Tarif AS Picu Kebangkitan Politik Lula di Tengah Gejolak Brasil

Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, yang pernah menyandang predikat politisi paling populer di dunia, sebelumnya menghadapi tantangan politik yang berat dan diperkirakan memiliki peluang tipis dalam pemilihan umum tahun depan. Namun, sebuah dinamika geopolitik tak terduga kini mengubah lanskap politik Brasil secara signifikan: ancaman tarif dari Amerika Serikat.
Keputusan Pemerintahan Presiden Donald Trump untuk memberlakukan kembali tarif bea masuk atas baja dan aluminium dari Brasil, yang diumumkan beberapa waktu lalu, telah memicu gelombang reaksi keras di Brasil. Meskipun bertujuan untuk melindungi industri domestik AS, langkah ini secara tak terduga memicu gelombang dukungan baru bagi sang mantan presiden, Lula, yang kini berhasil memanfaatkan sentimen nasionalisme yang menguat.
Gelombang Nasionalisme dan Manuver Politik
Ancaman tarif yang datang dari Washington secara efektif memberikan amunisi baru bagi narasi politik Lula. Dalam situasi di mana ekonomi Brasil sedang berjuang dan ketidakpastian politik merajalela, intervensi ekonomi dari kekuatan asing dapat dengan mudah diterjemahkan menjadi isu kedaulatan nasional. Lula, seorang figur yang dikenal dengan retorika populis dan pembelaannya terhadap kedaulatan Brasil, dengan sigap memanfaatkan momen ini.
Kritik tajam terhadap kebijakan AS yang dianggap merugikan kepentingan nasional Brasil menjadi sorotan utama kampanye tidak langsung Lula. Ia memiliki peluang untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang kuat, mampu membela negara dari ancaman eksternal dan menyatukan rakyat di balik bendera nasional. Narasi ini sangat kontras dengan gambaran dirinya beberapa waktu lalu yang terbebani oleh skandal dan masalah hukum.
“Ini adalah contoh klasik dari konsekuensi tak terduga dalam diplomasi internasional. Kebijakan yang dirancang untuk kepentingan domestik AS justru menciptakan efek riak yang menguntungkan salah satu figur politik paling kontroversial di Amerika Latin,” ujar Dr. Maria Clara Alves, seorang pengamat politik dari Universitas São Paulo, dalam sebuah wawancara pada 17 July 2025. “Bagi Lula, ini adalah ‘angin surga’ yang datang di saat yang tepat untuk membangkitkan kembali basis dukungannya dan meredefinisi citranya di mata publik.”
Jejak Politik Lula: Dari Puncak ke Percobaan
Sebelum ancaman tarif Trump muncul, perjalanan politik Lula pasca-kepresidenan jauh dari mulus. Setelah memimpin Brasil melalui periode pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berhasil mengeluarkan jutaan rakyat dari kemiskinan—yang membuatnya dijuluki politisi paling populer di dunia—Lula kemudian terperosok dalam tuduhan korupsi besar-besaran. Keterlibatannya dalam skandal “Operasi Lava Jato” atau Car Wash, yang mengungkap jaringan korupsi luas di tubuh pemerintahan dan perusahaan negara, menyebabkan ia dijatuhi hukuman penjara pada tahun 2018.
Meskipun kemudian dibebaskan dan vonisnya dibatalkan atas dasar masalah prosedural, citra publik Lula tetap ternoda. Ia harus berjuang keras untuk mendapatkan kembali kepercayaan rakyat dan meyakinkan pemilih bahwa ia layak memimpin Brasil sekali lagi. Banyak analis yang skeptis terhadap kemampuannya untuk bangkit kembali, mengingat polarisasi politik yang tajam di Brasil dan munculnya figur-figur politik baru.
Namun, ancaman tarif dari AS memberikan platform yang unik bagi Lula untuk kembali relevan. Dengan mengalihkan fokus dari masalah internal Brasil ke ‘ancaman’ eksternal, ia dapat membentuk koalisi yang lebih luas dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan kebijakan luar negeri AS. Fenomena ini menunjukkan betapa cepatnya dinamika politik dapat berubah dan bagaimana kebijakan global dapat memiliki dampak lokal yang tak terduga, membuka jalan bagi kebangkitan kembali seorang veteran politik yang hampir terlupakan.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda