Presiden Trump Awasi Penandatanganan Pakta Damai Kamboja-Thailand dalam Kunjungan Asia Krusial
PHNOM PENH, Kamboja – Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 27 October 2025 mengawasi momen bersejarah penandatanganan Pakta Damai Kamboja-Thailand, sebuah langkah signifikan untuk meredakan ketegangan perbatasan yang telah berlangsung puluhan tahun antara kedua negara Asia Tenggara tersebut. Upacara penandatanganan yang berlangsung di sela-selah kunjungan maraton Presiden Trump ke Asia ini, dipandang sebagai puncak upaya diplomatik Washington dalam mempromosikan stabilitas regional.
Pakta yang disepakati setelah negosiasi intensif yang difasilitasi oleh AS ini, diharapkan akan membuka jalan bagi demarkasi perbatasan yang lebih jelas, kerja sama ekonomi lintas batas yang diperluas, serta mekanisme penyelesaian sengketa yang terstruktur. Kehadiran Presiden Trump secara langsung underscores komitmen AS terhadap perdamaian dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik, saat ia melanjutkan perjalanan diplomatiknya yang padat.
Pakta Damai: Babak Baru Hubungan Kamboja-Thailand
Penandatanganan Pakta Damai Kamboja-Thailand menandai era baru dalam hubungan bilateral antara dua negara yang memiliki sejarah perselisihan perbatasan, terutama terkait dengan wilayah Kuil Preah Vihear. Ketegangan ini seringkali memuncak menjadi konfrontasi bersenjata, menghambat pembangunan di wilayah perbatasan dan merusak potensi ekonomi kedua negara. Dengan adanya pakta ini, Phnom Penh dan Bangkok diharapkan dapat mengalihkan fokus dari konflik ke arah pembangunan dan kerja sama.
Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, dan Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha, meneken dokumen tersebut di hadapan Presiden Trump dan sejumlah diplomat senior dari berbagai negara. Dalam pidatonya, Presiden Trump memuji keberanian dan visi kepemimpinan kedua PM dalam mencapai kesepakatan damai. Ini adalah bukti bahwa dialog dan diplomasi adalah jalan terbaik menuju masa depan yang lebih cerah dan makmur bagi semua, ujar Presiden Trump.
Kesepakatan ini tidak hanya mengakhiri babak perselisihan, tetapi juga membuka lembaran baru kerja sama yang akan membawa manfaat besar bagi rakyat Kamboja dan Thailand. Amerika Serikat bangga dapat mendukung upaya penting ini demi stabilitas regional, kata Presiden Trump dalam sambutan singkatnya usai upacara penandatanganan.
Para analis politik dan hubungan internasional menilai pakta ini sebagai pencapaian diplomatik yang signifikan bagi pemerintahan Trump, yang berupaya menegaskan kembali peran AS sebagai penjamin stabilitas global. Kesepakatan ini tidak hanya berpotensi meredakan ketegangan di salah satu titik panas regional, tetapi juga dapat menjadi model bagi penyelesaian konflik serupa di Asia Tenggara.
Agenda Kunjungan Regional Presiden Trump
Penandatanganan pakta ini hanyalah salah satu dari serangkaian agenda padat Presiden Trump selama kunjungannya ke Asia yang hampir sepekan. Sebelum tiba di Kamboja, Presiden Trump telah melakukan kunjungan ke Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan, dengan misi utama untuk memperkuat aliansi keamanan, meningkatkan kerja sama ekonomi, dan membahas isu-isu strategis.
Di Tokyo, Presiden Trump bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk membahas isu pertahanan, perdagangan bilateral, dan ancaman nuklir Korea Utara. Kunjungan ke Seoul berfokus pada upaya denuklirisasi Semenanjung Korea, serta penguatan kerja sama pertahanan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Sementara itu, di Kuala Lumpur, diskusi berkisar pada peningkatan hubungan perdagangan dan investasi, serta kerja sama dalam melawan terorisme regional dan isu Laut Cina Selatan.
Kunjungan ini secara keseluruhan bertujuan untuk menegaskan kembali komitmen AS terhadap keamanan dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik, yang dipandang sebagai wilayah vital bagi kepentingan strategis dan ekonomi Amerika. Setiap pemberhentian dirancang untuk mengirimkan pesan kuat tentang kehadiran dan pengaruh AS yang berkelanjutan di tengah dinamika geopolitik yang kompleks dan meningkatnya pengaruh Tiongkok.
Ujian Terberat: Pertemuan Puncak dengan Xi Jinping
Meskipun pencapaian diplomatik di Kamboja menjadi sorotan, ujian terbesar dalam perjalanan Presiden Trump di Asia masih menanti: pertemuan puncak dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Pertemuan yang sangat diantisipasi ini dijadwalkan akan berlangsung di Beijing, dan diperkirakan akan menjadi ajang diskusi kritis mengenai berbagai isu sensitif yang membebani hubungan AS-Tiongkok.
Isu perdagangan menjadi agenda utama, dengan AS yang mendesak Tiongkok untuk mengatasi defisit perdagangan yang besar, praktik kekayaan intelektual, dan hambatan pasar. Selain itu, kedua pemimpin juga akan membahas situasi di Laut Cina Selatan, hak asasi manusia, dan tentu saja, upaya bersama untuk menekan program nuklir Korea Utara. Ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini memiliki implikasi global yang luas, menjadikan pertemuan ini sebagai momen yang sangat penting bagi stabilitas ekonomi dan politik dunia.
Para pengamat internasional akan memantau setiap detail dari pertemuan Trump-Xi, mencari tanda-tanda kemajuan dalam isu-isu kunci atau potensi peningkatan friksi. Hasil dari pembicaraan ini diharapkan akan membentuk arah hubungan AS-Tiongkok untuk tahun-tahun mendatang, dan pada gilirannya, memengaruhi lanskap geopolitik global.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
