December 1, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Rudal Rusia Hancurkan Apartemen Ukraina, 25 Tewas: Diplomasi di Ujung Tanduk

Sebuah serangan rudal Rusia menghantam sebuah gedung apartemen di kota Zaporizhzhia, Ukraina bagian tenggara, pada 20 November 2025 dini hari, menewaskan sedikitnya 25 warga sipil dan melukai puluhan lainnya. Insiden tragis ini merupakan bagian dari gelombang serangan rudal dan drone yang melanda sejumlah kota di Ukraina, menyoroti meningkatnya intensitas konflik di tengah upaya Presiden Volodymyr Zelensky untuk menghidupkan kembali perundingan damai yang mandek.

Gelombang Serangan dan Respons Kiev

Puing-puing berserakan, asap mengepul, dan jeritan pilu memenuhi udara setelah rudal presisi tinggi tersebut menghantam kompleks perumahan, menghancurkan beberapa lantai dan menjebak penghuni di bawah reruntuhan. Tim penyelamat berpacu dengan waktu, bekerja tanpa henti di bawah ancaman serangan lanjutan untuk mencari korban yang selamat dan mengevakuasi jenazah.

Otoritas Ukraina segera mengutuk keras serangan tersebut sebagai tindakan terorisme yang disengaja. Presiden Zelensky, dalam pernyataan yang emosional, menegaskan kembali tekad negaranya untuk melawan agresi Rusia.

Ini adalah terorisme. Ini adalah terorisme yang disengaja. Tidak ada pembenaran untuk kejahatan keji semacam itu, ujar Zelensky dalam pidatonya, menyerukan komunitas internasional untuk meningkatkan tekanan terhadap Moskow.

Serangan di Zaporizhzhia, yang terletak di wilayah yang sebagian diduduki oleh pasukan Rusia namun diklaim dianeksasi oleh Moskow, terjadi bersamaan dengan laporan serangan rudal dan drone di kota-kota lain termasuk Kyiv, Kharkiv, dan Mykolaiv. Gelombang serangan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai motif Rusia di tengah spekulasi tentang potensi pembicaraan damai, yang oleh Kyiv disebut sebagai ilusi jika kekerasan terus berlanjut.

Kementerian Pertahanan Ukraina menyatakan bahwa serangan rudal terbaru ini menargetkan infrastruktur sipil dan menimbulkan penderitaan yang tak terhitung bagi warga tak berdosa, menegaskan bahwa tindakan tersebut melanggar hukum perang internasional. Mereka juga mengulangi seruan untuk sistem pertahanan udara yang lebih canggih dari sekutu Barat.

Konteks Konflik dan Jalan Buntu Diplomasi

Konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung lebih dari setahun, dimulai dengan invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022. Sejak saat itu, jutaan orang telah mengungsi dan ribuan warga sipil tewas. Upaya diplomasi untuk mengakhiri pertempuran berulang kali menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak memiliki tuntutan yang sangat berbeda.

Zelensky secara konsisten menuntut penarikan penuh pasukan Rusia dari wilayah Ukraina, termasuk Krimea, dan pemulihan integritas teritorial sebagai prasyarat untuk perdamaian yang berkelanjutan. Di sisi lain, Rusia bersikeras pada pengakuan aneksasi wilayah yang diduduki dan demiliterisasi Ukraina, yang oleh Kyiv dianggap sebagai upaya untuk meruntuhkan kedaulatannya.

Komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, dan Amerika Serikat, telah mengutuk serangan terbaru ini dan menyerukan penyelidikan menyeluruh. Sekretaris Jenderal PBB berulang kali menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya krisis kemanusiaan dan desakan untuk menemukan solusi damai, namun prospeknya tetap suram.

Dengan adanya serangan mematikan seperti di Zaporizhzhia, kepercayaan terhadap upaya diplomatik semakin terkikis. Analis politik berpendapat bahwa Moskow mungkin menggunakan serangan ini sebagai alat tekanan untuk mengamankan konsesi, sementara Kyiv tetap teguh tidak akan bernegosiasi di bawah todongan senjata. Tragedi di Zaporizhzhia sekali lagi mengingatkan dunia akan harga mahal yang harus dibayar oleh warga sipil dalam konflik yang tampaknya tak berujung ini.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda