November 4, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Tiongkok Komit Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, Langkah Bersejarah di KTT Iklim PBB

25 September 2025, dalam sebuah langkah yang menandai titik balik penting dalam perjuangan global melawan perubahan iklim, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengumumkan komitmen negaranya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Pernyataan ini disampaikan pada konferensi iklim PBB, di mana Xi menegaskan bahwa Tiongkok akan berupaya menekan emisi setidaknya 7 hingga 10 persen pada tahun 2035. Pengumuman ini menjadi yang pertama kalinya bagi Tiongkok, sebagai salah satu penghasil emisi terbesar di dunia, untuk menjanjikan pengurangan emisi secara eksplisit.

Pernyataan Presiden Xi Jinping tersebut menandakan pergeseran signifikan dalam pendekatan Tiongkok terhadap krisis iklim. Sebelumnya, komitmen Tiongkok lebih banyak berfokus pada intensitas emisi per unit PDB, bukan pengurangan absolut. Target pengurangan 7-10 persen pada tahun 2035 dari tingkat emisi tertentu akan memerlukan upaya transformatif dalam sektor energi, industri, dan transportasi di negara tersebut.

Sebagai ekonomi terbesar kedua dunia dan produsen emisi karbon dioksida terbesar, langkah Tiongkok ini dipandang krusial oleh komunitas internasional. Para ahli dan aktivis lingkungan telah lama menyerukan agar Beijing mengambil peran kepemimpinan yang lebih kuat dalam upaya mitigasi iklim. Komitmen ini melengkapi janji Tiongkok sebelumnya untuk mencapai puncak emisi sebelum tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2060. Implementasi janji ini akan membutuhkan investasi besar dalam energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengembangan teknologi penangkapan karbon.

Konteks Global dan Tantangan Implementasi

Komitmen Tiongkok muncul di tengah meningkatnya tekanan global untuk mempercepat transisi energi bersih dan mencapai target Perjanjian Paris. Meskipun target 7-10 persen mungkin dianggap konservatif oleh beberapa pihak, pengakuan Tiongkok akan perlunya pengurangan absolut adalah langkah maju yang signifikan. Ini dapat mendorong negara-negara berkembang lainnya untuk menetapkan target ambisius serupa.

Namun, tantangan dalam mengimplementasikan janji ini tidaklah kecil. Tiongkok masih sangat bergantung pada batu bara untuk memenuhi kebutuhan energinya yang terus meningkat. Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan tujuan lingkungan akan menjadi ujian besar bagi kepemimpinan Tiongkok. Analis memperkirakan bahwa Tiongkok perlu melakukan restrukturisasi ekonomi besar-besaran, mempromosikan inovasi hijau, dan memperkuat regulasi lingkungan untuk mencapai target yang ditetapkan.

“Komitmen Tiongkok untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 7 hingga 10 persen pada tahun 2035 merupakan isyarat kuat bahwa raksasa Asia ini serius dalam menghadapi perubahan iklim. Ini bukan hanya angka, melainkan cerminan dari potensi pergeseran paradigma energi dan pembangunan berkelanjutan di tingkat global.”

Seruan Kemanusiaan di Tengah Isu Iklim

Dalam konferensi yang sama, sorotan juga tertuju pada isu geopolitik yang tak kalah mendesak. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyampaikan pidato emosional yang menyerukan bantuan senjata lebih banyak untuk negaranya dalam menghadapi invasi Rusia. Zelenskyy juga memperingatkan dunia tentang bahaya perlombaan senjata baru yang dapat mengancam stabilitas global.

Pidato Zelenskyy ini menggarisbawahi kompleksitas agenda global yang dibahas dalam forum internasional. Di satu sisi, dunia berjuang mengatasi ancaman eksistensial berupa krisis iklim; di sisi lain, konflik bersenjata dan ketidakstabilan geopolitik terus menjadi momok. Kehadiran dua isu besar yang sangat berbeda ini dalam satu platform menunjukkan bagaimana tantangan-tantangan dunia saling terkait dan membutuhkan solusi multidimensional. Dukungan internasional bagi Ukraina, termasuk penyediaan senjata dan sanksi terhadap Rusia, dianggap krusial untuk menjaga kedaulatan negara dan mencegah eskalasi konflik yang lebih luas, yang juga berpotensi mengalihkan sumber daya dan perhatian dari upaya iklim.

Konferensi iklim PBB pada 25 September 2025 sekali lagi menegaskan bahwa dunia berada di persimpangan jalan, di mana pilihan-pilihan yang dibuat hari ini akan menentukan masa depan planet ini, baik dari segi lingkungan maupun perdamaian.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya đŸ‘‰
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.