November 4, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Tiongkok: Diplomat Damai, Pemasok Senjata di Konflik Perbatasan Kamboja-Thailand

Pada Juli, Tiongkok secara terbuka mendesak Kamboja dan Thailand untuk mengakhiri konflik perbatasan yang sedang berkecamuk. Namun, dokumen intelijen Thailand yang terungkap kemudian menunjukkan sebuah kontradiksi mencolok: hanya beberapa minggu sebelumnya, Beijing telah mengirimkan pasokan roket dan peluru artileri dalam jumlah besar ke Kamboja. Pengungkapan ini menyoroti peran ganda Tiongkok di Asia Tenggara, memicu pertanyaan tentang transparansi dan konsistensi kebijakan luar negerinya di tengah dinamika regional yang kompleks. Kasus ini, yang berawal dari sengketa kuno atas Kuil Preah Vihear, menunjukkan bagaimana kekuatan regional dapat memainkan peran yang bertentangan dengan retorika damai mereka.

Latar Belakang Ketegangan Perbatasan Kamboja-Thailand

Konflik antara Kamboja dan Thailand telah bergejolak selama bertahun-tahun, berpusat pada klaim kepemilikan atas wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO. Meskipun Mahkamah Internasional telah memutuskan pada tahun 1962 bahwa kuil tersebut milik Kamboja, sengketa mengenai perbatasan di sekitarnya tetap menjadi sumber ketegangan yang berulang. Sepanjang akhir 2000-an dan awal 2010-an, bentrokan bersenjata secara sporadis meletus di sepanjang perbatasan, menyebabkan korban jiwa dan pengungsian massal dari kedua belah pihak. Situasi ini tidak hanya mengganggu stabilitas regional tetapi juga menarik perhatian kekuatan-kekuatan besar yang memiliki kepentingan di Asia Tenggara, termasuk Tiongkok dan Amerika Serikat. Ketegangan memuncak dalam beberapa insiden serius, melibatkan penggunaan artileri berat dan tank, menandakan peningkatan serius dalam konflik yang tadinya dianggap terisolasi.

Berbagai upaya mediasi, baik dari ASEAN maupun pihak internasional lainnya, telah dilakukan untuk meredakan ketegangan dan menemukan solusi diplomatik yang permanen. Namun, negosiasi sering kali menemui jalan buntu karena klaim yang saling bertentangan dan sentimen nasionalistik yang kuat di kedua negara. Dalam konteks inilah, peran Tiongkok, sebagai kekuatan regional yang memiliki pengaruh ekonomi dan militer signifikan, selalu menjadi sorotan. Beijing secara konsisten menyerukan resolusi damai dan menahan diri dari eskalasi, sebuah sikap yang selaras dengan citranya sebagai penjamin stabilitas di kawasan.

Terungkapnya Pasokan Senjata Rahasia dari Tiongkok

Namun, citra Tiongkok sebagai mediator yang netral diuji oleh bocornya dokumen intelijen Thailand. Dokumen-dokumen ini, yang diungkap pada periode setelah seruan perdamaian oleh Tiongkok pada Juli, secara gamblang menunjukkan bahwa Beijing telah mengirimkan roket dan peluru artileri ke Kamboja. Pengiriman ini terjadi hanya beberapa minggu sebelum seruan resmi Tiongkok agar kedua negara menghentikan permusuhan. Jenis senjata yang disebutkan, seperti roket dan peluru artileri, adalah persenjataan berat yang memiliki potensi untuk mengubah dinamika pertempuran di garis depan, meningkatkan daya gempur Kamboja secara signifikan terhadap pasukan Thailand. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang motif sebenarnya Tiongkok dan dampaknya terhadap konflik tersebut.

Analis pertahanan dan pengamat politik regional terkejut dengan pengungkapan ini. Tindakan Tiongkok tersebut terlihat sebagai upaya untuk memperkuat posisi sekutunya, Kamboja, di tengah konflik perbatasan yang sengit, bahkan ketika secara publik menyerukan de-eskalasi. Kebijakan semacam ini dapat dilihat sebagai taktik standar kekuatan besar untuk menjaga pengaruh, namun kontradiksi antara retorika publik dan tindakan rahasia sulit diabaikan. Ini berpotensi merusak kredibilitas Tiongkok sebagai mediator yang jujur di mata negara-negara lain di Asia Tenggara.

“Pengungkapan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai konsistensi kebijakan luar negeri Tiongkok di kawasan. Mereka secara lisan menyerukan de-eskalasi, namun secara simultan mempersenjatai salah satu pihak. Ini bukan hanya tentang dukungan militer, tetapi juga tentang sinyal politik yang rumit ke seluruh ASEAN,” ujar seorang diplomat senior di Bangkok, yang meminta anonimitas, 01 October 2025.

Dampak dari pasokan senjata ini terhadap intensitas dan durasi konflik tidak dapat diremehkan. Dengan akses ke persenjataan yang lebih canggih dan mematikan, Kamboja mungkin merasa lebih percaya diri dalam mempertahankan klaimnya atau bahkan melancarkan serangan balasan. Ini berisiko memperpanjang konflik dan meningkatkan jumlah korban di kedua belah pihak, bertentangan langsung dengan seruan damai yang dilontarkan Tiongkok. Kasus ini menyoroti kompleksitas diplomasi kekuatan besar, di mana kepentingan strategis sering kali membayangi retorika publik. Di tengah upaya ASEAN untuk membangun komunitas yang stabil dan damai, peran Tiongkok ini memunculkan tantangan baru bagi arsitektur keamanan regional.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya đŸ‘‰
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.