September 8, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Serangan Drone Terbesar Rusia Gempur Kyiv, Gedung Pemerintah Rusak Parah

KYIV, Ukraina – Rusia melancarkan gelombang serangan drone terbesar yang pernah tercatat sejak invasi penuhnya, pada 07 September 2025 dini hari, menargetkan ibu kota Ukraina, Kyiv. Untuk pertama kalinya dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini, sebuah gedung penting di distrik pemerintahan Kyiv dilaporkan mengalami kerusakan signifikan, menandai eskalasi baru dalam taktik perang Moskow.

Serangan Preseden Baru di Jantung Ibu Kota

Gelombang puluhan drone kamikaze, yang diyakini sebagian besar adalah model Shahed buatan Iran, membanjiri langit Kyiv selama beberapa jam. Sirene serangan udara meraung-raung di seluruh kota saat sistem pertahanan udara Ukraina berupaya keras menangkis ancaman tersebut. Meskipun sebagian besar drone berhasil dicegat oleh unit pertahanan udara, beberapa di antaranya berhasil menembus dan menyebabkan ledakan di berbagai lokasi, termasuk di area yang dikenal sebagai ‘Block Pemerintahan’.

Pihak berwenang Ukraina mengonfirmasi bahwa kerusakan substansial terjadi pada sebuah fasilitas di dalam distrik yang menjadi pusat operasional berbagai kementerian dan lembaga negara. Meskipun rincian spesifik tentang bangunan mana yang terkena dan tingkat kerusakannya masih dalam penyelidikan, insiden ini menimbulkan kekhawatiran serius. Untungnya, belum ada laporan mengenai korban jiwa atau luka serius akibat insiden ini, namun dampaknya terhadap moral publik dan fungsi pemerintahan sedang dievaluasi.

Kejadian ini secara khusus menyoroti peningkatan presisi dan volume serangan Rusia, sekaligus menantang kemampuan pertahanan udara Ukraina yang telah diperkuat. Penargetan distrik pemerintahan mengirimkan pesan yang jelas dari Moskow, mengindikasikan upaya untuk menekan Kyiv secara politik dan psikologis, di samping sasaran infrastruktur energi dan militer yang biasa.

Eskalasi Konflik di Tengah Mandeknya Diplomasi

Serangan masif ini terjadi di tengah periode ketika upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik di Ukraina tampaknya menemui jalan buntu. Sejak awal invasi berskala penuh, berbagai inisiatif perdamaian telah diusulkan, termasuk upaya dari pemerintahan Presiden AS kala itu, Donald Trump, untuk menengahi kesepakatan damai. Namun, Moskow secara konsisten mengabaikan seruan gencatan senjata dan terus melanjutkan agresi militernya.

Pemerintah Ukraina dengan tegas mengutuk serangan tersebut, menyebutnya sebagai tindakan terorisme negara dan upaya destabilisasi. Seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan Ukraina, yang namanya tidak disebutkan demi alasan keamanan, menyatakan dalam sebuah briefing:

Ini adalah upaya terang-terangan untuk mengintimidasi kepemimpinan kami dan mengganggu fungsi negara. Mereka mencoba mematahkan semangat kami, tetapi kami tidak akan pernah menyerah pada terorisme atau agresi semacam ini. Setiap serangan hanya akan memperkuat tekad kami untuk mempertahankan kedaulatan.

Komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa, diharapkan mengeluarkan pernyataan kecaman atas eskalasi terbaru ini. Banyak pihak melihat serangan ini sebagai indikasi bahwa Rusia tidak menunjukkan tanda-tanda meredakan tekanan, bahkan ketika dunia mencari jalan keluar diplomatik.

Meskipun upaya perdamaian terus diupayakan oleh berbagai pihak global, serangan terbaru ini menggarisbawahi realitas pahit bahwa konflik di Ukraina masih jauh dari kata usai. Tekad Rusia untuk melanjutkan serangannya, terlepas dari seruan internasional, menunjukkan bahwa jalur menuju resolusi diplomatik masih sangat panjang dan penuh tantangan.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.