Strategi Bertahan Hamas di Gaza: Mencari Kesepakatan di Tengah Badai Konflik

Di tengah kehancuran masif dan kerugian besar di Jalur Gaza, kelompok Hamas dilaporkan tetap teguh pada keyakinan bahwa mereka dapat bertahan hingga tercapai kesepakatan yang menjamin kelangsungan hidup politik dan operasional mereka. Penilaian ini muncul dari berbagai analisis intelijen dan pengamat konflik, yang menyoroti strategi panjang kelompok tersebut yang berakar pada ketahanan ideologis dan tujuan politik yang jauh melampaui medan perang.
Sejak dimulainya operasi militer besar-besaran oleh Israel pasca-serangan 06 September 2025, Hamas telah menghadapi tekanan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya. Infrastruktur militer mereka, termasuk jaringan terowongan yang luas, fasilitas komando, dan gudang senjata, telah menjadi target utama. Ribuan pejuang dilaporkan tewas, dan kemampuan operasional mereka diyakini telah menurun drastis. Namun, di balik kerugian tersebut, ada perhitungan strategis yang mendasari keengganan Hamas untuk menyerah.
Perhitungan Strategis di Balik Ketahanan Hamas
Para analis percaya bahwa ketahanan Hamas bukan semata-mata didasarkan pada kekuatan militer yang tersisa, melainkan pada pemahaman mereka tentang dinamika politik regional dan internasional. Kelompok ini memandang bahwa tekanan internasional terhadap Israel, yang meningkat seiring dengan krisis kemanusiaan di Gaza, pada akhirnya akan memaksa tercapainya gencatan senjata dan negosiasi. Dalam skenario ini, Hamas berusaha memposisikan diri sebagai pemain politik yang tidak dapat diabaikan.
Salah satu inti dari strategi Hamas adalah keyakinan bahwa mereka masih memegang kartu tawar yang signifikan, terutama terkait dengan sandera yang ditahan. Setiap kesepakatan mengenai pembebasan sandera kemungkinan besar akan melibatkan konsesi dari Israel, yang bisa mencakup pembebasan tahanan Palestina dalam jumlah besar dan mungkin juga penghentian permusuhan. Bagi Hamas, ini adalah jalan untuk menegaskan relevansi mereka dan memastikan kelangsungan struktur kepemimpinan, meskipun bukan dalam bentuk kekuasaan penuh atas Gaza seperti sebelumnya.
Analis keamanan regional, Dr. Karim Abdelrahman, menyatakan,
“Bagi Hamas, kelangsungan hidup bukan berarti memenangkan perang secara militer melawan Israel. Itu berarti tetap relevan secara politik, mempertahankan kapasitas untuk memengaruhi masa depan Palestina, dan memastikan bahwa tuntutan mereka—seperti pembebasan tahanan dan pengakhiran blokade—tetap ada di meja perundingan. Mereka telah lama beroperasi dengan logika bahwa bertahan hidup lebih penting daripada ‘kemenangan’ konvensional.”
Mencari ‘Kesepakatan Bertahan’ dan Implikasinya
Konsep “kesepakatan yang menjamin kelangsungan hidup” bagi Hamas bisa berarti berbagai hal. Ini mungkin mencakup gencatan senjata permanen yang mengarah pada dimulainya kembali proses politik, di mana mereka bisa terlibat melalui perwakilan tidak langsung atau pihak ketiga. Ini juga bisa berarti kesepakatan yang mengizinkan kepemimpinan mereka untuk tetap berfungsi, baik di dalam maupun di luar Gaza, dan mempertahankan semacam pengaruh atas pembangunan kembali wilayah tersebut.
Implikasi dari strategi ini sangat besar bagi masa depan konflik Israel-Palestina. Jika Hamas berhasil bertahan sebagai kekuatan politik yang relevan, hal itu akan mempersulit upaya untuk menciptakan pemerintahan pasca-perang yang stabil di Gaza dan dapat menghambat upaya komunitas internasional untuk mencapai solusi dua negara. Di sisi lain, tekanan militer yang terus-menerus tanpa penyelesaian politik yang jelas juga berisiko memperpanjang penderitaan warga sipil di Gaza.
Saat 06 September 2025, perundingan yang melibatkan mediator internasional terus berlangsung, tetapi prospek kesepakatan yang memenuhi semua tuntutan pihak-pihak yang bertikai masih tampak jauh. Strategi Hamas untuk bertahan, meskipun menghadapi kehancuran yang mengerikan, menunjukkan bahwa kelompok tersebut melihat konflik ini sebagai perjuangan eksistensial yang melampaui pertempuran militer semata, dengan tujuan akhir untuk mempertahankan posisi mereka di kancah politik Palestina.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda