Thailand-Kamboja Sepakat Gencatan Senjata Permanen Usai Perundingan Intensif

Thailand dan Kamboja telah mencapai kesepakatan penting untuk menghentikan pertempuran mematikan di perbatasan yang telah menewaskan puluhan orang dan membuat ratusan ribu lainnya mengungsi. Kesepakatan ini dicapai setelah putaran perundingan yang didukung Amerika Serikat dan diselenggarakan di Malaysia, yang dimulai pada Senin lalu.
Langkah diplomatik ini menandai terobosan signifikan dalam salah satu sengketa perbatasan paling memanas di Asia Tenggara. Konflik berkepanjangan ini, yang berpusat di sekitar kuil kuno Preah Vihear, telah memicu bentrokan bersenjata berulang kali antara militer kedua negara, menyebabkan korban jiwa sipil dan militer, serta krisis kemanusiaan yang meluas di wilayah perbatasan.
Latar Belakang Konflik Berlarut
Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja berakar pada interpretasi peta era kolonial Prancis dan putusan Mahkamah Internasional (ICJ) tahun 1962 yang memberikan kepemilikan kuil Preah Vihear kepada Kamboja. Meskipun demikian, garis perbatasan di sekitar kuil, termasuk akses jalan, tetap menjadi sumber ketegangan yang belum terselesaikan.
Bentrokan bersenjata seringkali pecah sejak kuil tersebut dimasukkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2008, yang memicu kemarahan di pihak Thailand. Eskalasi serius terjadi pada tahun 2011, ketika pertempuran hebat berlangsung selama beberapa hari dan menyebabkan puluhan korban jiwa serta memaksa puluhan ribu penduduk sipil mengungsi dari rumah mereka. Masyarakat internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), telah berulang kali menyerukan penyelesaian damai dan pengekangan diri.
Perundingan sebelumnya, baik di bawah payung bilateral maupun melalui mediasi pihak ketiga, seringkali menemui jalan buntu karena perbedaan mendalam dalam pandangan kedua belah pihak mengenai demarkasi perbatasan yang tepat. Tekanan dari komunitas internasional, terutama Amerika Serikat yang memiliki kepentingan strategis di kawasan ini, diyakini menjadi faktor pendorong di balik perundingan terbaru ini. Dukungan AS menunjukkan komitmen mereka terhadap stabilitas regional dan penyelesaian konflik melalui jalur diplomatik.
Langkah Maju Menuju Stabilitas Regional
Detil mengenai mekanisme gencatan senjata dan langkah-langkah selanjutnya untuk demarkasi perbatasan masih belum dirilis sepenuhnya. Namun, kesepakatan awal ini diharapkan dapat membuka jalan bagi perundingan yang lebih komprehensif mengenai penarikan pasukan, pembersihan ranjau darat, dan pengembalian pengungsi ke daerah asal mereka. Implementasi perjanjian ini memerlukan pengawasan ketat dan mekanisme verifikasi yang kuat untuk memastikan kepatuhan dari kedua belah pihak.
Kesepakatan ini, jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan didukung oleh kemauan politik kuat dari kedua belah pihak, dapat menjadi preseden penting bagi penyelesaian konflik serupa di kawasan Asia Tenggara dan menunjukkan efektivitas diplomasi dalam meredakan ketegangan bersenjata, kata Dr. Surya Wijaya, seorang analis kebijakan luar negeri dari Universitas Indonesia.
Keberhasilan perundingan ini merupakan angin segar bagi stabilitas regional. Ribuan warga sipil di kedua sisi perbatasan telah hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian selama bertahun-tahun. Organisasi kemanusiaan melaporkan bahwa lebih dari 100.000 orang telah terpaksa mengungsi setidaknya sekali sejak konflik memanas, dengan banyak yang kehilangan mata pencarian, akses terhadap pendidikan, dan layanan dasar kesehatan akibat pertempuran yang tak berkesudahan.
Para pengamat mencatat bahwa keberlanjutan gencatan senjata akan sangat bergantung pada komitmen jangka panjang dari kedua pemerintah serta pembentukan mekanisme pemantauan yang transparan dan efektif. Pada 28 July 2025, komunitas internasional menaruh harapan besar bahwa kesepakatan ini bukan hanya jeda sementara, melainkan fondasi bagi perdamaian abadi dan kerja sama yang lebih erat antara Thailand dan Kamboja, dua negara tetangga yang secara historis terikat namun seringkali berselisih.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda