Tragedi Gempa Afghanistan: Bantuan Darurat Tersendat, Ribuan Jiwa Terancam

Kabul, 03 September 2025 – Gempa bumi mematikan yang melanda wilayah timur Afghanistan beberapa waktu lalu telah menelan korban jiwa sedikitnya 1.400 orang, namun upaya penyaluran bantuan darurat masih terhambat. Ribuan warga di desa-desa terpencil yang tersebar di pegunungan tetap terisolasi, menghadapi ancaman kedinginan, kelaparan, dan penyakit tanpa akses memadai terhadap kebutuhan dasar.
Kondisi Terkini dan Tantangan Akses
Gempa berkekuatan 6,1 skala Richter, yang mengguncang Provinsi Paktika dan Khost pada dini hari, telah meratakan rumah-rumah dan memicu tanah longsor yang memutus jalur transportasi utama. Desa-desa seperti Barmal dan Gayan di Paktika dilaporkan mengalami kerusakan paling parah, dengan sebagian besar struktur bangunan hancur total. Tim penyelamat dan bantuan menghadapi medan yang sangat sulit, dengan jalan-jalan pegunungan yang sempit dan berliku yang kini semakin rusak atau tertutup puing-puing.
Koordinator bantuan PBB di Afghanistan telah menyatakan bahwa skala bencana ini melebihi kapasitas respons lokal. Helikopter menjadi satu-satunya cara efektif untuk menjangkau beberapa area yang paling terdampak, namun jumlahnya terbatas dan tidak mampu mengangkut pasokan dalam skala besar. Kondisi cuaca yang tidak menentu, dengan suhu malam hari yang semakin dingin di pegunungan, menambah urgensi penyediaan tempat tinggal sementara, selimut, dan pakaian hangat bagi para penyintas yang kehilangan segalanya.
Selain infrastruktur yang hancur, tantangan logistik juga diperparah oleh keterbatasan sumber daya dan koordinasi yang kompleks di tengah situasi politik Afghanistan saat ini. Meskipun janji bantuan dari berbagai negara dan organisasi internasional telah mengalir, realisasinya di lapangan masih membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan.
“Situasi di lapangan sangat memilukan. Banyak desa yang benar-benar terputus dari dunia luar, dan setiap jam yang berlalu berarti risiko yang lebih besar bagi para penyintas, terutama anak-anak dan lansia yang rentan,” kata Ramiz Alakbarov, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Afghanistan, dalam sebuah pernyataan pers baru-baru ini. “Kami membutuhkan dukungan global yang lebih besar untuk membuka jalur akses, menyediakan alat berat, dan memastikan bantuan vital dapat mencapai setiap keluarga yang membutuhkan sebelum situasi memburuk lebih jauh.”
Upaya Bantuan dan Kebutuhan Mendesak
Sejumlah organisasi kemanusiaan, termasuk World Food Programme (WFP), Doctors Without Borders (MSF), dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC), telah mengirimkan tim dan pasokan awal ke daerah terdampak. Bantuan yang telah disalurkan meliputi makanan, air bersih, tenda darurat, obat-obatan, dan alat kesehatan. Namun, jumlah ini masih jauh dari memadai untuk memenuhi kebutuhan ribuan keluarga yang kini hidup dalam kondisi serba kekurangan.
Prioritas utama saat ini adalah menyediakan tempat tinggal yang layak dan higienis, mencegah penyebaran penyakit, serta memastikan pasokan makanan dan air bersih yang berkelanjutan. Ribuan anak-anak yang selamat dari gempa juga memerlukan dukungan psikososial untuk mengatasi trauma mendalam yang mereka alami.
Gempa ini memperparah krisis kemanusiaan yang sudah parah di Afghanistan, yang sebelumnya telah menghadapi kekeringan parah, kelangkaan pangan, dan krisis ekonomi pasca-pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban. Komunitas internasional menyerukan agar bantuan kemanusiaan tetap berjalan tanpa hambatan politik, demi menyelamatkan nyawa dan mengurangi penderitaan rakyat Afghanistan yang tidak bersalah.
Jangka panjang, proses rekonstruksi diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun dan membutuhkan investasi besar. Tanpa dukungan global yang kuat dan berkelanjutan, pemulihan dari bencana ganda—gempa dan krisis kemanusiaan—akan menjadi tugas yang monumental dan berpotensi menyebabkan gelombang krisis baru di negara yang sudah rapuh ini.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda