksi, pabrik, atau layanan kebersihan sederhana, transisi ini sangat sulit. Mereka seringkali tidak memiliki akses atau kesempatan untuk pelatihan ulang yang memadai, atau bahkan literasi digital dasar yang diperlukan untuk melamar pekerjaan modern. Usia juga menjadi faktor diskriminatif; banyak perusahaan enggan merekrut individu yang dianggap kurang produktif atau lebih rentan terhadap masalah kesehatan.

Kondisi ini diperparah dengan kebijakan ketenagakerjaan yang kadang tidak memihak, serta minimnya jaringan dukungan sosial bagi pekerja migran yang terputus dari kampung halaman mereka. Tanpa hukou (izin tinggal) lokal, mereka seringkali tidak memenuhi syarat untuk tunjangan sosial atau program pelatihan yang tersedia bagi penduduk asli kota.

Dampak Sosial dan Desakan Mencari Nafkah

Konsekuensi dari kesulitan mencari kerja ini sangat mendalam, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi keluarga mereka. Banyak pekerja migran senior adalah satu-satunya penopang ekonomi keluarga di daerah pedesaan, menyisihkan sebagian besar pendapatan mereka untuk mengirim pulang guna membiayai anak-anak atau orang tua. Tanpa penghasilan, beban finansial keluarga di kampung halaman mereka ikut terancam.

Tekanan untuk tetap bekerja, meskipun di usia senja, sangat tinggi. Beberapa terpaksa menerima pekerjaan informal dengan upah sangat rendah dan kondisi kerja yang tidak aman, seperti pengumpul sampah, pedagang kaki lima, atau buruh harian lepas tanpa jaminan sosial. Ini menciptakan lingkaran setan kemiskinan dan kerentanan yang sulit diputus.

“Situasi pekerja migran senior ini adalah cerminan dari tantangan demografis dan ekonomi yang lebih besar di Tiongkok. Pemerintah perlu segera merumuskan kebijakan yang lebih inklusif, menyediakan program pelatihan yang relevan, serta memperkuat jaring pengaman sosial. Mengabaikan kelompok ini berarti mengabaikan potensi krisis sosial di masa depan,” kata seorang ekonom terkemuka yang enggan disebut namanya, pada 26 August 2025.

Tantangan yang dihadapi pekerja migran senior di Beijing adalah pengingat nyata akan sisi lain dari kemajuan ekonomi Tiongkok yang pesat. Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan teknologi canggih, ada segmen masyarakat yang tertinggal, berjuang mati-matian untuk sekadar bertahan hidup. Tanpa intervensi kebijakan yang berarti, masa depan mereka diyakini akan semakin suram.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.