Suriah Pascakonflik: Lebih dari 100.000 Hilang, Makam Massal Jadi Harapan
DAMASKUS, SURIAH – Setelah lebih dari satu dekade konflik sipil yang menghancurkan, Suriah kini dihadapkan pada tugas monumental untuk menyembuhkan luka-luka masa lalunya. Lebih dari 100.000 orang dilaporkan hilang selama perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun, meninggalkan puluhan ribu keluarga dalam ketidakpastian abadi. Pada 21 November 2025, pemerintah baru Suriah memulai misi yang menantang namun krusial: penggalian sisa-sisa jenazah dari puluhan situs pemakaman massal yang tersebar di seluruh negeri.
Konflik yang dimulai pada tahun 2011 dan merenggut ratusan ribu nyawa, juga menciptakan gelombang orang hilang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Keluarga-keluarga telah menghabiskan bertahun-tahun tanpa mengetahui nasib kerabat mereka—apakah mereka tewas, dipenjara, atau menghilang tanpa jejak. Pencarian jenazah di makam massal ini bukan hanya upaya forensik, melainkan juga janji akan penutupan bagi hati yang terluka dan langkah awal menuju keadilan bagi para korban.
Skala Tragedi yang Mengerikan
Wilayah Suriah adalah saksi bisu kekejaman konflik berkepanjangan, dengan banyak kota dan desa yang kini menjadi puing-puing. Seiring dengan selesainya operasi militer besar, perhatian beralih ke warisan suram dari kekerasan tersebut: puluhan lokasi yang diyakini sebagai makam massal. Jumlah pasti lokasi dan jenazah yang terkubur di dalamnya masih belum diketahui, menambah kompleksitas misi ini.
Upaya penggalian ini membutuhkan sumber daya yang masif, mulai dari personel forensik terlatih, peralatan khusus, hingga infrastruktur untuk identifikasi dan penyimpanan jenazah. Banyak dari makam ini terletak di daerah yang sulit dijangkau atau masih menyimpan risiko keamanan, menjadikan pekerjaan ini berbahaya dan lambat. Selain itu, kondisi jenazah yang mungkin sudah sangat rusak setelah bertahun-tahun di dalam tanah akan mempersulit proses identifikasi menggunakan metode DNA atau catatan gigi.
Tantangan dan Harapan akan Penutupan
Pemerintah Suriah mengakui bahwa tugas ini adalah salah satu yang paling berat pascakonflik. Tidak hanya masalah teknis dan logistik, tetapi juga beban emosional yang ditanggung oleh tim penggali dan masyarakat. Setiap temuan adalah pengingat akan tragedi besar yang menimpa negara itu. Namun, harapan untuk memberikan jawaban kepada keluarga yang putus asa adalah motivasi terbesar.
“Kami memahami bahwa tidak ada yang dapat mengembalikan orang-orang yang telah hilang, tetapi kami berkomitmen untuk memberikan martabat terakhir kepada para korban dan penutupan bagi keluarga mereka. Setiap jenazah yang berhasil kami identifikasi adalah langkah kecil menuju penyembuhan kolektif bangsa ini,” kata seorang pejabat senior pemerintah yang tidak ingin disebutkan namanya, kepada media pada 21 November 2025.
Organisasi hak asasi manusia dan kelompok advokasi korban telah lama menyerukan penyelidikan komprehensif terhadap nasib orang hilang di Suriah. Mereka berharap bahwa upaya ini akan menjadi landasan untuk akuntabilitas di masa depan, memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan massal ini dapat dimintai pertanggungjawaban. Meskipun jalan menuju keadilan penuh liku dan panjang, penggalian makam massal ini adalah langkah nyata yang menunjukkan keseriusan Suriah dalam menghadapi trauma masa lalunya dan membangun kembali masa depan yang lebih baik.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
