November 5, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Retakan Masjid Biru Mazar-i-Sharif: Cermin Ketahanan dan Pergolakan Abadi Afghanistan

MAZAR-I-SHARIF – Masjid Biru, permata arsitektur Islam dan situs suci yang menjadi nama kota Mazar-i-Sharif di Afghanistan utara, baru-baru ini menghadapi guncangan dahsyat. Sebuah gempa bumi berkekuatan 6,3 magnitudo pada 05 November 2025 telah meninggalkan retakan tak terhitung di dinding dan kubahnya yang megah, namun seperti halnya Afghanistan sendiri, monumen berusia berabad-abad ini menunjukkan ketahanan yang luar biasa, terus berdiri tegak di tengah badai sejarah yang tak henti-hentinya.

Masjid Biru, atau secara resmi dikenal sebagai Kuil Ali, diyakini sebagai tempat peristirahatan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Bangunan ini bukan hanya pusat keagamaan penting bagi umat Muslim Syiah dan Sunni, tetapi juga mahakarya seni dan arsitektur dengan mosaik ubin biru cerah, kaligrafi rumit, dan kubah emas yang berkilauan, menarik peziarah dan wisatawan dari seluruh dunia sebelum gejolak politik membatasi akses.

Keindahan Abadi di Tengah Guncangan

Gempa bumi yang melanda wilayah Herat pada awal Oktober telah memicu serangkaian gempa susulan yang kuat, memporakporandakan desa-desa dan menyebabkan ribuan korban jiwa. Meskipun Mazar-i-Sharif terletak di bagian utara, jauh dari pusat gempa, guncangan kuat terasa hingga ke sana, mengancam integritas struktural Masjid Biru yang rapuh dimakan usia. Laporan awal mengindikasikan bahwa beberapa bagian masjid, termasuk ubin dan menara, mengalami kerusakan signifikan berupa retakan-retakan dalam. Kerusakan ini menimbulkan kekhawatiran besar akan kebutuhan mendesak untuk konservasi dan restorasi guna menjaga warisan budaya yang tak ternilai ini.

Pemerintah yang berkuasa di Afghanistan dan organisasi-organisasi budaya telah mulai mengevaluasi kerusakan, namun tantangan dalam mendapatkan dana dan keahlian teknis internasional di tengah isolasi politik negara ini sangatlah besar. Keindahan dan ketenangan Masjid Biru kini berhadapan dengan pengingat nyata akan kerapuhan yang tersembunyi di balik kemegahannya, sebuah analogi yang mendalam bagi kondisi Afghanistan.

Cermin Ketahanan dan Pergolakan Sejarah

Retakan di Masjid Biru lebih dari sekadar kerusakan fisik; ia adalah metafora visual untuk keretakan mendalam yang telah menandai sejarah Afghanistan selama berabad-abad. Dari invasi Genghis Khan hingga perang Soviet, perang saudara yang brutal, dan intervensi asing baru-baru ini, Afghanistan selalu menjadi medan pertempuran kekuatan global dan domestik. Setiap periode konflik meninggalkan bekas luka, baik pada lanskap fisiknya maupun pada jiwa bangsanya.

“Masjid Biru ini bukan sekadar bangunan. Ia adalah narasi hidup Afghanistan, setiap retakan di dindingnya menceritakan babak baru dari pergulatan dan ketahanan yang tak pernah usai. Ia telah menyaksikan dinasti datang dan pergi, ideologi bergeser, namun selalu berdiri, menjadi mercusuar harapan dan identitas bagi rakyat Afghanistan,” ujar Dr. Zahirullah Rahman, seorang sejarawan kebudayaan Afghanistan.

Seperti masjid yang telah menahan gempuran waktu, penakluk, dan gempa bumi, rakyat Afghanistan juga telah menunjukkan ketahanan luar biasa. Mereka terus membangun kembali hidup mereka di tengah kesulitan yang tampaknya tak berkesudahan, beradaptasi dengan perubahan politik dan sosial, sambil tetap memegang teguh warisan budaya dan keagamaan mereka.

Pada 05 November 2025, saat Afghanistan kembali bergulat dengan tantangan internal di bawah pemerintahan Taliban, kerusakan pada Masjid Biru berfungsi sebagai pengingat pahit bahwa perjuangan untuk stabilitas dan perdamaian masih jauh dari selesai. Namun, seperti ubin-ubin yang dapat diperbaiki dan retakan yang dapat ditambal, ada harapan bahwa dengan upaya bersama, baik masjid maupun bangsa ini dapat menemukan jalan menuju pemulihan dan masa depan yang lebih stabil, terus berdiri tegak sebagai simbol ketahanan abadi.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.