December 19, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Pimpinan Oposisi Taiwan Ajak Rangkul Tiongkok, Picu Kontroversi Kedaulatan

Seorang tokoh senior dari partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang (KMT), baru-baru ini menyerukan pendekatan yang lebih dekat dengan Tiongkok, dengan alasan untuk menghindari konflik bersenjata dan merangkul warisan budaya Tionghoa. Pernyataan kontroversial ini, yang disampaikan oleh Wakil Ketua KMT, Li Meng-yao, telah memicu perdebatan sengit tentang identitas nasional dan masa depan pulau demokratis tersebut di tengah ketegangan regional yang meningkat pada 04 December 2025.

Li Meng-yao, yang sebelumnya dikenal dengan pandangan yang lebih berhati-hati terhadap hubungan lintas-selat, kini tampaknya telah mengadopsi narasi yang lebih pro-Beijing. Dalam pidato terbarunya di Taipei, ia menekankan pentingnya Taiwan untuk ‘merangkul warisan Tionghoa-nya’ sebagai jalan untuk mencapai perdamaian abadi. “Kita harus mengakui akar budaya dan historis kita dengan Tiongkok daratan,” ujar Li, “Mengabaikan hal itu hanya akan memperdalam perpecahan dan meningkatkan risiko konfrontasi yang tidak perlu. Perdamaian hanya bisa dicapai melalui pemahaman dan penerimaan.”

Pergeseran Kebijakan dan Rasionalisasinya

Pergeseran retorika Li Meng-yao ini menarik perhatian mengingat sejarah KMT yang pernah memerintah Tiongkok daratan sebelum mundur ke Taiwan pada tahun 1949. KMT secara tradisional mendukung gagasan ‘satu Tiongkok’ tetapi dengan interpretasi yang berbeda dari Beijing, menekankan pada kedaulatan Republik Tiongkok (nama resmi Taiwan). Namun, selama bertahun-tahun, partai ini telah berjuang untuk menyeimbangkan hubungan yang lebih hangat dengan Tiongkok daratan dengan keinginan publik Taiwan untuk otonomi.

Li Meng-yao berpendapat bahwa keterikatan historis dan budaya Taiwan dengan Tiongkok daratan adalah fakta yang tidak dapat disangkal, dan bahwa mengabaikannya hanya akan memperburuk situasi. Menurutnya, dengan mengakui dan menghargai akar budaya yang sama, Taiwan dapat membangun jembatan diplomasi yang lebih kuat, bukan tembok yang memperdalam perpecahan dan risiko konfrontasi. Dia juga menyoroti potensi keuntungan ekonomi dari hubungan yang lebih erat, seperti peningkatan perdagangan dan investasi, yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Kekhawatiran Kedaulatan dan Proyeksi Internasional

Namun, seruan Li segera disambut dengan kecaman keras dari partai yang berkuasa, Partai Progresif Demokratik (DPP), serta kelompok-kelompok pro-kemerdekaan dan para analis politik. Para kritikus menuduh Li dan KMT berusaha ‘menggiring pulau itu ke dalam orbit Beijing’ dan mengkhianati nilai-nilai demokrasi serta kedaulatan Taiwan yang diperjuangkan dengan susah payah. Mereka khawatir bahwa narasi “merangkul warisan Tionghoa” akan digunakan oleh Beijing untuk membenarkan klaimnya atas Taiwan dan pada akhirnya merusak identitas demokratis Taiwan.

Seorang akademisi terkemuka dari Universitas Nasional Taiwan, Dr. Chen Wei-lin, menyatakan kekhawatiran yang mendalam tentang implikasi pernyataan tersebut. “Narasi ‘merangkul warisan’ seringkali digunakan sebagai kedok untuk agenda politik yang lebih besar, yaitu melemahkan identitas Taiwan yang unik dan membuka jalan bagi dominasi Tiongkok. Ini bukan tentang perdamaian, melainkan tentang penyerahan diri yang terselubung,” ujar Dr. Chen Wei-lin.

“Narasi ‘merangkul warisan’ seringkali digunakan sebagai kedok untuk agenda politik yang lebih besar, yaitu melemahkan identitas Taiwan yang unik dan membuka jalan bagi dominasi Tiongkok. Ini bukan tentang perdamaian, melainkan tentang penyerahan diri yang terselubung,” ujar Dr. Chen Wei-lin.

Pernyataan Li juga berpotensi menimbulkan kekhawatiran di antara sekutu internasional Taiwan, terutama Amerika Serikat, yang telah berulang kali menegaskan komitmennya terhadap keamanan dan status quo di Selat Taiwan. Setiap langkah yang dianggap mengarah pada penyerahan diri atau integrasi paksa dengan Tiongkok kemungkinan akan ditanggapi dengan skeptisisme dan potensi ketegangan geopolitik yang lebih besar.

Debat yang dipicu oleh pernyataan Li Meng-yao menggarisbawahi perpecahan mendalam dalam masyarakat Taiwan mengenai hubungannya dengan Tiongkok. Dengan pemilihan umum mendatang yang semakin dekat, isu ini diperkirakan akan tetap menjadi topik sentral, membentuk lanskap politik dan masa depan strategis Taiwan di panggung global.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda